6. You is Appa?

9K 236 13
                                    

Warning!!

Cerita ini mengandung adegan yang tidak pantas dan rating 21+

Diharapkan pembaca bijak dalam memilih bacaan! :)

Nak..
Mau anu" Kan?
:D

Area 21+
Dibawah umur skip aja part ini ya nak :v

•~~~~~~~•

Remon yang baru saja pulang dari kantor segera bergegas menuju kamar Tania dengan jas yang ia jinjing di tangan kanannya dan tas kantor yang terlihat penuh di tangan kirinya serta bajunya yang sudah nampak kusut dimana-mana. Jangan lupakan rambutnya yang sudah seperti tersengat arus listrik.

"Gimana Tania?"

Mikha sedikit syok melihat Remon berdiri di depan pintu dengan keadaan yang sangat amburadul. Anaknya itu berbicara dengan ekspresi wajahnya yang terlihat frustasi.

"Tania pingsan habis jatuh tadi. Dokter Gisya udah nanganin. Tapi kayaknya besok mau di ronsen takut kenapa-napa."

Remon masuk dan melihat keadaan Tania yang dipasang alat pernapasan. Remon sedikit khawatir melihat kakinya begitu banyak luka dan lebam yang membiru. Ditambah kepala gadis itu juga benjol di bagian dahinya. Remon sempat masuk untuk mengusap benjolan itu lembut kemudian memperbaiki anak rambut Tania yang menutupi wajahnya. Ia merasa bersalah meninggalkan gadis itu. Remon tau ibunya dan Mira pasti tak mampu menahan tantrumnya Tania.

"Demamnya naik turun, tapi Tania belum sadar. Mama mau pijit kakinya soalnya bengkak." jawab Mikha.

Mendengar itu Remon mengangguk dan membalikkan badan melenggang pergi dari sana. Ia berjalan menuju kamarnya untuk mandi terlebih dahulu.

Sesampainya di kamar Remon langsung melempar tas dan jasnya di atas kasur. Dengan tidak sabar ia melepas kancing kemejanya dikarenakan gerah dan merasa suntuk.

Remon meraih bathrobe di dekat lemarinya kemudian segera masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya.

Lenguhan berat Remon terdengar di dalam ruangan itu. Ia menengadahkan wajahnya ketika air shower mulai berjatuhan. Menelusuri seluruh tubuhnya yang kini telah terbuka.

Remon menyibak air di rambutnya yang sempat menutupi wajahnya. Lenguhannya semakin terdengar jelas seiring nafasnya yang naik turun. Tekanan batin dan pikiran membuat tubuh Remon belakangan ini menjadi mudah lelah. Ia seperti merasa tidak seperti biasanya. Apa karena?

Oh shit!

Remon menyentuh miliknya yang tak tertutup oleh sehelai kain pun. Matanya terpejam menikmati aliran air yang terasa sejuk mengenai tubuhnya.

Sepertinya ia butuh melepaskan semua kepenatan ini. Ia ingin dipuaskan tanpa harus berlelah-lelah mengontrolnya.

Remon memijat miliknya pelan-pelan maju mundur. Ukurannya yang besar terlihat menggemuk dikarenakan selalu terkurung dalam sesaknya celana jeans.

Remon mendesah berat. Matanya masih terpejam dan sesuatu yang ia pikirkan membuatnya tak sabar. Diambilnya segenggam sabun cair di dinding untuk membuatnya sedikit licin. Perlahan tangan Remon bergerak intens. Ia tak bisa menahannya lagi. Matanya terpejam, dan bodohnya disaat-saat seperti ini yang muncul di pikirannya adalah wajah Tania. Wajah cantik Tania di hari pernikahan mereka.

Remon mengerutkan keningnya dalam. Berusaha mengingat wajah wanita lain namun siapa? Tidak mungkin para jalangnya.

Remon mendesah berat dan mempercepat ritme tangannya disaat ia merasa hampir mencapai puncaknya. Wajah polos Tania itu terus membayanginya. Membuat Remon menggelengkan kepalanya berkali-kali.

My Precious Girl [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang