FORBIDDEN MOONLIGHT [DAENGSUNG / MYUNGNYANGZ]

32. Back.

---
Di sudut kota yang suram, malam mulai menyelimuti dengan kegelapan yang pekat. Lampu-lampu jalan yang berkelip-kelip dan sinar remang-remang dari toko-toko yang hampir tutup menambah kesan misterius di sepanjang jalan. Hujan gerimis menetes pelan, menciptakan genangan kecil di trotoar yang retak. Sebuah bayangan bergerak dengan tenang di antara kerumunan orang yang berlalu-lalang, menyusuri trotoar yang remang.

Pemuda itu mengenakan jubah hitam panjang yang melambai setiap kali angin malam bertiup. Masker dan topi yang dikenakannya menyembunyikan wajahnya dari pandangan orang-orang yang sibuk dengan urusan mereka sendiri. Di balik penampilannya yang misterius, terdapat sosok Seunghan, mantan pemimpin kelompok Ironclad yang baru saja bangkit dari koma panjangnya. Hatinya penuh dengan campuran emosi dan kekecewaan saat mengetahui bahwa anak buahnya telah ditangkap oleh polisi.

Setiap langkah yang diambilnya terasa berat. Kenangan masa lalu berkelebat dalam pikirannya, mengingatkannya pada kejayaan dan kekuatan Ironclad. Kini, semuanya hancur berantakan. Malam yang gelap seakan-akan menjadi saksi bisu dari penderitaan yang dirasakannya. Seunghan berhenti sejenak di depan sebuah kedai kopi kecil yang hampir tutup. Aroma kopi yang masih tersisa tercium samar-samar di udara malam yang lembab.

Dengan gerakan lambat, Seunghan memandang sekitar dengan tajam, memastikan bahwa tidak ada yang mengenalinya. Di sudut matanya, dia melihat seorang pria berpenampilan biasa, dengan wajah yang tenang dan nama yang bersih di mata masyarakat, mendekat. Pria itu tidak menarik perhatian siapa pun, namun bagi Seunghan, dia adalah satu-satunya orang yang bisa dipercaya saat ini. Pria tersebut adalah Dion, teman lama yang selalu setia berada di sisinya.

Dion mendekati Seunghan dengan langkah tenang, menghentikan diri di sampingnya. Mereka berbagi tatapan singkat, saling memahami tanpa perlu banyak bicara. Seunghan menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara, suaranya pelan namun penuh tekanan. "Bagaimana situasinya?" tanyanya.

Dion mengangguk pelan, menyadari beratnya beban yang ditanggung oleh Seunghan. "Aku telah memeriksa semua informasi. Semua anak buahmu memang ditangkap, tapi ada satu yang tidak ditemukan di penjara," jawabnya dengan tenang.

Seunghan mengerutkan kening, tatapannya semakin tajam. "Siapa yang tidak ada di penjara?" tanyanya dengan nada serius.

"Riwoo," jawab Dion singkat. "Dia berhasil melarikan diri."

Seunghan terdiam sejenak, pikirannya berputar cepat mencoba memahami situasi. "Kenapa dia tidak mencariku? Seharusnya dia tahu aku butuh bantuannya," ucapnya dengan nada bingung.

Dion menghela napas, ragu-ragu sebelum melanjutkan. "Ada kemungkinan Riwoo yang melaporkan Ironclad pada polisi," katanya perlahan, mencoba meredam ketegangan.

Mendengar itu, Seunghan merasakan kemarahan membara di dalam dadanya. Dia mengepalkan tangan dengan kuat, berusaha menahan amarah yang hampir meledak. "Shibal! Riwoo... Pengkhianat sialan," gumamnya dengan suara penuh kebencian.

Dion menepuk bahu Seunghan, mencoba menenangkan emosi yang memuncak. "Kita harus berhati-hati sekarang. Jangan sampai Vanguard tahu kita masih bergerak."

"Berhati-hati?" Seunghan mendengus marah. "Mereka sudah menghancurkan segalanya, dan kamu menyuruhku untuk berhati-hati? Saekkiya.. Vanguard harus hancur, Sungho dan kekasih sialannya itu harus mati." Suaranya penuh dengan tekad, dan matanya bersinar dengan kebencian yang dalam.

Dion menatap Seunghan dengan cemas. "Aku mengerti perasaanmu, tapi kita perlu rencana yang matang. Kita tidak bisa gegabah."

"Rencana? Shibal, Dion! Apa rencana yang lebih baik daripada menghancurkan mereka satu per satu?" Seunghan berteriak, suaranya bergema di antara dinding-dinding bangunan yang kosong. Dia menendang kaleng kosong yang tergeletak di jalan dengan kekesalan. "Riwoo akan membayar untuk pengkhianatannya. Dia tidak akan pernah lolos dari ini."