Di pagi hari yang cerah dengan kicauan burung yang mengiringi indahnya cuaca hari itu, nampak berbanding terbalik dengan kedua pemuda yang saat ini sedang gelisah karena mereka sudah terlambat datang ke sekolah. Untungnya, tadi di depan gerbang sekolah Haechan bisa membujuk sang penjaga sekolah sehingga akhirnya pintu gerbang dibukakan meski sang penjaga tidak melakukan hal itu untuk Haechan, melainkan kembarannya yang lain karena penjaga tersebut merasa kasihan melihat seorang murid teladan harus terlambat akibat kecerobohan orang lain.
Dan kini kedua pemuda itu pun sedang berjalan mengendap-endap melewati setiap ruang kelas disana, memastikan tidak ada siapapun yang melihat mereka, terutama guru. Sebenarnya menurut Jaemin mereka tidak perlu mengendap-endap layaknya seorang pencuri, karena ia hanya perlu mengatakan alasan keterlambatannya, kemudian membiarkan mereka menjalani hukumannya.
Tapi ya... Haechan mana mau harus berdiri berlama-lama dibawah panasnya matahari. Daripada harus seperti itu, lebih baik ia bermain basket saja bersama teman-temannya hingga bermandikan keringat. Karena itulah, kini Jaemin hanya menurut saja apa kata saudaranya.
Di tengah perjuangan mereka untuk menuju kelas dengan aman, kedua pemuda itu tak sengaja bertemu dengan salah seorang pemuda yang merupakan teman sekelas mereka.
"Haechan, Jaemin, kalian lagi pada ngapain?" tanya nya penasaran, apalagi melihat gelagat si kembar yang mencurigakan.
"Lah lu gak liat ini kita baru dateng? Kalau ketahuan guru gimana?"
Pemuda itu nampak kebingungan dengan maksud perkataan Haechan. "Kalian lupa? Ah, maksud gua, lu lupa ya, Chan?"
"Apaan?"
"Hari ini 'kan guru-gurunya lagi pada rapat buat festival olahraga nanti."
Setelah sempat bungkam, akhirnya Jaemin ikut bertanya, "Lu?"
Pemuda itu kurang bisa memahami maksud dari pertanyaan yang amat sangat singkat dari teman sekelasnya tersebut. Hingga pada akhirnya pemuda itupun melirik Haechan yang langsung menangkap arti dari lirikan itu.
"Lu sendiri ngapain di sekolah?" lanjut Haechan yang tak lama ia mengatakan, "kayaknya..." Dengan sangat pelan, karena mungkin saja bukan itu maksud kembarannya.
"Oh, gua lagi ekskul. Yaudah kalau gitu gua duluan ya, udah ditungguin soalnya."
"Oke, makasih banyak buat infonya."
"Sans... Yo!"
Mereka pun saling melambaikan tangannya mengantar kepergian teman sekelas mereka yang kini sudah mulai berjalan menjauh dari tempat kedua pemuda itu berada. Dan tak lama kemudian, Haechan merasakan aura gelap yang berasal dari sebelahnya. Dasar Lee Haechan, ceroboh sekali...
♬
"Hehe, maaf ya, Na."
"Gapapa."
Jawabannya sih memang tidak apa-apa, tapi Haechan yakin bahwa saudaranya itu sedikit kesal akibat kecerobohannya. Tentu saja setelah ini ia akan mengamuk kepada teman-temannya yang tidak memberitahukan info seperti ini kepadanya.
"Emang lu kemana kemarin sampe gak tau informasinya?" tanya Jaemin seraya memainkan ponselnya, ntah apa yang sedang dilakukannya terhadap benda tersebut. Haechan agak heran tentunya, tumben sekali kembarannya itu asik bermain ponsel.
"Nge-date sama Neng Ryu, hehe." jawabnya sembari sesekali mencoba mengintip layar ponsel kembarannya yang tentu saja dengan mudah diketahui, sehingga membuat Jaemin dengan sigap menghindar.
"Di jam pelajaran? Siapa yang ngajak?" ujar Jaemin, melontarkan pertanyaan selanjutnya.
"Ryu, ehe."
"Bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
I.P.U || HyuckNa
Ficção Adolescente[Brothership] Saudara kembar itu adalah sebuah cermin. Jika saling berhadapan, mereka akan terlihat seperti sedang melihat pantulan mereka sendiri. Memang benar begitu. Tapi disini, siapapun akan dapat membedakannya dengan mudah. Siapa matahari, dan...