PROLOG

187 8 0
                                    

Say "Hi" My Readers𔓘

Vote dan comment sebagai bentuk menghargai penulis, atau paling tidak follow penulis.

Follow Wattpad, Tiktok, Twitter dan Instagram saya➴
Tiktok: Tinta Cerita✎
Twitter: Lovely💤
Instagram: Lycivaaaa_

Yang harus diperhatikan dalam membaca cerita ini:

1. Cerita ini imajinasi penulis sendiri dan tidak ada copas milik penulis lain jadi jangan coba-coba memplagiat atau akan saya viralkan.

2. Ambil positifnya sebagai pembelajaran dan buang negatifnya untuk hal yang tidak pantas diikuti.

3. Jika ada kesalahan dalam penulisan silakan dikoreksi.

4. Kalau tidak suka cerita ini yaudah tidak apa-apa asalkan jangan menyebar luaskan yang tidak-tidak tentang karya saya.

5. Pembaca harap bijak dan betul-betul dalam membaca agar tidak terjadi keliru saat sedang membaca.

6. Vote dan comment sebagai bentuk menghargai penulis, atau paling tidak follow penulis.

7. Setiap tokoh memiliki masalah tersendiri dan tidak terfokus kepada tokoh utama saja.

8. Mohon maaf jika ada perkataan dan perilaku yang tidak berkenan di dalam cerita ini, sebab semua ini hanya 100% fiksi.

9. Follow Wattpad, Tiktok, Twitter dan Instagram saya.
Tiktok: Tinta Cerita✎
Twitter: Lovely💤
Instagram: Lycivaaaa_

10. Selamat membaca💞

***

Kian matanya tidak lepas dari tautan pandangan laki-laki itu. Sebuah kebetulan dan keberuntungan akhirnya Nadi dipertemukan lagi oleh laki-laki pujaan hatinya.

Setelah dia pergi dari hadapan Nadi, Luna pun menyadarkan temannya dengan menyenggol lengan Nadi. "Hei, kalian sudah seperti di drama Korea saja, begitu nyamannya menatap dia daripada suaraku?"

Nadi mengedipkan matanya berulang kali. "Apa katamu? Aku tidak dengar,"

"Kamu lebih nyaman menatap laki-laki itu daripada mendengarkan suaraku?" ulang Luna menekan setiap kalimatnya.

"Maaf, aku tadi sedikit bingung..."

Luna tersenyum. Ponselnya berbunyi, membuat atensi Nadi menatap Luna dalam. Luna tersenyum kikuk. Ada apa? Nadi menatapnya begitu seram.

"Aku angkat sebentar," ucap Luna mengangkat ponselnya cepat-cepat. Luna tahu Nadi tidak suka mendengar ponsel berbunyi ketika di sela-sela berduaan, kata Nadi itu mengganggu.

Nadi diam mendengarkan percakapan Luna, Nadi tahu siapa yang menelpon temannya.

"Bisa sabar sebentar? Aku masih ada kelas,"

"..."

"Iya setelah kelas aku ke apartemen mu,"

"..."

"Biarkan aku menyelesaikan kelas terlebih dahulu."

Sambungan telepon terputus. Luna mengerutkan keningnya gelisah. Luna takut akan di lukai seperti dulu. Nadi merespon perubahan raut wajah Luna yang tadi bahagia sekarang malah muram. Nadi tahu dengan siapa Luna berbicara tadi.

CRIMINAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang