14. Buah jambu

226 13 0
                                    

—Setiap kenangan dari orang tersayang    pastilah sangat berharga, apalagi jika   orang tersayang itu sudah lama pergi     menyisakan kenangan  yang Abadi—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kenangan dari orang tersayang
    pastilah sangat berharga, apalagi jika
   orang tersayang itu sudah lama pergi
     menyisakan kenangan  yang Abadi

✥Author pov📍✥

■□■□■□■□■

Flashback on

"Kak reog aku mau buah jambu itu. " Siluet anak kecil cewek yang menunjuk pohon buah jambu biji di depan nya mulai terlihat. Anak kecil itu mendongak dengan pipi yang mengembul.

"Yang mana? " Tanya anak cewek yang merupakan saudara kembarnya--Kea kecil, yang memakai switer hitam. Mareka ada di taman pohon jambu sekarang.

Ini hari yang kelima mareka menginjak bumi Indonesia meninggal kan tanah kelahiran mareka, Singapura. Tentunya karena keinginan baby girl.

Kea kecil mendekat lalu menggoyangkan barang pohon di depan nya dengan mudah. Anak kecil tadi tersenyum lebar senang ketika melihat buah buah jam segar berwarna merah itu terjauh ke tanah.

Kea tersenyum. "Makasih kak reog. " Ujar seseorang yang sering Kea panggil baby girl seraya mengambil satu buah merah.

Flashback off

Kea tersenyum getir melihat taman pohon didepannya yang menyisakan banyak memori dirinya dengan seseorang yang sudah lama menghilang.

Tadinya setelah sekolah, kea memutuskan untuk pergi kesini terlebih dahulu. Taman pohon miliknya yang baru saja ia beli. Mendapat bahwa taman ini akan segera di gusur, tanpa basa basi Kea langsung membelinya.

Tempat ini masih menyisakan memori..

Tentang dia yang pergi tanpa ingin kembali..

Jasadnya belum di temukan.. Tapi semua orang yakin dia pergi tanpa meninggalkan batang badan.

Setitik cairan bening lolos membasahi pipinya yang mulus, gadis itu terusan dalam diam seraya memegangi pertengahan tangannya.

"Lo enggak mau ambil buah jambu lagi?. " Liriknya bermonolog.

"Bunda kang-en sama lo, l-lo engg-ak kasihan apa?. " Bahu gadis itu bergetar, menandakan gadis itu benar benar merasa tersakiti oleh keadaan.

"G-gue gak ku-uat lagi, g-ue ngg-ak bisa tan-npa lo. "

"A-yo kemb-ali.. " Kea mendongak menatap langit langit upaya meredakan tangisnya yang belum juga usai. Cengeng! Komentarnya pada diri sendiri, padahal ini sudah biasa tapi rasanya tetap sama. Sama sama menyakitkan.

"L-lo tau gue sekarang pengecut! Gue bahkan belum kembali kerumah. " Lirihnya bercerita. "G-gue belum siap ketemu ayah apalagi bunda. " Katanya lagi yang teringat dengan perkataan bundanya dulu.

THE KEAZENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang