Remon menghembuskan nafasnya berat. Sekarang sudah pukul 23.48. Dan Tania sudah terlelap dalam tidurnya. Menyisakan pria itu yang masih duduk termenung di balkon sambil menyesap vape. Ia hanya mengenakan boxer yang dibalut bathrobe.
Remon berniat ingin tidur malam ini. Tapi hatinya bimbang. Entahlah, ia memikirkan Tania. Sebenarnya bisa saja ia menyuruh bodyguardnya kemari untuk menjaga apartemen. Tapi bagaimana jika gadis itu bangun dan dirinya tidak ada?
Remon tidak bisa membayangkannya.Atau, ia tidur disini saja? Shit! Bagaimana jika Tania bangun dan melihatnya. Atau bahkan mendengar suara yang tak pantas itu.
Ketimbang itu, Remon lebih memikirkan bagaimana perasaan gadis itu jika tau ia tidur bersama wanita lain. Mungkin Tania akan membencinya, atau entahlah. Remon menggeleng kuat. Kenapa ia harus memikirkan itu.
Tapi ini aneh, Remon biasanya tak bisa menahan hasrat seksualnya. Dalam seminggu pasti ia akan melakukannya walaupun sekali. Mungkin karena ia sangat sibuk belakangan ini. Jadi pikirannya lebih mendominasi.
Remon menghembuskan asap vape ke udara. Sesekali ia tersenyum samar mengingat bagaimana Tania menginginkan sebuah ciuman. Apa gadis itu belum pernah merasakannya? Euforia sesungguhnya adalah bercinta.
Remon menerka-nerka bagaimana jika gadis itu sudah merasakan nikmatnya bercinta, apa dia juga akan berani memintanya lagi? Remon tersenyum miring membayangkannya. Tapi bisa jadi juga Tania trauma dan menganggapnya orang jahat kalau sampai itu terjadi.
Remon tak ingin menyentuhnya, ia tak ingin gadis itu semakin terluka psikisnya. Tapi kalau Tania yang menginginkannya, lain lagi ceritanya.
"Engh, ayyah.."
Remon mengangkat wajahnya. Dibalik kaca balkon yang bening dan jernih ia melihat Tania yang sepertinya gelisah dalam tidurnya. Lampu tidur kamar yang remang-remang tidak menghalangi mata tajam Remon untuk melihat Tania dengan jelas, sebab gadis itu sedang menghadap ke arah balkon. Gadis itu masih memejamkan matanya, namun bibirnya terus mengelu-elukan ayahnya.
Remon meletakkan vape di atas meja balkon lalu bangkit menghampiri Tania yang sepertinya sedang bermimpi buruk atau mengigau. Remon takut Tania bermimpi bertemu Jeffrey.
Pria itu berbaring di samping Tania dan membawa tubuh gadis itu mendekat lalu memeluknya. Wajah Tania ia letakkan di dadanya seraya tangan besarnya mengusap lembut puncak kepala gadis itu.
"Engh.. Ayyah.." Tania menggeliat dalam pelukan Remon. Ekspresi gadis itu seperti menahan sakit.
"Disini.. Sayang.. " Remon berbisik lembut sambil mengusap lembut pipi Tania. Ia cium puncak kepala gadis itu dengan sayang.
Tania perlahan membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah Remon yang begitu dekat. Remon menatap dalam pupil mata Tania yang membesar.
Gadis itu menyebikkan bibirnya menatap Remon dan matanya mulai berkaca-kaca. Tiba-tiba mulutnya terbuka namun tidak bersuara. Dan detik berikutnya, tangis Tania pecah. Gadis itu menangis dengan nada yang sesak. Seperti menahan sesuatu dihatinya. Tangan mungilnya sudah ia pukulkan ke dada Remon yang masih terbalut bathrobe.
Tangisan Tania berbeda dari biasanya. Kali ini terdengar ada kemarahan dalam emosi gadis itu. Remon yang terkejut dan bingung pun segera bangun dan membawa Tania untuk duduk.
Tania masih terus menangis dengan mata terpejam dan suara yang sesak. Tangan gadis itu tidak berhenti memukul berkali-kali pada Remon membuat bathrobe Remon terbuka. Pria itu memilih melepasnya sekalian. Ia bingung dan tak mengerti apa yang terjadi pada Tania.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Girl [21+]
RomanceWARNING!! 21++ Bijaklah dalam memilih bacaan! Mengandung Adegan Tak Senonoh dan hal-hal yang berbau sex! [Adegan 21+ berjalan sesuai alur dan plot cerita] Disarankan untuk pembaca yang sudah menikah. Yang masih kecik jangan ya nak🤓 Deskripsi: Remo...