𝟯𝟯. Usaha Tidak Akan Mengkhianati Hasil

93 18 0
                                    

Note. Hai, readers tersayang~ Apa kabar? Bagaimana hari kalian, nih? Semoga baik-baik selalu, ya! Oh iya, tolong jangan terlalu diambil hati ya karena aku lama update dan selalu ganti-ganti typing... Tapi sekarang aku lagi libur panjang, jadi aku usahain buat update sekaligus, alias mau aku cepet-cepetin tamatnya (Fyi, aku juga lama' muak sebab cerita ini ngga pernah selesai dari tahun lalu)

Terus juga kalo ada kesempatan, aku mau ngerevisi seluruh chapter di cerita ini, biar sama kayak cerita sebelah dan jadi lebih rapi.

Itu aja sih hahaha, happy reading readers tersayang.

Itu aja sih hahaha, happy reading readers tersayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

───────────── Sanctuacry.

Terhitung dua minggu telah berlalu, saat ini Akane tengah berlayar bersama Shakky menuju Markas Revolusioner, Baltigo.

Segala macam hal yang ingin diberikan kepada pasukan Revolusi telah dia persiapkan sejak kemarin. Selain itu, dia juga memiliki misi untuk membantu Sabo mengingat masa lalunya secara perlahan.

“Kau terlihat bahagia sekali, Akane-chan.” Suara Shakky mengalihkan perhatian sang dara yang sedang mengamati ombak kecil di bawah sana.

“Begitu kah? Hahaha, mungkin karena aku sangat menunggu momen ini terjadi?” Ucap Akane, senyumannya berubah teduh.

“Syukurlah, ya. Berkat bantuan Marco, kau jadi bisa mendapatkan Eternal Pose itu. Aku turut senang.” Kata Shakky, sembari berjalan mendekat.

Akane mengangkat pandangannya, menikmati semilir angin yang menabrak kulit putihnya. “Benar, aku ingin memberikannya sesuatu sebagai ucapan terimakasih.”

Mendengar itu, Shakky hanya bisa terkekeh pelan. Menurutnya Akane benar-benar gadis yang luar biasa baik di tengah dunia yang penuh kejahatan ini. Bagaimana tidak? Dia dengan tulus rela melakukan apa pun demi seseorang.

★★★

“Shakky-san apa kau yakin tidak mau ikut bersamaku?” Tanya Akane dari bawah untuk memastikan.

“Iya, aku akan menunggu mu di sini, jangan khawatirkan aku.” Jawab Shakky dengan senyuman meyakinkan.

Mau tidak mau, Akane mengangguk menyetujui lalu melangkah pergi guna mencari Markas Revolusioner di pulau penuh hamparan pasir putih ini.

“Gotcha!” Sudut bibir gadis itu sedikit terangkat ketika melihat sebuah bangunan besar yang diketahui merupakan Markas pasukan Revolusi, setelah memakan waktu cukup lama.

Akan tetapi, belum sempat mencapai wilayah Markas, dua orang penjaga berjubah sudah lebih dulu menghadangnya.

“Kau! Akane Beliard!? Ada urusan apa kau datang kemari?”

𝗦𝗮𝗻𝗰𝘁𝘂𝗮𝗰𝗿𝘆.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang