9. Choice

7.4K 250 8
                                    


Remon  berdiri di depan kaca jendela kantornya sembari meneguk segelas kopi hangat. Di lihatnya kota besar itu dari atas sana. Kota yang sangat sibuk dengan orang-orang yang berlalu lalang di bawahnya.

"Jadi gimana?" Fa'ang, Karib sekaligus tangan kanan Remon itu mendekat dan ikut menerawang.

Remon menghembuskan nafas berat. Seandainya saja tidak ada gadis kecil yang ada di rumahnya itu, sudah pasti Remon langsung mengiyakan pertanyaan Fa'ang terkait keberangkatan menuju Seoul dua minggu lamanya.

Tapi kini, otaknya berpikir keras mempertimbangkan dirinya yang harus pergi atau tidak. Sebab sepertinya, gadis itu akan menggila bila ditinggal dirinya.

Remon kembali meneguk kopinya, ia benar-benar bingung dan tak tau harus bagaimana. Jika ia menolak kerja sama ini, akan sangat di sayangkan mengingat perusahaan tersebut adalah perusahaan terbesar di Seoul. Tetapi jika ia pergi, bagaimana dengan gadis itu? Tidak mungkin Remon membawanya, kan?

"Gak biasanya lo gini. Jadi pergi gak?" Tanya Fa'ang menatap Remon penuh tanda tanya.

Perlu diketahui, Fa'ang sendiri belum tau tentang Tania. Tidak ada yang tau selain keluarga besar Remon dan kedua orangtuanya tentunya.

Remon diam sejenak, "Nanti kita bicarakan." Pria itu meletakkan gelas yang sudah kosong itu di sisi jendela kemudian berbalik dan meraih jas hitam serta kunci mobilnya.

"Lah? Mon? Gua tunggu konfirmasinya malam ini!" Fa'ang setengah berteriak ketika Remon malah pergi keluar dari ruangan meninggalkan dirinya dengan berkas yang menumpuk di atas meja.

Pikiran Remon yang kalut itu bertambah berat tatkala ia melihat wanita yang sangat amat ia hindari tiba-tiba muncul di halaman kantor. Shellyn, siapa lagi?

Remon menghela nafas berat. Ia mempercepat langkah kakinya menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana. Sedang di belakangnya, Shellyn sudah berteriak memanggil-manggil namanya namun tak Remon gubris.

"Remon! Tunggu!! Remon!"

Remon tersentak ketika tiba-tiba sepasang tangan berhasil memeluknya dari belakang. Remon segera meraih tangan itu erat-erat kemudian melepaskannya dari pinggangnya menggunakan satu tangan.

"Sakit! Kamu mau kemana?!" Shellyn segera meraih lengan Remon kembali. Ia merasa Remon telah berubah. Mengapa laki-laki itu lebih banyak menghindar sekarang.

"Minggir." Suara dingin itu menguar. Remon menyentak tangan gadis itu di lengannya dan menatap Shellyn dengan alisnya yang menajam.

"Jangan sentuh, bitch!"

Shellyn mencelos mendengarnya. Walaupun itu benar, tapi mendengarnya dari bibir Remon membuat wanita itu sakit hati.

"Jangan ganggu." Remon mengucapkan itu sebelum berbalik untuk memasuki kemudi mobil.

Shellyn menatap nanar pada mobil Remon yang menjauh. Ia merasakan denyutan perih di hatinya. Ada apa dengan Remon?

•••••••

Remon sampai di rumahnya dan tidak mendapati orang yang membuatnya banyak pikiran.

"Tania mana?" Tanya Remon pada salah satu pelayan dapur.

"Non jalan sama nyonya tadi. Kurang tau mau kemana." Jawabnya sopan.

Remon segera berbalik menuju mobilnya lagi. Berniat menyusul tapi kemana? Menyadari sikap linglungnya Remon terdiam dan mencengkeram erat stir mobilnya sembari menutup mata. Apa yang terjadi padanya? Mengapa Tania selalu membuatnya terus kepikiran dan ingin terus berada di sisi gadis itu.

My Precious Girl [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang