24. Buaya Betina

1K 115 83
                                    

"Nggak bapak, nggak anak, sama-sama ngerepotin! Dulu bapaknya rambut ginger minta di itemin. Sekarang anaknya item minta di gingerin—"

"Akh, panas uncle," keluh Yuga meringis sakit.

"Tahan! Lo kira ini rambut lo bisa masuk apa tebel begini. Nggak ngejreng, harus di bleaching dulu." Ucap Rumi, mencoba sabar.

Tentu saja meskipun kesal, ia tetap melakukan hal-hal yang diinginkan oleh keponakan kesayangannya. Jika orang-orang memperhatikan, Yuga meniru segala sifat dari iparnya, Diego. Hanya warna rambut mereka saja yang berbeda. Namun hari ini Rumi cukup terkejut karena Yuga bertamu ke rumahnya untuk memintanya mengecat rambutnya menjadi ginger.

Layaknya dejavu, Rumi melakukan hal tersebut sembari bernostalgia.

"Aunty, gimana? Mirip nggak sama mas Hugo?" Tanya Yuga seraya memamerkan surainya kepada Rara, istri dari Rumi.

Rara terkekeh geli, "yang aunty liat itu ya papa kamu Ga. Persis. Mana tambah di gingerin, makin mirip."

"Makanya mas bilang mereka nggak perlu tes DNA ma, emang mirip banget. Tapi si sontoloyo ini selalu bilang dia anak selingkuhan si Sasa," ucap Rumi tergelak.

Dan benar saja apa yang dikatakan oleh Rumi, Yuga adalah benar copyan 100 persen dari Diego iparnya, jika memiliki warna rambut seperti ini. Berbeda dengan Hugo yang sopan, sifat tengil Yuga begitu mirip dengan sang papa.

Kembali ke mansion keluarga Dewa, Diego saat ini kesal bukan main, sebab sang istri menatap sang putera tanpa berkedip.

"Dia anak kamu lo ma!" Tegur Diego pada Tsanna. Namun agaknya Tsanna sama sekali tidak bergeming, netranya masih fokus memperhatikan putera keduanya, hingga— "TSANNA!"

Tsanna terkejut, dan menoleh cepat ke arah sang suami, "i—iya pa?"

Diego mendengus kesal, "dia anak kamu! Bukan Ego!"

Tsanna menggaruk tengkuknya malu, "bukan gitu, tapi mirip banget pa sama papa waktu muda... hehe."

"Emang sekarang beda? Sekarang masih tetep ganteng kan? Lebih ganteng papa daripada Yuga!" Ucap paruh baya itu tidak mau kalah.

"Yaelah, jelas beda lah. Orang-orang juga tau kalo gantengan Yuga kemana-mana. Papa uda bau tanah, mana bisa dibandingin sama Yuga yang harum Invictus," ledek Yuga.

Diego hendak membalas sang putera, namun tangisan dari puteri bungsunya membuat Diego terburu-buru berlari ke arah kamar bayi. Nadira atau Safna, adalah kesayangan Diego. Maka tak heran, jika sedikit saja suara dari bayi kecil itu, membuat Diego lebih panik dari pada Tsanna sang istri.

"Mama susul papa dulu," ucap Tsanna tersenyum, berpamitan kepada mereka semua.

"Kenapa rambutnya diwarnain?" Tanya Lula bingung. Sama sekali, ia tidak terkejut atau merasa terpukau dengan penampilan Yuga yang menurut orang-orang begitu panas.

"Pengen aja. Ganteng kan?"

Lula tersenyum kecil, "iya, tapi cocokan item." Ucap Lula jujur.

Yuga merotasikan bola matanya, "bohong. Mas tau kamu suka yang ginger."

Percakapan lembut Lula dan Yuga, tampaknya tidak menarik atensi Hugo yang sedari tadi melamun, sambil mengaduk-aduk piring di hadapannya. Keduanya terlihat berbincang akrab, dan membiarkan Hugo larut dalam lamunannya sendirian, tanpa berusaha mengajaknya berbicara.

"Mau temenin mas main basket di lapangan nggak?" Tanya Yuga.

Lula mengangguk antusias, kemudian menoleh pada Hugo, "mas Hugo mau ikut?"

Rival Baddies! [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang