9. Cuci Mulut

1.4K 155 99
                                    

Sepertinya Lula baru saja tersadar dari kalimat asalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya Lula baru saja tersadar dari kalimat asalnya. Matanya yang terpaut dengan netra sabit milik Yuga yang terlihat terkejut dengan kalimat yang keluar dari bibir Lula, kini mengerjap kemudian menggeleng kaku.

"B—bukan, I mean... anu..."

Perkataan Lula terpotong oleh Yuga yang terkekeh seraya mengusap wajahnya– mungkin ia sedikit frustasi menghadapi Lula? Namun tak lama, Yuga langsung menarik tangan Lula untuk kembali memeluk perutnya, dan kemudian membawa gadis itu untuk memarkirkan motor di parkiran Richeese Factory.

Lula yang kini sedang merasa malu, hanya bisa diam tanpa bisa memprotes. Apalagi, Yuga bukan membawanya ke hotel, melainkan melakukan dine in di restoran fastfood tersebut. Yuga menggenggam tangan Lula, kemudian membawanya masuk ke dalam restoran, dan memilih duduk di area smoking.

"Bentar, gue pesen ya. Mau level berapa?"

"Jangan pedes," kata Lula.

Yuga mengangguk, kemudian berjalan menuju meja kasir untuk memesan makanan untuk mereka. Tak lama kemudian, Yuga kembali dengan satu nampan berisi dua pink lava dan dua porsi wings fire chicken tanpa nasi, dan meletakkannya di atas meja. Mereka mengelap tangan menggunakan tissue basah yang di bawa oleh Lula, sebelum memakan makanannya.

Lula masih enggan untuk bicara, semantara Yuga asyik menikmati fire chickennya tanpa mempedulikan Lula yang terlihat bingung mencari topik hingga—

"Punya lo kenapa merah banget?"

Shit... Sungguh itu merupakan pertanyaan yang tidak bermutu. Yuga terkekeh, karena tau saat ini Lula tengah berusaha membuka obrolan dengannya.

"Punya gue level empat, gue suka pedes. Lo level satu, cemen ga suka pedes." Ledek Yuga.

Sayangnya jawaban itu membuat topik yang Lula bangun menjadi mati. Lula bingung harus bertanya apa lagi. Yuga sudah menghabiskan setengah porsi miliknya, kemudian mendorong pemantik api kepada Lula, "tolong idupin yang."

"Excuse me??" Ucap Lula terkejut.

"Sayang? Lo cewe gue kan?" Tanya Yuga dengan raut menggoda.

Lula menelan ludahnya kasar kemudian menyalakan pemantik untuk menyalakan rokok Yuga, "kan di depan anak-anak doang." Jawabnya.

"Di belakang anak-anak suami istri maksudnya?"

"Kok–"

"Ya terus apa kalo bukan suami istri, keringetan bareng yang bukan lari pagi, di suntik tapi bukan sama dokter."

"Yuga please..." kesal Lula seraya memutar bola matanya malas.

Yuga terkekeh geli, "becanda. By the way lo kenapa sama si Davi? Kayanya lo ketakutan gitu sama dia."

Mendengar pertanyaan Yuga, Lula yang tadinya berharap terbuka sebuah topik pembicaraan, kini tampak menunduk dan mengulum bibir bawahnya. Tak lama, ia terkejut ketika Yuga menggunakan pergelangan tangan, menyentuh dagu Lula untuk melihat ke arahnya.

Rival Baddies! [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang