13

703 80 20
                                    

Mendengar pertanyaan Alexi, Levin menatap Erland dengan penuh tanya, sementara yang ditatap hanya bisa membalas dengan pandangan tajam yang penuh keraguan. Kemudian Levin menghela napas panjang sebelum akhirnya membuka mulut. "Sebenernya, waktu itu gue gak terlalu yakin dengan yang gue lihat," katanya pelan.

Laura, yang duduk di dekatnya, segera menoleh. "Maksud lo apaan?"

"Gue gak terlalu ingat lagi kejadiannya. Itu kan sudah beberapa hari yang lalu," jawab Levin sambil menghindari tatapan teman-temannya.

Laura tampak tak puas. "Tapi beneran kan lo lihat Damma waktu itu?" tanyanya, memastikan lagi.

Levin mengangguk perlahan. "Tapi bisa jadi Damma menghilang karena buku itu juga!" seru Devan, menyela percakapan.

Chalista yang duduk di ujung meja mengangguk setuju. "Feeling gue emang gak enak pas pertama lihat buku itu. Kalian lihat aja, bukunya kayak buku usang yang udah lama gak tersentuh, penuh debu."

Willy yang dari tadi diam mulai bicara. "Iya juga, kalian ingat waktu kita buka buku itu kayak ada gempa, dan terus bukunya menghilang."

Alva mengernyitkan dahi. "Tapi kalau memang Damma menghilang karena buku itu, harusnya kita udah ketemu dia sekarang, kan?"

Devan mengangguk lagi. "Benar! Di mana dia sekarang? Kok gak ada di sini?"

Ajun, yang sedari tadi mendengarkan, menambahkan, "Kita juga sudah cek seluruh gedung dan gak ada tanda-tanda orang lain di sini."

Laura menghela napas panjang. "Ah, gak tahu lah. Yang jelas, kita harus temukan buku itu lagi!"

Alynna mengangguk setuju. "Setuju. Besok kita harus cari buku itu di sekolah ini!" Semua teman-teman mereka mengangguk setuju.

Malam semakin larut, dan di luar sana, kelelawar masih berterbangan. Mereka kembali ke tempat tidur masing-masing. Willy tidak bisa tidur karena suara ngorok Alexi yang tidur di sebelahnya. Akhirnya, Willy memutuskan untuk mencari sesuatu untuk menyumpal mulut temannya itu. Saat ia hendak mengambil sesuatu di tasnya, ia melihat Arummy yang baru saja berjalan dari lokernya.

"Ngapain? Kenapa kamu belum tidur?" tanya Willy pelan.

Arummy tersenyum getir. "Kayaknya gue gak punya kewajiban ngasih tahu lo apa yang gue lakuin." Bisiknya, kembali berjalan ke tempat tidurnya.

Willy yang tidak terima hanya bisa memejamkan mata sebentar sebelum berbalik. "Lo kenapa sih?" tanyanya, membuat langkah Arummy terhenti dan berbalik menatapnya.

"Dan jangan bersikap seolah kita dekat! Gue dah pernah ngingatin lo!" ucap Arummy tajam, menatap Willy di depannya itu.

Drrrk

Tiba-tiba, mereka berdua terkejut dan menoleh serempak melihat Chania yang tiba-tiba tersentak bangun dari tidurnya. "Chania, lo kenapa?" tanya Arummy langsung menghampiri Chania yang sudah terduduk di tempat tidurnya.

"Gue cuma mimpi buruk!" ucap Chania sambil memegang dadanya.

"bentar, lo minum dulu!" Arummy berjalan mengambil air minum yang ada di atas meja dan memberikannya kepada Chania.

"Makasih," ucap Chania.

Sementara itu, Willy kembali ke tempat tidurnya, ia melupakan tujuan awalnya mencari sesuatu untuk menyumpal mulut Alexi. Pikirannya kini dipenuhi dengan ucapan Arummy.

Matahari kembali muncul menyinari ruangan kelas itu. Jimmy mulai membuka matanya dan terkejut saat melihat seseorang berdiri di samping tempat tidurnya sambil menatap jendela. Ia mengambil kacamatanya dan langsung memakainya. "Lo ngapain berdiri di situ?" tanyanya.

LOST IN CLASS [ TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang