꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷
Jemari Yuga mengepal, tanpa sadar giginya bergemeletuk hebat saat mendapati polaroid dengan wajah sang kakak berada di dalam laci lemari Lula. Benar, itu adalah Hugo. Meski wajah keduanya terlihat mirip, namun Yuga tidak buta untuk membedakan ia dan lelaki pucat yang memiliki rambut berwarna ginger dalam polaroid tersebut.
Yuga terkekeh sinis, "Cinta terlarang. Disaat gue berusaha untuk nggak ngembangin perasaan gue ke lo, lo malah suka sama mas gue." Yuga berbicara kepada dirinya sendiri, membangun asumsi yang membuat ia meletakkan kembali polaroid tersebut, tanpa berniat melihatnya lebih detail lagi.
Brak!
Cukup kasar Yuga mendorong laci, lalu menyorong pintu slide lemari Lula dengan kuat. Cemburu? Apa berhak Yuga cemburu? "Terus setelah gue, lo mau nyobain abang gue?" Tuduhnya impulsif. Masih saja lelaki gondrong itu bermonolog, seraya merampas bra dan panty yang tadi ia letakkan di atas kasur Lula. "Mimpi! Lo cuma pelacur gue— punya gue, La. Jangan mimpi lo bisa ngerasain yang lain selain punya gue. Apalagi itu, mas Hugo."
Seulas smirk tersungging di wajah tampan Yuga. Dengan bra dan panty di tangan kanannya, Yuga pun keluar dari kamar bernuansa peach milik Lula. Akan tetapi, sepertinya rasa kesal itu belum dapat ia hilangkan. Sebab saat ia sudah memasuki kembali kamarnya, Yuga melempar kasar barang milik Lula pada empunya yang terkejut.
"Santai dong, bisa nggak jangan lempar-lempar?!" Ketus Lula.
Meski tak sepenuhnya, tubuh gadis itu sepertinya sudah memiliki sedikit tenaga untuk duduk, dan mengenakan pakaian dalamnya. Mata hazel milik Lula tidak lepas memandangi lelaki yang bergerak ke kanan dan ke kiri—entah melakukan apa. Yang jelas sejak masuk kedalam kamar, bibir merah itu tertekuk, terlihat menggembung dibagian bawah, seperti mencebik merajuk— namun terlihat cool sekali saat dipadukan dengan wajah dinginnya.
Cuek. Sepertinya Yuga enggan untuk merespon gadis itu, apalagi memutar matanya untuk melihat tubuh telanjang yang hanya berbalut pakaian dalam. Ya— Lula melepas selimutnya, berharap sedikitnya Yuga mencuri pandang kepadanya. Namun nihil, lelaki itu tetap duduk di atas sofa, matanya lurus menatap ponsel tanpa merusak fokus kepada yang lainnya, apalagi itu— Lula.
"Yuga," sapa Lula tak tahan. Sayangnya Yuga sama sekali tidak merespon sapaan Lula.
Lula memutar bola matanya malas ketika tak dapat respon apapun dari Yuga. Malas sekali membujuk ketika lelaki pucat itu terus saja menghiraukannya.
Lula melihat ke arah jam dinding, jarum pendek itu sudah bergerak menuju angka tiga. Masih ada waktunya untuk beristirahat beberapa jam lagi, dan Lula memilih untuk kembali menenggelamkan diri kedalam selimut, alih-alih membujuk si vampir pucat yang sedang sibuk dengan dunianya.
Yuga melirik ke arah lula yang tampak tidak peduli, ia mendengus kasar,?kemudian membuka kontaknya untuk menelepon seseorang.
"Halo sayang? Belum tidur, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival Baddies! [✔️]
Romance21+ || Explicit 'ℛ𝒾𝓋𝒶𝓁 ℴ𝓇 𝓁ℴ𝓋ℯ𝓇?' Sepasang muda mudi yang terus bersaing, siapa yang paling nakal di circle mereka. Lalu bagaimana jika keduanya terjebak dalam permainan Truth or Dare, yang membuat mereka harus menjadi sepasang kekasih seper...