13. Rival

1.4K 164 139
                                    

Tekan bintangnya sebelum baca yak💗

Hugo Pov

Lula itu anak dari uncle Rigel. Mereka menetap di Los Angeles sejak punya Lula, dan mengelola perusahaan Bumantara Corp yang sekarang memiliki anak perusahaan baru di negara itu, karena istri uncle Rigel warga asli disana. Aunty Anne itu teman masa kuliah uncle Rigel.

Nakal. Kalau gue lihat-lihat, Lula dan mantan adik bungsu gue si Yuga itu sebelas dua belas. Ya, mantan adik bungsu. Karena sekarang ada Safna— shit! Maksudnya Dira.

Bebal dan keras kepala, itu adalah dua hal yang bisa gue katakan untuk mendeskripsikan dua anak manusia yang cuma terpaut usai tiga tahun doang. Harusnya dengan sifat yang kurang lebih sama, gue kira mereka bakalan akur. Tapi ternyata, semuanya berbanding terbalik.

Berbeda sama Lula yang mulai terbiasa manja sama gue, kalo sama Yuga dia jarang banget bicara. Padahal Yuga itu bocah tengil, suka jahil, dan selalu bikin gue dan papa mama kesel setengah mati, dengan jawaban random dia tentang apa aja.

Asik. Tapi Lula kayanya nggak pernah terkecoh sama ledekannya.

Yuga juga gitu, padahal Lula lumayan manis, apalagi kalo lagi manja ke gue. Gue sering bawa dia kalo gue lagi pacaran sama mantan gue, waktu dia belum terjun di perusahaan bokapnya, untuk belajar sebelum dia jadi CEO tetap gantiin kakeknya.

Mereka berdua kaya punya dendam pribadi, atau malah lebih kaya perang dingin. Belum lagi pas usia Lula udah legal, dua-duanya makin bikin mama papa pusing karna kenakalan mereka. Berlomba siapa yang pulang paling lambat kerumah, berlomba siapa yang pulang dalam kondisi sadar dengan mulut yang bau alkohol, padahal dua-duanya sama-sama keliyengan.

Tapi sometime, mereka ga sadar kalo nggak sekali dua kali gue pergokin, Yuga gendong Lula yang nggak sadar, naik ke kamar. Mereka ada di circle yang sama, gue tau. Tapi entah kenapa mereka minta gue supaya nggak bilang ke temen-temennya kalo mereka itu saudara.

Gue pernah negur Yuga sekali, karna gue pernah mergokin pas Lula lagi mabok banget, dan dia mau bawa Lula ke kamarnya. Gue takut dia kelewatan. Namanya juga cowo. Besoknya dia langsung minta izin sama mama papa buat pindah ke apartemen.

Skip, gue mau lewatin bagian itu. Nggak ada yang aneh harusnya kan? Apa gue cuma lagi denial?

Tapi penyangkalan gue mulai berubah jadi suatu rasa curiga, waktu Yuga nuduh gue suka sama Lula. Dan lebih aneh lagi, waktu gue dapet chat dari Lula, yang bilang kalo temennya lagi diare, dan Lula nggak sengaja nyebut nama Yuga. Hell, percuma gue sekolah kedokteran sampe mual, dan harus percaya dengan alasan klasik kaya yang Lula bilang ke gue.

Gue mutusin buat dateng ke The Blooms saat itu juga, untuk mastiin rasa penasaran gue. Udah aneh sejak gue masuk, kamar di kunci, dan... gue bisa liat muka Lula yang merah pas lagi duduk di seberang gue, di meja makan. Dia gelisah banget, sesekali mendesah di selingi sama ketawa yang di buat-buat.

Sekali lagi, gue bukan anak kecil. Meski terkesan serius, gue juga pernah ngewe. Ekspresi Lula bikin gue nggak tahan lagi—gue normal! Tapi yang bikin gue lebih penasaran, siapa yang ada di bawah meja? Mata gue jelalatan nyari apa yang bisa jawab pertanyaan gue, selain gue harus nanya sama Lula langsung, dan udah pasti dia bakalan bohong dan jadinya malu. Sampe mata gue nangkep kunci motor familiar yang ada persis di lantai—di depan pintu.

Gue tau, itu kunci motor Ninja punya Yuga. Karna kunci itu pake gantungan Shooky yang gue beliin langsung pas gue jalan-jalan ke Korea.

Gak penting, tapi Yuga itu manja banget sama gue. Udah gue bilang, dia sama Lula itu sama.

Rival Baddies! [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang