Seharian ini Tania badmood karena badannya seperti remuk. Ia malas untuk melakukan apapun dan memilih berbaring seharian di atas kasur. Tentu saja harus dengan Remon.
Tania benar-benar tidak bisa ditinggal walaupun sebentar. Bahkan ketika pria itu ingin ke toilet pun Tania terus merengek minta ikut.
Remon sampai harus memanggil orang untuk memijat tubuh Tania. Sepertinya gadis itu rewel karena tak enak badan.
Remon terus menemani proses pemijatan sampai selesai. Gadis itu menjerit-jerit sambil terus berpegangan padanya ketika ahjumma berusia 50 tahunan itu memaksa untuk tetap memijatnya padahal gadis itu sudah mencak-mencak tak karuan. Ahjumma itu sudah terbiasa memijat bayi dan anak-anak maupun orang dewasa seperti Tania. Jadi ia tenang-tenang saja walaupun Tania terus memberontak. Sebab ia sudah pernah menghadapi toddler yang lebih lincah dari ini. Yang penting, semuanya bisa sembuh.
Benar saja, setelah siang hari dipijat dan sempat tidur siang sebentar, akhirnya gadis itu bangun jam 3 sore dan meminta untuk jalan-jalan beli makanan.
Remon menyuruh Oma Chan, Herin dan Irene pulang tadi siang ketika tugas rumah sudah di selesaikan. Jadi sekarang hanya dirinya sendirilah yang menjaga Tania.
Gadis itu sudah cantik dengan memakai baju kodok rok selututnya yang berwarna hitam. Sengaja Remon pilihkan hitam karena Tania celemotan saat makan.
Sekarang Remon sedang memakaikan kaos kaki dan sepatu putih di kaki gadis itu. Kemarin ketika Tania tertidur sandal kelincinya hilang sebelah entah kemana. Dan Remon selalu belajar dari kesalahan.
"Sakit?" tanya Remon sambil menatap ke arah Tania.
"Ndaa ayyah," jawab Tania sambil menggeleng.
Remon bangkit dan sudah menyentuh ketiak Tania untuk menggendongnya namun gadis itu langsung mendorong tangan besarnya sambil menggelengkan kepala.
"Mau jalan ajjaa ayyah.." cicit Tania.
"Gak sakit?" tanya Remon. Ia takut selangkangan Tania masih ngilu.
"Em.. sebentar ayyah.." Tania bangkit dan mencoba berjalan beberapa langkah. Ada sedikit rasa ngilu, tapi tidak seberapa dibandingkan rasa sakit ketika Ahjumma itu yang mengurut selangkangannya kuat-kuat.
"Sakit sayang?" tanya Remon lagi.
"Ndaa.. Ayyah." Tania tersenyum ke arah Remon.
Remon tersenyum miring. Ia senang Tania tersenyum. Sangat cantik dimatanya. Tangan pria itu terulur, meraih tangan mungil itu lalu menggenggamnya. Mereka menuruni lift bersama. Lalu masuk ke area parkiran dan masuk ke dalam mobil.
Remon memasangkan sabuk pengaman Tania. Ia menyalakan mesin mobilnya lalu mengemudi ke jalan raya.
"Mau apa?" tanya Remon.
"Eum.. Balon ayyah.." jawabnya sambil menggoyangkan tubuhnya riang.
Melihat tingkahnya yang seperti anak-anak itu membuat Remon tidak percaya tadi malam ia telah meniduri gadis ini.
Dan Remon baru sadar. Tania tidak trauma dan takut. Apa gadis itu menyukainya? Walaupun Tania rewel karena sakit di area selangkangannya, tapi gadis itu tetap menerima perlakuannya di kamar mandi tadi. Benar-benar mudah terangsang dan menikmati.
Remon sedikit khawatir jika Tania di sentuh oleh orang lain apa gadis itu juga akan mudah terangsang dan menyerahkan diri juga? Jangan sampai, Remon tidak akan membiarkannya.
Remon menuju festival street food yang ada disana. Terlihat seperti pasar malam yang ada komidi putar serta bianglala, namun bedanya sekarang masih sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Girl [21+]
RomanceWARNING!! 21++ Bijaklah dalam memilih bacaan! Mengandung Adegan Tak Senonoh dan hal-hal yang berbau sex! [Adegan 21+ berjalan sesuai alur dan plot cerita] Disarankan untuk pembaca yang sudah menikah. Yang masih kecik jangan ya nak🤓 Deskripsi: Remo...