Sebelum tubuh Lula melemas, Yuga mengarahkan gadis itu untuk mengukuhkan posisinya yang menungging. Kulit putih mulus Lula yang berkeringat, terlihat begitu kontras dan seksi dengan lingerie yang sudah berantakan tidak berbentuk lagi. Hal tersebut semakin membuat netra Yuga menyendu, memuaskan pandangannya pada setiap inch tubuh Lula yang ia puja-puja.
Satu tarikan tangan ia gunakan untuk menyentuh ujung kaos yang ia pakai, lalu mengeluarkannya dari kepalanya, hingga ia total telanjang bulat. Tubuhnya merunduk mengungkung Lula, memeluk perut gadis itu untuk berdiri tegak di atas kedua lututnya, dan menempelkan punggung Lula pada tubuhnya.
"Liat muka mas," bisik Yuga di telinga Lula, berat, dan serak.
Lula menolehkan pandangannya, wajah tampan Yuga langsung terlihat olehnya. Harum nafas yang bertiup lembut, membuat Lula membuka mulutnya untuk menerima pagutan tanpa permisi dari lelakinya. Berciuman lagi, kali ini di sertai dengan tangan Yuga yang ikut menggerayang, meremat payudara Lula dan mengusap inch tubuh lainnya yang dapat di gapai oleh tangannya.
Berhenti di depan perut, tangan kiri Yuga memeluk dan menahan, sementara yang kanan terapit oleh sendi lutut Lula yang di angkat oleh Yuga.
Lula melihat ke arah bawah, si selatan sudah menyembul dari sela pahanya, ujung kemerahan, serta sedikit batang yang terlihat memamerkan urat yang membuatnya terlihat jantan. Lula menyentuh ujung lubang yang basah itu, membuat Yuga menggeram, lalu tanpa sadar menyemburkan sperma bahkan disaat mereka belum melakukan penetrasi—lagi.
"B—belum dimasukin udah cum, ayang..." ucap Lula dengan pipi yang memerah.
"Makanya dimasukin, biar spermanya, nggak sia-sia..." jawab Yuga, membawa tubuh Lula sedikit maju, membiarkan gadis itu berjengit sedikit ke atas, meletakkan ujung kejantanan Yuga pada permukaan miliknya.
Lula menahan nafas, dan berjengit lagi— "hagghh..." ketika Yuga mendorong masuk miliknya—lagi.
Pinggul Yuga menyentak dengan konstan, jemarinya tangan kirinya meraup apapun yang bisa ia gapai, sebab tangan kanannya masih menahan kaki Lula untuk tetap terangkat dan mengangkang. Ohh... haruskah Yuga membawa Lula ke depan cermin saat ini? Sebab ia ingin sekali melihat lulacute yang memerah dan bengkak, ketika ia masuki, seperti kebiasaannya saat meniduri gadis itu dalam posisi misionaris.
Decapan bibir mereka yang saling beradu, terdengar bersamaan dengan suara becek dari pertemuan selatan dan lulacute yang belum juga berhenti. Namun agaknya Lula terlalu terbawa oleh nafsunya, ia melepaskan tangan Yuga, tubuhnya yang gemetar berbalik, dan mendorong Yuga untuk duduk di atas karpet, dan menyandar pada sofa.
"Mau apa?" Tanya Yuga, dan terkejut ketika Lula kembali berjongkok di atas si selatan, dan—memasukannya, "Ahnghh..." lagi. "Shit..." Yuga mengumpat berkali-kali, kekasihnya belum puas sama sekali, "sayang..." erang Yuga.
"Good," puji Lula, "terus mendesah seperti lelaki bayaranku. I like, when you moan with your husky voice, call me baby, when... eghhh... I fuck you... like... Ahnghh—" Lula berjengit kaget ketika Yuga merebaknnya tanpa izin ke atas karpet, dan mengangkat kedua tungkai Lula ke atas bahunya.
Sayangnya, Yuga tidak ingin kalah meski sekali. "Apa kamu lupa, kalau disini—hngh—kamu jalangnya?"
Lula berjengit lagi, ngilu ketika Yuga menyentak kuat, memompa berkali-kli, hingga ujung termanisnya.
"Yuga... to deep... akh..." Erang Lula.
Yuga terkekeh, menarik penisnya lagi sebatas kepala, kemudian menekannya—lagi, "maash..." isak Lula. Ia berantakan, namun Yuga merengkuh tubuhnya untuk ia peluk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival Baddies! [✔️]
Romance21+ || Explicit 'ℛ𝒾𝓋𝒶𝓁 ℴ𝓇 𝓁ℴ𝓋ℯ𝓇?' Sepasang muda mudi yang terus bersaing, siapa yang paling nakal di circle mereka. Lalu bagaimana jika keduanya terjebak dalam permainan Truth or Dare, yang membuat mereka harus menjadi sepasang kekasih seper...