💫 Apology

342 34 2
                                    

⚠️  TERDAPAT KATA KASAR  ⚠️




Setelah perbincangan yang cukup lama, akhirnya Jaemin dan kakaknya keluar dari ruangan. Meski sebenarnya pada awalnya sang guru ingin meminta wali muridnya itu untuk menunggu agar dapat berdamai dengan pihak dari murid lain, takut nantinya menyimpan dendam dan malah kembali terulang, namun Mark bersikeras bahwa mereka tidak masalah dan akan melupakan kejadian ini.

Mana mungkin sebenarnya. Hati Mark tidak selembut itu sampai merelakan adiknya dipukuli sampai babak belur.

Namun itu dilakukan karena Mark harus segera kembali ke rumahnya dan membantu keluarganya lagi.

Ternyata begitu rasanya meninju orang.

Itu yang pertama kali Jaemin pikirkan tepat saat ia duduk di kursi taman untuk menunggu kedua saudaranya. Jaemin sendiri tidak menyangka dirinya bisa melakukan itu.

Apa mungkin karena ia hanya sedang sensitif ? Atau karena... Masalah yang terus dipikirkannya menjadi pemicu emosinya?

Jaemin menatap kepalan tangannya yang dihiasi oleh luka lecet, bahkan membuat sesuatu berwarna merah keluar dari luka itu.

Ia jadi penasaran apakah wajahnya juga terdapat memar?

Sedikit lucu menurutnya, karena biasanya ia yang akan melihat situasi ini pada Haechan, saat kembarannya itu pulang sehabis berkelahi.

Ngomong-ngomong tentang Haechan, Jaemin jadi sedih mengingatnya. Ia sedih karena kembarannya tidak mengatakan apapun saat dirinya melewati Haechan di koridor sekolah.

Itulah kenapa dirinya memilih untuk mengalihkan pandangannya kepada Haechan, berpikir bahwa kembarannya itu masih marah kepadanya.

Bagaimana caranya ia minta maaf jika benar begitu?

"Nana."

Pemuda itu tersentak dan langsung menoleh ke depan, dimana beberapa langkah di depan sana ada orang yang sedari tadi ada dalam pikirannya.

Haechan panjang umur, ya.

Saat itu juga, Jaemin lekas bangkit dari duduknya dan melangkah menuju saudaranya yang juga menghampirinya.

Sungguh, Jaemin belum bersiap untuk mengatakan maaf. Ia sangat gugup, ia takut Haechan menolak permintaan maaf nya.

"Euu... Mmm.."

"Maaf."

Tidak, itu bukan Jaemin.

Kenapa Haecham bisa tahu apa yang akan Jaemin katakan?

"Maaf, Na. Gua minta maaf."

Eh, kenapa Haechan yang minta maaf? Jaemin pikir, Haechan sedang membaca pikirannya.

Tiba-tiba Haechan terduduk, pemuda itu seolah bersimpuh di hadapan kembarannya sendiri.

"Gua bener-bener minta maaf, Na. Maafin gua yang udah jahat sama lo. Gua gak mikir dulu sebelum ngomong, gua minta maaf."

"Gua salah, Na. Gua salah tentang lo. Lo itu punya perasaan, lo punya emosi." Haechan mendongak, menatap adiknya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Lee Jaemin itu bukan zombie."

Jaemin terkejut dibuatnya, namun dengan segera ia menyamakan dirinya dengan saudaranya itu dan mengatakan, "Harusnya gua yang minta maaf, karena... Gak ngertiin perasaan lo. Maaf, ya."

Perkataan itu membuat orang di depannya langsung menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia sangat tidak setuju.

"Enggak, Na. Lo gak salah. Lo sama sekali gak salah."

"Gua minta maaf..."

"Hiks..."

Siapa sangka ternyata seorang Lee Haechan yang terkenal usil, nakal, berandalan dan emosian itu ternyata bisa bersimpuh dan menangis di hadapan kembarannya sendiri.

Melihatnya membuat Jaemin menjadi kasihan, namun ia sangat bingung harus mengatakan apa untuk menghiburnya.

Maka dari itu, Jaemin tiba-tiba mengangkat tangannya dan mulai menepuk-nepuk kepala Haechan, sebagaimana yang ibundanya lakukan jika dirinya terjatuh saat sedang bermain.

Namun, tindakan itu malah membuat tangisan Haechan semakin menjadi. Karena dirinya sungguh tidak percaya bahwa dirinya telah menyakiti adiknya yang selalu ia jaga, dan membiarkan anak itu berjuang sendiri.

Sebenarnya, ini adalah kedua kalinya Haechan menangis, dan air mata itu keluar untuk orang yang sama.

Saat itu mereka masih berusia kurang lebih 5 tahun, masa dimana anak-anak sangat suka bermain bahkan sampai lupa banyak hal.

Dan pada saat bermain, Haechan menangis karena dirinya tidak berhasil menemukan Jaemin saat dirinya berjaga ketika sedang memainkan permainan Petak Umpet.

Anak itu bahkan tidak menangis saat dirinya berkelahi dengan anak seusia lainnya. Namun ketika kembarannya menghilang, tangisannya begitu kencang.

Beruntung Jaemin dapat ditemukan di balik pohon yang sangat besar, sedang terduduk di sana sembari menundukkan wajahnya pada kakinya yang ia peluk.

Dan sampai detik ini, tidak ada satupun orang yang tahu bahwa ternyata itu bukan tempat persembunyian Jaemin, tapi tempat di mana dirinya di bawa oleh anak-anak lain untuk dirundung.

Ya, Jaemin sudah mengalami sejak kecil.

✧ ✧

"Minhyun, mana anak sialan itu?"

Pemuda yang dipanggil baru saja tiba, dan ternyata kehadirannya itu sudah ditunggu-tunggu oleh sang ayah yang kini sedang duduk di sebuah sofa tunggal sembari memasang raut wajah yang cukup menyeramkan.

Minhyun tersenyum saat ia mengatakan. "Tenang aja, Yah. Dia pasti pulang kok."

Tepat setelah mengatakan itu, sebuah benda yang ia simpan dari saku nya bergetar. Minhyun pun mengeluarkan ponsel yang tentunya bukan miliknya itu.

Ternyata itu adalah panggilan telepon dari sebuah kontak yang dinamai dengan 'Jihoon A.S.U'.

Setelah menundanya beberapa saat, Minhyun pun mengangkat telepon tersebut.

"Hal--"

"Woi, anjing! Berani lu ambil hp gua tanpa izin?!"

"Santai dulu napa."

"Santai mata lo, bajingan! Balikin hp gua, bangsat!!"

"Sini aja ke rumah ambil, mau gua charger nih tinggal sedikit lagi batrenya. Baik 'kan gua?"

"Ogah gua masuk ke neraka itu! Gua gak akan datang kalau iblis itu masih di sana."

"Hah? Siapa? Di sini gak ada siapa-siapa kok. Gua gak tau bonyok pada kemana."

"Gak usah boong lu, Njing."

"Gak percaya ya udah sih... Daripada nanti keburu pada pulang 'kan?"

"Sialan. Tunggu gua, bangsat, jangan kemana-mana."

"Okay..."

Panggilan pun berakhir dengan senyuman yang semakin lebar di wajah tampang bak pangeran yang sayangnya hatinya tidak setampan rupanya.

"Lagi di jalan dia, Yah, tunggu aja."

Senyuman penuh arti itu sangat jelas terpampang karena sudah tidak sabar menyaksikannya.

Minhyun itu... Sebenarnya orang seperti apa dia?

I.P.U || HyuckNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang