"Berhati-hatilah, Seul. Kalau bisa saat berinteraksi dengan orang lain, kau berakting saja," saran Yoongi yang menatap Seulgi di ambang pintu kamar, "Aku yakin wajah kita sudah terpampang di seluruh kota atau bahkan seluruh Korea Selatan."
Setelah tiga hari berkelana entah ke mana, akhirnya mereka berempat berhenti di sebuah rumah yang sudah disiapkan klien. Rumah itu sangat-sangat jauh dari kota Seoul, dan mereka merasa sedikit aman untuk tinggal sementara di sini.
"Oke."
Seulgi berjalan keluar rumah dengan menggunakan pakaian ala gadis pedesaan, dengan rambut palsu hitam panjang dan berponi. Tak lupa Seulgi juga mengenakan kacamata kotak. Dengan penampilan seperti ini, Seulgi terlihat seperti anak kutu buku, terlebih ia mulai berakting seperti anak kutu buku yang pendiam dan kikuk.
Tungkainya berjalan menuju sebuah sepeda yang terparkir di garasi. Ia ingin pergi ke sebuah toko serba ada yang terletak cukup jauh dari rumah tempat mereka bersembunyi, sekitar satu kilo meter untuk membeli beberapa bahan makanan cepat saji.
Cukup lama Seulgi mengayuh sepeda sembari menyapukan pandangannya ke sekitar, memperhatikan keadaan kota kecil yang agak sepi dari aktivitas. Ke mana perginya penduduk di sini? Apakah kota kecil ini memang selalu sepi? Seulgi hanya melihat segelintir orang yang melintas.
Hingga selang beberapa menit kemudian, ia sampai di sebuah toko yang dituju. Seulgi memarkirkan sepeda di depan toko, dan melangkah masuk ke dalam. Sama halnya dengan suasana kota, di dalam toko tersebut juga sepi. Hanya ada penjaga toko yang sedang mendengarkan musik di kasir.
Melihat pejaga toko yang terlihat acuh tak acuh dengan keberadaannya, membuat Seulgi sedikit lega. Jujur ia takut kalau penjaga toko tersebut mencurigainya, tapi Seulgi berusaha berakting senatural mungkin dan mulai memilih camilan dan bahan makan yang akan dia beli.
Seulgi mengambil beberapa cup mie instan, camilan keripik, kornet, frozen food, dan beberapa makanan yang lainnya. Setelah mengambil semua kebutuhan yang diperlukan, Seulgi membawa belanjaannya ke kasir.
Penjaga toko menatapnya dengan terheran sembari scan barcode produk yang dibeli. "Kau orang baru di sini? Aku tidak pernah melihatmu."
"Huh?"
"Aku bertanya, kau orang baru di kota ini? atau hanya pengunjung saja?"
"Oh iya, aku mengunjungi bibiku di sini."
"Bibi? Namanya siapa?" tanya penjaga toko yang terlalu penasaran.
Seulgi tertegun, tentu saja ia bingung harus menjawab apa. "Memangnya jika aku menyebutkan nama bibiku, kau kenal? Dia bukan orang yang suka bersosial dengan orang lain."
"Aku lahir, tinggal, dan besar di kota ini. Aku mengenal semua nama penduduk di sini! Bahkan aku juga kenal peliharaan mereka!" ucap penjaga toko dengan sombong, "jadi siapa bibimu?"
"Kim Saebom," jawab Seulgi asal.
"Hah? Kim Saebom? Aku tidak pernah mendengar warga kota yang bernama Kim Saebom."
Seulgi menghela, pria di depannya ini cukup menyebalkan. "Sudahlah, itu tidak penting. Sekarang berapa total belanjaanku? Aku harus pergi."
Kini hilang sudah sikap ala gadis kutu buku yang dilakukan Seulgi, sebab ia terlanjur kesal dengan pertanyaan penjaga toko yang terlalu penasaran dengan dirinya.
"Lima belas ribu won."
Seulgi mengambil lembaran uang dari dompetnya, memberikan uang pas dan segera pergi dari toko tersebut tanpa menunggu struk pembelian. Ia merasa tidak betah dengan tatapan penjaga toko yang menatapnya curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
EAGLET - KSG [M] ✔️
Fanfiction|| AKAN DIREVISI SETELAH TAMAT || Eaglet, wanita berdarah dingin yang memiliki prinsip "No Mercy for Bastards", menjadikan pistol dan pisau lipat sebagai senjata andalannya. Orang-orang seringkali tertipu akan parasnya yang cantik. Sepertinya merek...