05. Insiden, Penuh Cinta

16 4 0
                                    

Sofia bolak-balik di depan tokonya menunggu kehadiran seseorang. Ia sesekali menoleh ke samping, papan nama RoseRed di toko sebelah sudah terpasang dengan indah. Ya, mungkin beberapa hari lagi butik itu akan dibuka.

Ini sudah jam 22.10 dan dia belum juga melihat Isa di depan butik. Apa mungkin laki-laki itu sudah tidur?

"Kenapa sih dari tadi?" Wanda yang sudah tidak tahan melihat sepupunya itu kemudian bertanya setelah sekian lama. Sementara tiga pekerja lain hanya bisa geleng-geleng kepala di belakang melihat tingkah Sofia. Ya, mereka sudah bekerja di 'Anugrah' selama kurang lebih tiga tahun, jadi 'tak heran jika mereka hapal dengan tingkah anak-anak bos yang cukup gaje itu.

"Nunggu chef lama banget."

"Chef?"

"Oh itu!" teriak Sofia ketika Isa sudah resmi terlihat dan kemudian mendekatinya.

"Maaf lama."

"Yaudahlah gapapa. Ayo naik ke atas, mereka udah pada laper."

Wanda menatap para pekerja keheranan. Tak seperti biasanya Sofia yang memasak, biasanya sih, makanan untuk pekerja akan disiapkan oleh Bu Wati–Mamanya Sofia.

Sebenarnya nih, beberapa hari lalu Sofia meminta Isa untuk memasak di rumahnya. Namun, karena Isa lumayan sibuk dengan urusan butik, jadi ia tidak sempat menyisakan waktu, dan baru malam ini laki-laki itu bersedia.

Yah walaupun bukan masakan yang wow banget sih. Soalnya Sofia bilang, cukup masak nasi goreng, dan untuk lauknya, gadis itu akan menggoreng telur mata sapi.

"Pakek celemeknya!"

Isa mengerutkan kening. "Buat apa?"

"Pakek lah, buat apa lagi."

"Yakan cuma masak nasgor."

Sofia mengerucutkan bibirnya. "Pakek aja! Aku goreng telur tetap pakek kok."

Isa hanya bisa tertawa. Baiklah, terserah.

"Margaretha mana?" tanya laki-laki itu ketika menyadari tidak melihat keberadaan Margaretha di sana.

"Jalan-jalan sama Mama Papa. Aku nggak mau ikut, soalnya mau masak sama kamu."

Isa berdehem. Walaupun setelah mengucapkan kalimat yang mendebarkan jantung dengan sangat mudah, Sofia tampak begitu santai sembari menyalakan kompor dan memanaskan minyak.

Baiklah, sekarang bukan waktunya untuk salah tingkah. Isa kemudian mengambil bahan-bahan yang diperlukan, seperti bawang merah, bawang putih, cabe rawit dan sebagainya untuk pelengkap rasa. Ia memang lebih suka meracik bumbu sendiri daripada menggunakan yang instan. Entahlah lidahnya lebih menerima rasa bumbu buatan sendiri.

"Aku nggak pernah bisa goreng nasi. Berkali-kali coba, tapi selalu gagal. Nggak pernah enak."

"Kenapa gitu?"

"Entah."

Walaupun sedang fokus memotong bawang dan sebagainya. Isa juga mendengar cerita Sofia dengan baik. "Mungkin kurang garam, atau kelebihan garam. Antara itu 'kan?"

"Kok tau?"

"Biasanya cewek kalau nggak bisa masak emang gitu. Kalau nggak keasinan, ya hambar."

Sofia malu, ah benar juga sih.

"Makanya ajarin aku."

"Iya ini lagi diajarin," ujar Isa lembut.

Sembari menggoreng telur mata sapi, Sofia terkadang memperhatikan Isa yang telaten melakukan pekerjaannya itu. Bagaimana bisa ia terlihat sangat tampan ketika memasak? Bikin terpesona saja. Apalagi ketika melihat lengan Isa yang lumayan kekar.

RUKO With Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang