19. Good Bye..

12.8K 445 201
                                    

3 hari lagi tersisa. Dan Tania akan meninggalkan Seoul bersama Remon untuk kembali pulang. Urusan pria itu sudah hampir selesai. Bahkan mungkin, 2 hari yang tersisa akan ia habiskan bersama Tania di kota ini.

Oma Chan terkadang bersedih ketika melihat Tania yang sedang asik bermain bersama Herin. Tidak lama lagi, mereka akan berpisah dan mungkin tidak akan pernah bertemu dalam waktu yang lama.

Walaupun masih terhitung singkat, tapi Oma Chan sudah sangat menyayangi gadis itu. Ia senang ketika Tania selalu menemaninya memasak dengan duduk di atas meja sambil membantunya. Entah itu mengacak tepung ataupun bermain air. Oma Chan akan sangat merindukannya.

Herin juga merasakan hal yang sama. Ia seperti ingin terus menemani Tania. Menyiapkan bajunya dan mengingatkannya untuk mandi, mendandaninya dan bermain boneka bersama. Herin akan merindukan gadis itu juga.

Dan Irene..

Wanita itu tersenyum sendu. Dibanding memikirkan Remon, ternyata hatinya lebih sedih ketika mendengar kabar mereka akan berhenti besok. Ia pikir hatinya gundah karena tidak bisa melihat Remon lagi. Tapi ternyata salah, mungkin karena..

"Onni.. Mau obat jeruk.."

Irene tersenyum sedih dan langsung menarik tubuh gadis di hadapannya itu untuk di peluk. Tania selalu menagih vitamin gummy itu setiap hari untuk di cemilin. Membuat Irene meneteskan air matanya ketika ia sadar, mungkin ini adalah obat jeruk terakhir pemberiannya.

"Peluk onni jika mau." ucap Irene di sela isak tangisnya.

Tania yang awalnya hanya berdiam diri ketika di peluk pun langsung mengangkat tangannya dan memeluk erat bahu Irene sambil tersenyum.

"Banyak-banyak ya Onni.." cicit gadis itu membuat Irene tertawa.

"Jaga dirimu, Tania. Kau bisa meminta pada ayahmu jika ingin obat jeruk lagi." ujar Irene sambil menyerahkan 2 bungkus vitamin gummy ke tangan Tania.

"Makasih, Onni.." Tania langsung mengunyah permen itu yang sudah di buka oleh Irene. Lalu berbalik dan mendatangi Herin yang sedang menyusun mainannya.

Oma Chan tersenyum. Hari ini suasananya begitu sedih. Mungkin karena hari terakhir mereka bekerja di sini. Oma Chan sedang memanggang kue pie strawberry kesukaan Tania. Berharap gadis itu akan mengingatnya suatu hari ketika memakannya lagi.

"Tania, dengar Onni.. Jangan lupa untuk mandi ketika hari sudah mulai sore. Kau harus sudah cantik ketika ayahmu datang, mengerti?" Herin menyentuh kedua pipi Tania dan menatap matanya. Alisnya tertaut sedih ketika ia sadar tidak akan melihat wajah lugu gadis ini lagi besok.

Tania tersenyum dan mengangguk, "Iya, Onni.."

"Gadis pintar. Boleh Onni memelukmu?" tanya Herin menatap lurus pada Tania.

Gadis itu langsung menghambur ke pelukan Herin dan tertawa kecil. Mengapa semuanya suka peluk hari ini?

Herin mencoba menahan air matanya dan mengusap surai lembut Tania yang panjang. Padahal, ia sudah sangat nyaman menjaga Tania. Tapi mungkin mereka lupa, tugas mereka hanya 2 minggu saja.

Seharian itu, Tania menghabiskan waktu bersama Oma Chan, Herin dan Irene. Mereka mengabadikan beberapa moment dengan menjepretnya sesekali.

Mereka sudah mengerti, seperti apa Tania. Dan Remon, adalah suaminya yang menerima Tania apa adanya.

Jika orang menyebutnya sebagai disabilitas mental. Maka mereka akan menjawabnya sebagai gadis berharga yang membawa cinta. Sebab hadirnya Tania, mampu membuat siapapun mencintainya. Ya, cinta yang sesungguhnya ketika berada di dekatnya.

My Precious Girl [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang