"Ayyahh!!" Tania berteriak histeris melihat ayahnya dibawa ke ruang operasi. Kakinya yang sakit tidak dipedulikannnya lagi. Berkali-kali gadis itu jatuh terjerembab namun memaksa untuk langsung berdiri dan mengejar ayahnya lagi.
Remon mencoba meraih tubuh gadis itu namun langsung dicakar oleh kuku yang mulai memanjang di jari Tania. Membuat banyak luka menyebar di punggung tangan dan lengan Remon sebab laki-laki itu sudah menanggalkan jasnya. Tania bahkan tak segan untuk menggigit bila tak berhasil menghentikan orang-orang dengan cakarnya. Berkali-kali Remon menariknya, berkali-kali juga Tania hendak melepaskan diri.
Jonathan dan Mikha pun sampai tak kuasa menahan Tania yang memberontak. Bila tidak mereka yang terluka, maka gadis itu yang akan terkena dampaknya.
Tania terus histeris dan berusaha mengejar ayahnya dengan susah payah karena gaun yang ia kenakan. Jangan tanyakan bagaimana keadaan gaunnya. Warna putih itu sudah banyak terdapat bercak darah, baik itu darah Remon maupun Tania yang juga ikut terluka karena tangannya yang membabi-buta. Juga warna coklat karena lantai rumah sakit yang sehabis di pel pun disapu oleh Tania. Juga robekan kain di mana-mana. Menyebabkan kakinya jadi semakin terluka karena harus terjatuh berulang kali.
"Ayyahh..!!!" Tania menyedot kuat ingus yang berlomba-lomba keluar dari hidungnya. Ia tak mampu lagi berlari hingga harus menyeret kakinya yang sakit. Kepalanya terasa berputar dikarenakan emosi berlebihan yang ia keluarkan.
Sebelum terjatuh dan tak sadarkan diri, Tania sempat melihat bayang-bayang ayahnya yang dibawa masuk ke sebuah ruangan.
"Ay..yahh.. " Tania merasa tubuhnya limbung. Namun ia tak merasakan kerasnya lantai saat terjatuh. Justru sebuah tangan kekar dan tubuh seseorang yang langsung memangkunya.
"Remon!"
Jonathan dari jauh berlari membawa kursi roda milik Tania. Mikha sendiri sudah tak mampu dan memilih untuk duduk bersandar di sebuah kursi sambil menetralkan nafasnya yang terengah.
Remon mengangkat tubuh Tania yang pingsan. Kemudian berbalik menghampiri Ayahnya yang juga berjalan menuju kearahnya.
"Papa cuma bawa kursi roda. Mira lagi manggil suster buat bawa ranjang baru." ucap Jonathan melihat Remon menggendong Tania.
"Ngga usah." jawab Remon tenang sambil melempar tubuh Tania ke udara untuk memperbaiki gendongannya.
"Papa sama Mama nungguin Om Jeffrey ya nak. Tolong jaga Tania." ucap Jonathan.
Remon berdeham. Lalu berjalan pergi membawa Tania dalam rengkuhannnya. Remon sempat salah fokus pada dada Tania yang terbuka. Ia baru sadar gaun di dada istrinya itu robek saat gadis itu memberontak tadi. Menampilkan separuh isi buah dada Tania yang terlihat menggembul keluar. Remon terkejut. Bagaimana bisa? Pikiran Remon malah menerka-nerka. Apa Tania pernah disentuh orang lain sebelumnya? Ataukah memang gennya?
Dari kejauhan mereka terlihat seperti pasutri yang sedang acting film aksi. Pakaian pernikahan yang membalut tubuh keduanya sudah acak-acakan dan penuh dengan robekan. Ditambah gaun putih Tania yang terdapat bercak darah ikut menarik perhatian beberapa orang dan petugas rumah sakit.
Di pertengahan jalan Mira datang bersama dengan beberapa perawat sambil mendorong sebuah ranjang. Mereka bergegas menghampiri Remon yang berjalan tenang.
"Pak. Kami bawa ke ruangan ya untuk di periksa." Ucap salah seorang perawat ketika sudah berada di samping Remon.
Remon langsung meletakkan Tania di atas ranjang rumah sakit itu. Memperbaiki gaunnya, lalu melepas kemejanya sendiri untuk ditutupkan ke atas dada Tania. Sebab ternyata ada perawat laki-laki yang sudah salah fokus melihatnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Girl [21+]
RomanceWARNING!! 21++ Bijaklah dalam memilih bacaan! Mengandung Adegan Tak Senonoh dan hal-hal yang berbau sex! [Adegan 21+ berjalan sesuai alur dan plot cerita] Disarankan untuk pembaca yang sudah menikah. Yang masih kecik jangan ya nak🤓 Deskripsi: Remo...