1. Why

45.5K 329 7
                                    

"Remon!"

Pria dengan jas yang ia sampirkan di bahunya itu tetap saja melangkahkan kakinya dan enggan menoleh apalagi berhenti mendengar teriakan gadis berpakaian minim di belakangnya.

"Remon tunggu!" Shellyn berhenti sejenak dan melepaskan heels yang menyusahkannya berlari mengejar laki-laki yang baru saja menolaknya. Ia kesal diperlakukan seperti itu oleh Remon. Apa-apaan? Belum pernah ada yang menolaknya, tapi Remon! Ah..

Shellyn kembali mengejar Remon yang hampir masuk ke dalam lift. Ia tak peduli kaki mulusnya kini telah menjejak di lantai kantor yang dingin. Yang penting ia harus berhasil menyusul.

"Remon!"

Remon menekan tombol lantai 1 sedetik setelah ia memasuki lift. Berharap gadis itu tertinggal di belakangnya. Namun sebuah heels tiba-tiba mendarat dan menghentikan pintu lift yang hendak tertutup.

Remon menatap malas pada gadis yang sedang tersenyum miring sembari berjalan lamban ke arah lift. Ia merasa menang telah berhasil menahannya.

Tak!

Remon menendang heels itu keluar dan kembali menekan tombol lantai 1. Shellyn melotot dan ternganga melihat sepatunya terlempar jauh ke belakang. Shellyn menoleh lagi melihat Remon di dalam lift yang mulai tertutup. Laki-laki itu tersenyum smirk dan menatap Shellyn remeh. Dan pada akhirnya, pintu lift memutus kontak di antara mereka. Meninggalkan Shellyn yang berteriak murka dan melempar sebelah heels-nya ke arah lift yang sudah mulai bergerak turun.

Di dalam lift Remon menyandarkan kepalanya. Menutup mata untuk menetralisir denyutan di kepalanya yang terasa pusing. Ia sangat muak melihat Shellyn yang tak henti menggodanya. Wanita itu sudah gila. Apa tadi dia bilang? Bercinta? Bodoh!

Remon meneguk salivanya. Sebenarnya Shellyn adalah gadis yang menarik. Dia cantik, seksi, dan pastinya menggoda. Hanya saja sifatnya yang sangat mudah meminta hal intim kepada pria itu yang membuat Remon Ilfeel.

Yang benar saja? Remon harus merelakan keperjakaannya kepada wanita yang sudah pernah disetubuhi pria lain.

Hmm, perjaka ya?

Oh, tidak. Tentu saja Remon sudah pernah melakukannya. Tapi dia selalu memakai pengaman, memikirkan miliknya berada di dalam lubang yang pernah pria lain masuki membuatnya geli. Ia tidak ingin miliknya secara langsung menyentuh milik wanita-wanita jalang yang melayaninya. Ia bahkan enggan untuk mencium apalagi mencecap buah dada wanita-wanita itu. Bekas!

Bukannya Remon tak bisa menyewa seorang perawan. Ia pernah sekali dan merasa kesulitan dikarenakan miliknya yang besar dan panjang itu tak bisa masuk dan mengharuskannya melonggarkan dengan jari-jarinya. Tentu saja ia tak ingin menyentuhnya langsung. Dibanding menggunakan jarinya. Ia memilih menggunakan benda lain yang mirip dan bisa melonggarkan lubang itu. Seperti, mainan misalnya.

Yang Remon inginkan hanyalah melepaskan nafsunya. Setelah selesai, buang! Ia bahkan tak pernah menanggalkan bajunya sampai tak bersisa. Paling-paling hanya melepas beberapa kancing teratas kemejanya dan celananya. Itu saja.

Karena tak pernah bersentuhan secara langsung. Ia selalu menganggap dirinya perjaka. Iya kan?

Remon sangat pemilih. Ia hanya ingin melampiaskan nafsunya hanya pada mereka yang miliknya bagus dan terurus. Jika suatu hari ia dapati yang tidak sesuai dengan keinginannya. Maka ia akan langsung kehilangan gairah dan membatalkannya.

Seks baginya adalah sesuatu yang memang harus dipuaskan. Namun ia menjaga diri agar tidak sampai terkena penyakit menjijikkan karena menggunakan bekas-bekas pria lain. Ia selalu meminta pada anak buahnya untuk mencarikan wanita yang mahal dan terurus dengan baik. Tetapi tetap saja ia tidak ingin menyentuh mereka secara langsung.

My Precious Girl [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang