Ketukan itu terus datang, Yuga begitu memahami sang kakak sehingga ia mau tak mau menghentikan kegiatannya yang sungguh belum ingin ia selesaikan. Sementara Lula terlihat tergeletak pasrah, dengan tubuh lemah yang bercucuran keringat.
"Sebentar," ucap Yuga seraya mengecup sekilas bibir Lula yang terengah. Tak mampu lagi merespon, mata sendu Lula mulai memejam, kemudian membawa kakinya yang tadinya dalam posisi mengangkang, berusaha untuk berbaring miring, meski lagi dan lagi gagal untuk terangkat. Lula terlalu gemetaran.
Ceklek
Pintu kamar Yuga terbuka sedikit, menampilkan lelaki berusia 32 tahun, yang memiliki wajah yang begitu mirip dengan Yuga. Bedanya, sang kakak memiliki surai berwarna ginger, wajah dingin, namun bersifat begitu hangat. Berbanding terbalik dengan Yuga sang badboy, yang ingin hidup bebas tanpa aturan, dan tidak ingin terikat oleh pekerjaan terikat seperti Hugo, seorang dokter spesialis bedah Jantung.
Kepala Yuga melongo ke celah pintu yang ia buka hanya sedikit saja, "kenapa sih mas?" Tanya Yuga malas.
Sedikit mengintip, Hugo menarik bibirnya membentuk segaris senyum datar, ketika melihat sang adik yang terlihat tidak mengenakan atasan. "Lo bawa cewe lagi kerumah? Mas kan udah bilang, mending lo check in di Hotel. Kalo ketauan mama ntar diomelin lagi lo," ucap Hugo pada sang adik.
"Ini sih gara-gara lo pake galau segala, tinggal di apartement. Kalo nggak gue nggak harus tinggal di rumah, mas." Ucap Yuga kesal. "Lo duluan aja ke rumah sakit. Ntar gue nyusul."
Hugo membuang nafasnya pelan, "yaudah, kalo gitu mas pergi sama Lula aja." Lelaki itu hendak berbalik, namun Yuga sontak menahan tangan Hugo yang hendak melangkah ke kamar di ujung lorong lantai dua. Ya— kamar Lula.
Kembali Hugo menoleh kepada Yuga dengan mata yang menyipit bingung, "kenapa?" Ucapnya bertanya.
"I—itu, Lula nginep dirumah temennya. Jadi—"
"Tapi papa bilang dia pulang bareng lo tadi malem." Potong Hugo.
"Maksudnya— dia baru pergi. Dan, katanya menginap. Iya— begitu." Sedikit gugup, namun Yuga berusaha untuk tetap tenang ditengah degup jantungnya yang sepertinya dapat didengar oleh dokter spesialis jantung seperti Hugo, meski jarak mereka hanya terpaut dua meter saja. Sungguh hiperbola.
"Oh ya?" Jawab Hugo. Menekan rasa curiganya, Hugo pun mengangguk mengerti. Selain itu, ketidakakraban Yuga dan Lula membuat Hugo mudah percaya akan apapun yang dikatakan oleh Yuga. "Kalo gitu mas pergi ke rumah sakit duluan. Nanti mas yang hubungi Lula, biar dateng untuk liat adek ke rumah sakit," ucap Hugo yang di angguki oleh Yuga dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival Baddies! [✔️]
Romance21+ || Explicit 'ℛ𝒾𝓋𝒶𝓁 ℴ𝓇 𝓁ℴ𝓋ℯ𝓇?' Sepasang muda mudi yang terus bersaing, siapa yang paling nakal di circle mereka. Lalu bagaimana jika keduanya terjebak dalam permainan Truth or Dare, yang membuat mereka harus menjadi sepasang kekasih seper...