11. Malam puncak

10 3 2
                                    

Langit yang semula terang kini menjadi gelap, dan tiba saatnya malam ini adalah malam puncaknya acara.

Dimulai dari pukul 19:00-22:00 diisi dengan beberapa kegiatan, sampai disana mereka semua diminta untuk segera kembali memasuki tenda untuk tidur, lalu tepat pukul 01:00 para peserta dibangunkan oleh panitia setelah mendirikan tumpukan kayu bakar berbentuk piramid untuk penyalaan api unggun.

Api unggun kini telah menyala dilingkari oleh seluruh mahasiswa, memberi kehangatan bagi mereka ditengah tengah udara yang begitu dingin.

Setelah hampir 1 jam saat panitia sedang mengisi acara, tiba tiba saja hujan turun dengan sangat deras membuat semua orang yang ada di sana berhamburan menuju tenda masing-masing, dan api unggun yang perlahan mulai padam. Lauren, Zea dan Rayna tiba di dalam tenda dengan tubuh yang sudah dibasahi air hujan karena posisi mereka tadi berjarak lumayan jauh dari tenda.

Tidak lama terdengar suara pengumuman dari panitia yang menyarankan untuk segera tidur saja di karenakan hujan lebat dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan kegiatan.

Mendengar itu mereka kembali memakai sleeping bag dan segera tidur. Namun sudah beberapa menit Lauren masih tidak bisa tidur ditambah suara rintikan air hujan dari atas tenda yang sangat berisik.

Waktu sudah menunjukkan pukul 02:30 dan Lauren masih belum bisa tidur, bahkan saat ini kondisi tubuhnya melemah, kulitnya tampak pucat dan dingin, jantungnya berdebar, dan tubuh yang menggigil. Tubuhnya bergerak gerik gelisah sambil sesekali melenguh dengan mata yang terpejam.

Merasa terganggu dengan suara lenguhan dan gesekan dari sleeping bag di sebelahnya, Zea lalu membuka mata menoleh ke arah Lauren yang berada tepat di sebelahnya. Awalnya ia ingin memarahi Lauren, namun setelah menyadari bahwa Lauren sedang tidak baik-baik saja, sontak Zea langsung bangun dengan wajah khawatir, lalu menggoyah goyahkan tubuh Rayna berusaha membangunkannya.

"Ray bangun ray"

"Emmhh apasih ze" lenguh Rayna masih Dengan mata yang terpejam.

"Cepetan bangun dulu!" Seru Zea panik

Rayna lalu membuka matanya dan menatap ke arah Zea dengan sinis.

"Lo pasti mau minta anter ke toilet lagi kan?"

"Bukan, liat tuh Lauren!"

Rayna membelalakkan matanya saat melihat keadaan Lauren, ia lalu mendekat ke arah Lauren.

"Di-dia kenapa ze?" Tanya Rayna panik

"Gue juga gak tau Ray, kayaknya dari tadi deh dia kayak gitu"

"Ren, are you okey?" Ucap Rayna seraya menempelkan punggung tangannya ke dahi Lauren.

"Dinginn" gumam Lauren dengan tubuh yang menggigil dan mata yang masih terpejam.

Hujan yang semakin deras membuat mereka kesulitan untuk meminta bantuan pada panitia, Zea mencoba mengintip keluar dari dalam tenda melihat kearah tenda panitia yang lumayan jauh dan nampak tenda mereka yang sudah tertutup rapat.

Zea menghela nafas lalu kembali menghampiri Lauren. Zea dan Rayna semakin dibuat khawatir pada Lauren yang mulai menangis dan tak hentinya bergumam karena kedinginan.

"Kayaknya dia terkena hipotermia, Ray"

Satu jaket tidak cukup bagi Lauren saat ini, Rayna kemudian membuka jaket yang dikenakannya.

"Ren, lo pake jaket gue juga ya"

Lauren membuka matanya perlahan dan mengangguk. Lalu Rayna membantu Lauren untuk duduk dan memasangkan jaket pada Lauren, nampak Lauren masih menggigil kedinginan, Zea langsung memeluk Lauren begitupun Dengan Rayna untuk memberikan kehangatan, Lauren masih menangis kecil namun setelah hampir setengah jam usaha mereka berhasil, tangisan Lauren terhenti, dengan sigap mereka merebahkan tubuh Lauren membiarkannya tertidur pulas.


Acara perkemahan itu berhasil menyatukan mereka, yang tadinya saling benci dan punya dendam masing-masing kini melebur seketika.

Sejak saat itulah persahabatan diantara mereka dimulai.


-
-
-
-
-


Btw Lily masih satu jurusan sama mereka ya

Dan ikut camp kok, cuma gak satu tim sama Lauren.


SEE YOU NEXT CHAPTER🧡










You Or HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang