"Akh—sakit yang," ringis Yuga ketika tak Lula tak sedikitpun melepaskan cengkeraman tangan kecilnya pada rambut Yuga, hingga keduanya sudah sampai di basement setelah mereka keluar dari club yang terdapat di sebuah hotel bintang lima, tempat mereka biasa berkumpul bersama teman-teman.
Bukan tidak bisa melawan, Yuga malah gemas sekali melihat reaksi Lula, sehingga ia membiarkan gadis itu berlaku semaunya.
Lula terus saja berjalan, kini hendak menuju mobil Yuga yang terparkir tepat di parkiran VVIP di basement hotel. Yuga yang menyadari kemana kaki Lula melangkah, kini menahan langkahnya.
"Mau kemana? Tunggu—akh, bentar sayang." Yuga menahan pergelangan tangan Lula, yang membuat gadis itu menjerit dengan wajah yang merah padam.
"BUAYA! JANGAN MINTA NGmpphh..."
Mau tak mau Yuga membungkam mulut Lula dengan tangan besarnya, dan menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat apakah ada teman-teman yang mengikuti mereka atau tidak.
"Lo cari mati? Hati-hati, ntar ada mereka gimana? Nanti aja marah-marahnya, gue check in dulu."
Lula menahan amarahnya, meski mukanya merah padam, dahinya berkerut dan bibirnya mencebik, ia tetap membiarkan Yuga menarik tangannya untuk membawanya masuk kembali ke lobby hotel. Masih bersikap hati-hati, Yuga dengan cepat melalukan check in di hotel tersebut, dan membawa Lula ke dalam lift. Keduanya masih saling diam, entah takut ada yang mengikuti? Atau takut dinding lift mengadu kepada Jimmy?
Namun ketika sampai di dalam kamar, kembali Lula menjambak rambut Yuga dengan dua tangan kecilnya.
"Sakit yang, sshhh," lagi, Yuga mengaduh sakit, namun tangannya tidak berusaha menghalangi Lula.
"BUAYA!! LO TAU BUAYA KAN! ITU ELO! Pantesan sebulan lo tahan! Emang cewe lo banyak dimana-mana ya anjing! Gue keseeeelll!!" Terus Lula mengomel dan marah-marah sambil terus menjambak Yuga, hingga pada akhirnya ia menghempaskan Yuga, lalu hendak keluar dari kamar hotel yang mereka pesan.
Yuga menahan tangan Lula yang hendak pergi, dan memeluknya dari belakang, "mau kemana, hm?" Tanya Yuga lembut.
"Nggak usah n—nanya." Cengeng. Berapa kali harus melabeli Lula dengan satu kata itu. Seperti saat ini, meski ia tengah cemberut, air matanya sudah berkejaran turun di pipi putihnya.
Yuga membalik Lula ke arahnya, namun gadis itu membuang pandangannya.
"Lo duluan, tapi lo yang marah. Gimana sih?" Tanya Yuga menggoda, sembari mengusa-usap air mata Lula.
"Lo sengaja?" Tuding Lula menatap tajam pada Yuga.
Yuga terkekeh geli, "lo juga sengaja manas-manasin gue?" Yuga membalik pertanyaannya, dan membuat Lula menelan ludahnya kasar. Yuga menggelengkan kepalanya, "padahal lo bisa chat gue duluan, nggak perlu caper kaya di club tadi."
"GUE CEWE?? Lo nyuruh gue nge chat lo disaat lo yang ngambek ga jelas?"
"Emangnya gaboleh cewe bujuk cowonya yang ngambek?"
Blushing.
Rona merah itu membuat Lula spontan membenamkan kepalanya di dada Yuga yang kini tergelak geli. Lula mencubit perut Yuga hingga tawa itu kini berganti dengan sebuah ringisan, kemudian Yuga memeluk erat Lula sambil mengecupi pundaknya yang terbuka.
"Nggak suka, gue nggak suka cewe tadi pegang-pegang lo begini," Lula meraba dada Yuga, sama seperti yang dilakukan gadis di club tadi kepada Yuga.
"Gue juga nggak suka, cowo tadi meluk-meluk cewe gue kaya gini," Yuga menirukan lelaki itu, kemudian menggeser surai Lula ke samping pundaknya, hingga putih mulus jenjang leher Lula terlihat olehnya, "pake diciumin lagi leher cewe gue, begini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival Baddies! [✔️]
Romance21+ || Explicit 'ℛ𝒾𝓋𝒶𝓁 ℴ𝓇 𝓁ℴ𝓋ℯ𝓇?' Sepasang muda mudi yang terus bersaing, siapa yang paling nakal di circle mereka. Lalu bagaimana jika keduanya terjebak dalam permainan Truth or Dare, yang membuat mereka harus menjadi sepasang kekasih seper...