Pernikahan diadakan di bangunan tiga lantai ini. Mama Sofia dan bundanya Isa sudah bersepakat untuk tidak membuka toko dan butik, mereka memindahkan barang-barang dagangan ke lain tempat dan malah mengadakan pesta pernikahan anak-anaknya di sana. Namun, karena itu milik mereka sendiri, tidak ada yang protes tentu saja.
Tamu-tamu sudah datang, menyalami pengantin yang kini tersenyum bahagia di hari yang penuh bahagia. Sudah tujuh tahun semenjak mereka berpacaran, dan ini saatnya mereka bersatu dengan ikatan pernikahan.
"Kak, nanti malam jangan langsung tidur karena alasan capek, ya! Nikmatilah malam pertama mu!" bisik Margaretha membuat wajah Sofia merona seketika. Melihat hal itu Isa sedikit menoleh, mendapati adik iparnya yang kini tertawa di samping sang istri.
"Kamu sakit?" tanya Isa khawatir. Memegang dahi istrinya yang tampak tidak menunjukkan suhu panas. "Kenapa wajahnya merah?"
"Abang, Abang! Belum paham juga?"
Isa menaikkan sebelah alisnya keheranan. "Paham apa?"
"Udah tujuh tahun pacaran dan sekarang jadi istri, Abang belum ngerti tentang kakak? Masa nggak tau kenapa muka kakak jadi merah?"
Tamu-tamu hanya tertawa mendengar Isa diomeli Margaretha yang kini sedang berkacak pinggang. Sementara Mama Sofia, Bu Wati kini mendekati anak bungsunya, mencoba membuat Margaretha menjauh.
"Kakak malu, soalnya kan nanti kalian bakal melewati malam pertama, hehe," ujar Margaretha yang akhirnya membuat telinga Isa langsung memerah.
Sialan, ia juga kena siasat licik anak itu.
"Adek! Jangan gitu ngomongnya ke kakak kamu! Nggak sopan!" peringat Mama Wati, tetapi Margaretha hanya cengengesan karena berhasil mengganggu kedua orang yang kini malu-malu meong.
"Lagian cowok kamu tuh di sana! Mending sana ambil air atau apa kek." Mama menghela napas melihat kelakuan si bungsu ya sangat mengherankan itu. Pacarnya sendiri tidak diurusi.
"Masih pacar, Ma. Aku urusin nanti kalau udah jadi suami."
Mengabaikan anaknya yang tampak tak jelas, Mama langsung pergi ke tempat lain, menyambut tamu-tamu. Sementara Margaretha akhirnya bergabung dengan kelompok pacarnya yang sedang asik bercengkrama.
"Kata mama aku disuruh ngelayanin kamu."
Gama tersenyum penuh arti. "Ayok! Ke motel mana enaknya?"
"Bajingan kau! Tau aku otakmu."
Mereka semua kini tertawa. Termasuk Musa yang bergabung dengan Gama, Vito dan beberapa teman mereka yang lain. Musa sendiri sudah menikah dua tahun yang lalu, dan ia sudah mempunyai buah hati juga. Sementara Vito tentu saja masih jomblo, dan Gama berpacaran dengan Margaretha.
Sebenarnya tidak ada yang menyangka kedua manusia itu bisa menjalin hubungan. Bayangkan, laki-laki nakal dan wanita ugal-ugalan bersatu? Sungguh hubungan yang membuat orang-orang di sekelilingnya lelah menghadapi mereka. Bukan hanya itu, mereka sendiri juga sering mengeluh lelah menghadapi satu sama, tetapi tak kunjung putus. Padahal sudah lima tahun hubungan itu berlangsung.
"Lagian, Mar, kapan nyusul Sofia? Masa rela dipacarin bertahun-tahun tapi nggak ada kepastian," kompor Musa membuat Gama langsung menatapnya tajam, sementara yang lainnya kini tertawa kencang termasuk Vito.
"Entah, tanya aja sama anak itu."
Lagi-lagi mereka menertawakan Gama yang hanya bisa diam menghadapi mood pacarnya yang sedang tidak baik. Mereka memang sedang melewati hari-hari yang tidak menyenangkan akhir-akhir ini, banyak masalah muncul entah diluar atau dari dalam. Membuat hubungan terlihat sedikit retak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUKO With Love [END]
Short StoryIsa pindah kota saat ia kelas 2 SMP. Meninggalkan sesosok gadis yang ia cintai di sana dengan hati yang tak rela. Namun, beberapa tahun kemudian, mereka kembali dipertemukan di rooftop ruko yang bertetanggaan saat malam hari. Siapa sangka itu menjad...