"Selamat pagi, Tuan."
Remon terbangun pagi-pagi buta untuk memberi pengarahan pada ketiga teman Tania selama di Seoul. Mereka sudah tiba bahkan sejak matahari belum terbit. Sangat disiplin.
Tapi Remon sedikit terkejut. Yah, ART nya wanita paruh baya berumur sekitar 40 tahunan. Remon tidak masalah dengan itu, tetapi.. Babysitter dan Psikiaternya. Mereka muda sekali. Yang satu ( babysitter) berumur 27. Yang satu (psikiater) berumur 24. Bahkan Remon sempat melihat mereka mencuri-curi pandang ketika Remon menjelaskan.
"Apa tidak ada yang lain?" Tanya Remon pada bodyguardnya.
"Ada. Tetapi mereka hanya bisa berbahasa Korea, Tuan. Yang Multibahasa dan terbaik kualifikasinya hanya ini."
Lagi-lagi Remon menghela napas khawatir. Ia tidak yakin ini bagus, tapi.. kita coba saja.
"Jacob. Jaga Apart ini selama saya pergi nanti. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi saya." Titah Remon ketika hanya berdua dengan salah satu bodyguardnya.
"Baik, Tuan." Jawab Jacob tegas.
Remon segera kembali menuju kamar. Ia suruh ketiga teman Tania untuk menunggu di ruang bermain. Saat ini hanya ada beberapa boneka disana, tapi nanti akan terisi penuh dengan mainan Tania yang diurus oleh beberapa bodyguardnya lagi.
Remon menghampiri Tania yang masih terlelap. Mau tak mau ia harus membangunkan gadis itu. Sebab pagi ini ia harus berangkat bekerja. Dan Tania akan terkejut melihat orang-orang baru yang belum dikenalnya. Terlebih ia tidak ada.
Remon mengusap lembut puncak kepala Tania. Gadis itu menggeliat pelan. Merasa terganggu dengan kepalan tangan Remon yang besar.
Pelan-pelan cahaya lampu yang masih menyala mulai terlihat remang-remang di mata Tania. Gadis itu membuka mata dan menoleh menatap wajah Remon dengan alis tertaut sambil mengerjapkan matanya. Tania merenggangkan kaki dan tangannya dengan mengangkatnya tinggi-tinggi sambil menggeliat dan menatap Remon berkali-kali.
"Bangun sayang." Suara berat Remon berbisik pada Tania. Lelaki itu sedang berada di samping ranjang Tania dengan tangan kekarnya yang terus membelai puncak kepala gadis itu.
Gadis itu tersenyum mendengar panggilan itu. Senyuman yang timbul tanpa sadar. Terlihat seperti senyuman miring namun sangat manis. Ia mengangkat kedua tangannya ke samping, minta di gendong.
Remon balas tersenyum dan mengangkat tubuh mungil Tania ke dalam pelukannya. Selimut yang ikut tertarik pun Remon lepaskan dibantu tangan Tania juga.
"Mau ngapain ayyah?" Tanya Tania.
"Siap-siap mau ketemu teman." Jawab Remon sambil memperbaiki rambut Tania yang berantakan. Sebelah tangannya menopang tubuh Tania di bokong gadis itu.
"Dimana temannya?" Tanya gadis itu dengan suara parau sambil menatap Remon. Ia kalungkan tangannya di leher pria itu.
"Nanti kesini." Jawab Remon.
"Iya tah?" Tania menggaruk ujung telinganya sendiri. Gatal.
"Mandi dulu." Remon membuka lemari dan menyuruh Tania memilih bajunya sendiri.
Tania meraih baju kodok berwana pink dengan kaos dalaman berwarna putih dan berlengan pendek.
"Emm jangan liat. Ayyah liat sana dulu." Tania memutar kepala Remon menggunakan tangannya. Ia hendak mengambil pakaian dalam dan bra lucunya. Tidak lupa pembalut juga di dalam box lemari itu. Semua itu dilakukan dalam gendongan Remon.
Remon menghela napas. Setelah gadis itu selesai mengambil semuanya, Remon membawanya ke dalam kamar mandi. Bathtub itu sudah penuh dengan air hangat yang tadi sempat Remon hidupkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Girl [21+]
RomanceWARNING!! 21++ Bijaklah dalam memilih bacaan! Mengandung Adegan Tak Senonoh dan hal-hal yang berbau sex! [Adegan 21+ berjalan sesuai alur dan plot cerita] Disarankan untuk pembaca yang sudah menikah. Yang masih kecik jangan ya nak🤓 Deskripsi: Remo...