034: Kembali Fokus

12 3 0
                                    

Aku mengangguk, pikiranku mulai jernih setelah terhubung kembali dengan Reina dan Yuni. Fokusku kembali, dan aku bisa melihat dengan jelas situasi yang terjadi di lapangan.

Sensor untuk Area-X menunjukkan kekacauan di lapangan. Semua pos—kecuali Pos 1 dan 2—telah jatuh ke tangan musuh, sementara Markas Area-X sudah sepenuhnya terkepung.

Musuh tak henti-hentinya bergerak. Pasukan infanteri mereka berusaha menembus ilusi yang dibuat oleh Isla, sementara lapis baja musuh tampak menunggu di luar, siap untuk menyerbu kapan saja.

"Reina..." panggilku dalam ruangan mental yang disambungkan oleh Yuni. "Bagaimana kondisi pasukanmu?"

"Cukup buruk," jawab Reina tanpa ragu. "Sebagian besar personel UE-1 kehabisan energi. Beta-1 tak jauh berbeda. Mereka masih bisa bertahan, tapi amunisi kami mulai menipis."

Aku menghela napas dalam-dalam sebelum menjawab.

"Bangunan ini," kataku seraya menunjuk titik merah di peta Area-X yang terhubung dengan monitor Reina, "Itu adalah gudang amunisi militer. Jika kita bisa merebutnya, Beta-1 tidak perlu khawatir tentang amunisi lagi."

Reina mengamati peta itu dengan cepat.

"Benar," katanya. "Untungnya, sebagian besar musuh sudah dikerahkan untuk menyerang pasukan evakuasi. Hanya sedikit yang tersisa di dekat gudang."

"Berapa personel tempur udara UE-1 yang masih siap tempur?" tanyaku lagi, fokus pada sisa sumber daya yang bisa digunakan.

"Tiga," jawab Reina, langsung mengirim data mereka kepadaku. Ketiga personel itu adalah senior di Akademi Burlian. Tidak heran mereka lebih terlatih dibandingkan UE-2 yang kupimpin. "Lima lainnya sudah jatuh, tapi syukurlah mereka berhasil mendarat dengan selamat. Mereka menyatakan diri siap untuk kembali masuk ke dalam pertempuran."

Aku tersenyum kecil.

"Bagus," jawabku, merencanakan serangan kilat. "Perintahkan mereka untuk merebut gudang amunisi. Aku akan mengambil alih komando skuadron yang tersisa. Begitu gudang dikuasai, kita bisa kembali bertarung dengan lebih leluasa."

"Baiklah," jawab Reina. Suaranya terdengar tenang, meski situasi begitu tegang. Koordinasi kami selalu solid. Dia menyerahkan komunikasi skuadron UE-1 padaku dan mulai memandu pasukan darat untuk menyerang gudang. Rencana sudah mulai berjalan.

Begitu tersambung dengan ketiga pilot UE-1, aku segera berkata tegas, "Di sini markas pusat. Aku akan mengambil alih komando atas kalian."

Namun, respons mereka tak sehalus yang kuduga.

"Hah? Apa katamu? Aku sedang sibuk di sini! Jangan ganggu aku. Sial! Mereka menembak lagi!" salah satu pilot berseru dengan nada frustrasi, jelas sedang menghadapi tekanan berat di udara.

Aku bernapas dalam-dalam untuk menahan kesabaranku. Ini bukan waktu untuk meladeni emosi. "Dengar, kita punya satu kesempatan. Pasukan pertahanan di Markas Area-X terancam musnah jika kita tak melakukan sesuatu sekarang. Aku butuh kalian untuk bergerak cepat dan tepat."

Suara di sisi lain tampak ragu, tapi aku tak berhenti. "Arahkan serangan kalian ke sentral di halaman Markas Area-X. Musuh terkonsentrasi di sana dan mereka tak akan menduga serangan udara di tengah kekacauan darat ini. Fokus pada pelemahan posisi mereka, lalu serang titik yang kutandai."

Mereka diam sejenak, tampaknya mempertimbangkan.

Reina masuk ke dalam pikiranku lagi, suaranya lembut, tapi penuh tekad. "Rubah Perak, kamu tahu ini akan berhasil, kan? Jangan biarkan mereka ragu. Mereka butuhmu sekarang."

Aku mengangguk, lalu melanjutkan. "Ini adalah kesempatan kita untuk membalikkan keadaan. Lakukan serangan itu, dan kita akan punya cukup waktu untuk mengonsolidasikan kekuatan. Jika kita berhasil, Beta-1 dan UE-1 akan punya harapan."

Akhirnya, salah satu pilot berbicara lagi. Suaranya lebih tenang kali ini, meski masih terdengar tertekan. "Baiklah. Kami akan ikuti rencanamu."

Aku tersenyum samar. Satu langkah lagi.

"Siapkan pesawat kalian, koordinasikan manuver sesuai instruksiku."

Dalam beberapa detik, layar di depanku menunjukkan pergerakan skuadron UE-1 yang mulai mengubah arah. Mereka bergerak dengan cepat, melintasi celah-celah pertempuran udara yang padat. Aku terus memantau mereka, memberi instruksi taktis sambil menjaga komunikasi dengan Reina yang sedang memandu personel darat.

Situasi mulai bergerak ke arah yang lebih baik.

✨️✨️✨️

Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.

Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.

Makasih udah mampir😉

Kronik Perang Sang Esper yang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang