Swiss🇨🇭
Disinilah mereka tinggal sekarang. Di negara baru, di desa terpencil. Hidup dengan bangunan kayu yang kokoh, yang di tata rapi membentuk rumah yang layak serta indah. Tak lupa biaya rumah itu pun sangat mahal walau hanya dibangun dengan kayu jati.
Ya beginilah kehidupannya. Membantu berlari takut tertangkap tali kematian menuju neraka sang Tuan. Tidak kehabisan akal, semua dilakukan menggunakan otak dan uang agar selamat hingga mati di jemput Tuhan bukan Tuan.
Langkah demi langkah ia percepat memasuki rumah yang baru saja menjadi miliknya dan temannya beberapa jam yang lalu. Dengan bantuan uang milik teman lelakinya, kini ia dan perempuan itu tinggal bersama di negara orang dengan sejuta ketakutan dan rela meninggalkan sang ibu di rumah seorang diri.
Bukan tanpa alasan, semua kerelaan dilakukannya dengan alasan melindungi seseorang yang pernah melindunginya juga. Ini adalah timbal balik kebaikan untuk orang sebaik perempuan itu, Luna.
Bokongnya ia dudukan di sofa. Rumah itu sudah difasilitasi segala-galanya, layaknya benar-benar rumah yang pernah terpakai oleh orang lain. Ada meja makan berbahan kayu, pintu pun kayu, meja ruang tamu bahkan kursi juga dari kayu. Kayu tua yang kokoh dan indah, semuanya hampir terbuat dari kayu. Ia merasa hidup seperti gadis-gadis Belanda yang tinggal di desanya.
Ia lirik tangan yang lebih kecil darinya, bahkan tangan itu tak kunjung melepaskan genggamannya. Sudah lebih dari beberapa jam, ia digandeng dalama posisi itu oleh Luna.
"Lun, kita sudah di negara orang. Ku yakin dia tidak tahu kita disini." Ujarnya menenangkan hati Luna. Jari-jemarinya perlahan-lahan melepas tangan perempuan itu.
"Dia itu mirip setan, dimana pun aku berada dia selalu ada di tempat itu juga." Sahutnya.
Ia tersenyum manis. "Sudah jangan takut, ada aku di sini. Jikalau dia di sini juga, aku yang akan menghadangnya membawa mu pergi,"
Luna menggelengkan kepalanya pelan. Kepalanya diletakkan di pundak lebar Nadi. "Terimakasih sudah membantu ku sejauh ini, Nadi. Kamu rela membawa ku pergi keluar dari negara kita dengan tangan kosong."
"Apapun itu selagi untukmu, aku akan melakukannya. Kamu temanku yang ku anggap kakakku sendiri, sudah jangan bersedih."
Pintu terbuka menampilkan laki-laki yang menyarankannya pergi membawa Luna dari negaranya sendiri. Laki-laki baik yang mau mengeluarkan uangnya hanya untuk membiayai kehidupannya dan Luna yang baru. Kebaikannya membuat ketampanannya meningkat pesat, ia kagum.
"Nadi, cctv ini mau di pasang dimana saja?" Tanyanya mengangkat beberapa kotak cctv untuk di pasang dirumah baru itu.
Ia berdiri, membawa laki-laki itu menuju ke kamar. "Di masing-masing kamar pasang satu, di dalam dan luar dapur masing-masing satu, di teras satu, dan di taman satu. Kalau bisa, disembunyikan ketempat yang tidak dapat dilihat, ya?" Dia— Abigail mengangguk-angguk mendengar arahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL LOVE
General FictionSETELAH BACA WAJIB VOTE SERTA FOLLOW‼️ Bedakan mencintai tulus dari hati dan mencintai hanya karena nafsu. Akibat dari perasaan yang keras dan susah membedakannya, akhirnya jatuh ke dalam jurang manusia tak berotak.