8. You're

8.7K 275 6
                                    

Remon kembali ke ruangan Tania untuk mengecek keadaan gadis itu. Terakhir ia masih tidur nyenyak dalam pelukannya dan syukurlah itu menjadi kesempatan untuk mereka melakukan ronsen tadi.

Remon baru saja membuka pintu dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah polos Tania yang masih terlelap dalam tidurnya. Mira langsung berdiri dari kursi ketika mengetahui kedatangan Remon.

Pria itu melangkah mendekat dan duduk di sisi pembaringan gadis itu. Di sentuhnya tangan mungil Tania yang terlihat putih pucat. Tania tidak kurus, tidak pula gemuk. Tubuhnya ideal sesuai dengan tinggi badannya yang mungil. Dan disitulah Remon melihatnya. Sebuah cincin telah melingkar cantik di jari manisnya.

Iya, itu cincin pernikahan mereka. Hati Remon berdesir hangat ketika mengingatnya. Ia tersadar akan satu hal, Tania adalah istrinya. Hah? Hatinya bertanya-tanya.

Benar, Tania adalah istrinya.

Remon memejamkan matanya. Di genggamnya tangan dingin Tania menggunakan telapak tangannya yang besar. Bagaimana bisa Remon lupa? Bagaimana bisa ia egois meninggalkan wanita yang hanya memiliki dia dan keluarganya di dunia ini. Terlebih, wanita ini telah menjadikan Remon tumpuannya. Yang apabila Remon berkhianat dan memilih pergi. Maka ia bukan hanya kehilangan gadis ini tetapi juga melanggar sebuah janji. Ya, janjinya pada mendiang ayah Tania, yakni Jeffrey.

"Maaf."

Remon menghirup kuat punggung tangan Tania dalam-dalam. Ia usap dengan lembut berharap bisa memberi ketenangan dari sana. Di singkirkannya anak rambut yang menutupi mata gadis itu. Di benarkannya letak selimut dan di bersihkannya pipi Tania yang terdapat jejak air mata yang mengering pelan-pelan dengan tisu basah di sana.

Jonathan yang melihat itu dari depan pintu ruangan pun mengurungkan diri untuk masuk. Mikha pun hanya bisa tersenyum dan bertukar pandang dengan suaminya. Mereka berharap Remon bisa menyayangi Tania, seperti adiknya sendiri.

"Biarkan mereka, Ma." Jonathan mengusap lembut tangan Mikha yang memeluk lengannya di sampingnya.

"Iya, Pa. Semoga Remon bisa sayang sama Tania ya Pa?" jawab Mikha sembari bersandar di bahu suaminya.

•~~~~~~~•

"Ayyah.. "

Remon terbangun ketika samar-samar mendengar suara Tania. Pria itu Perlahan-lahan membuka matanya yang masih terasa berat. Dan pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Tania yang sudah membuka mata dengan matanya yang terlihat lebih segar dibanding kemarin.

"Ayyahh.. Num.." Tania menunjuk botol air mineral di meja dekat sofa.

Remon mengucek matanya, penglihatannya belum jernih. Ia mengikuti arah jari telunjuk Tania dan melihat beberapa botol air minum di atas meja.

"Mau minum?" tanya Remon dengan suara seraknya khas orang yang baru bangun tidur.

Tania mengangguk. Remon segera bangkit dan mengambil sebotol air mineral di atas meja. Dilihatnya Mira nampak tertidur duduk di sofa dengan bertumpu pada bantal sofa.

Remon kembali dan membuka tutup botol kemudian menyodorkannya ke arah Tania. Gadis itu segera meraihnya dan meminumnya.

"Pelan-pelan." Remon masih setia menahan botol air itu bersamaan dengan tangan Tania yang tak sabaran terus menariknya pula.

Tania mendesah lega. Ia mengusap mulutnya menggunakan punggung tangannya. Diserahkannya botol itu kepada Remon dan langsung ditutup rapat oleh pria itu. Remon melirik jam dinding sekilas. Masih pukul 5 pagi. Ia masih mengantuk namun sepertinya Tania enggan untuk tidur lagi.

"Ayyahh.. Mau pipis.."

Mata Remon sedikit terbelalak ketika mendengarnya. Walaupun ia tau itu adalah permintaan yang wajar, Remon merasa sedikit kebingungan harus melakukan apa.

My Precious Girl [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang