5. Without You, Appa!

11.3K 290 24
                                    

Warning!

Jangan salah bacanya ya guys.. Ini chapter 5 . Karena wattpad author lagi error jadinya amburadul :v

Baca ini dulu sebelum chapter 6,7,8, dst...

Maaf atas ketidaknyamanannya ya
:D

Happy Reading!

~•••••••~

Demam Tania sangat tinggi. Berkali-kali gadis itu mengigau memanggil ayahnya. Remon sampai tidak bisa beranjak bahkan hanya untuk sekedar menghampiri Fa'ang yang kebingungan menghadapi problem di kantornya.

Remon memanggil seorang dokter wanita paruh baya untuk ikut menjaga Tania di rumahnya. Sementara Mira di tugaskan untuk kembali ke rumah lama Tania untuk mengambil beberapa bajunya.

Malam ini hujan turun rintik-rintik. Tidak deras, namun cukup membuat suhu udara menjadi dingin.

Saat ini seharusnya pemakaman Jeffrey dilangsungkan. Namun Remon belum mendapat kabar dari ayah maupun ibunya mengenai hal itu. Cuaca yang tidak mendukung sepertinya akan menunda pelaksanaan pemakaman.

Wajah Tania terus berkeringat padahal kamar itu sangat dingin karena AC yang menyala juga hujan di luar.

Demamnya sangat tinggi, sampai Remon harus mengganti kompresnya berkali-kali.

Entahlah, Remon tak mengerti mengapa ia melakukan ini. Tapi melihat ayah dan ibunya yang terpukul dan ia yang sudah menyetujui untuk menjaga Tania, mungkin itulah yang membuat dirinya merasa bertanggung jawab atas gadis ini. Terlebih, Remon sudah menikahinya. Itu artinya ia adalah seorang suami sekarang. Ya kan?

Tidak-tidak! Dia hanya menganggap Tania seperti adik. Tidak lebih.

"Ayyah.."

Tania terus memanggil ayahnya berkali-kali. Padahal kesadaran gadis itu belum kembali. Raut wajahnya seperti menahan sakit. Matanya belum juga terbuka.

Remon memilih berjalan menuju balkonnya. Menatap langit malam yang dipenuhi awan mendung dengan beberapa kilatan cahaya petir yang ikut bersahutan.

Remon mengacak rambutnya. Pikirannya sudah tak karuan. Tania. Jeffrey. Jonathan dan juga Mikha. Dan sekarang dirinya. Huft!

Percikan air hujan mengenai tubuh dan wajah Remon. Ia biarkan dinginnya air ditambah hembusan angin menghampirinya.

Tania di dalam sana terus saja mengigau tanpa henti. Kondisinya sangat buruk ditambah sebuah kabar yang Remon sendiri bingung akan memberitahunya atau tidak.

"Ayyahh!!"

Remon terkejut dan langsung berbalik untuk melihat Tania. Gadis itu menangis histeris dan menggila diatas kasurnya. Rupanya ia baru saja sadar.

Remon segera menghampirinya dan langsung mengambil tangan Tania yang membabi buta ke segala arah kemudian ikut berbaring di samping gadis itu dan memeluknya.

Tania terus menghentakkan kakinya menendang kaki Remon bahkan saking brutalnya hampir mengenai titik sensitif pria itu. Sebelah tangannya berhasil dilepaskan dan langsung terhempas ke segala arah hingga mengenai wajah dan kepala Remon.

My Precious Girl [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang