Kedua pemuda itu pun kini sudah berada didalam perpustakaan kota, dan sudah memilih tempat untuk mereka menghabiskan waktu dalam beberapa jam kedepan. Yap, mereka akan menghabiskan waktu beberapa jam bersama, hanya di perpustakaan. Mungkin mereka akan pindah ke tempat lain jika ada yang berubah pikiran.
Sanha tidak keberatan sama sekali, karena ia juga suka membaca buku, apalagi sekarang ia sudah tidak sendirian lagi. Jaemin sendiri pastinya lebih tidak keberatan lagi, Haechan saja pernah menganggapnya berpacaran dengan buku karena terlalu sering menghabiskan waktu dengan tumpukan buku yang menurut Haechan sangatlah membosankan.
Sanha melirik temannya yang baru saja selesai bertukar pesan dengan seseorang. Ia pun mencoba untuk menebak siapa orang tersebut. Dan ia pikir, siapa lagi kalau bukan kembaran Jaemin?
"Haechan bilang apa?" tanya Sanha penasaran.
"Dia tau kita ketemuan."
"Terus?"
"Dia bilang mau jemput, gua jawab gak usah, udah ada lu."
Entah kenapa, mendengar jawaban Jaemin yang berkata demikian, membuat Sanha tidak tahan untuk tidak tersenyum. Sampai ia pun tidak sadar telah mengucapkan terimakasih, membuat Jaemin langsung menoleh kepadanya.
"Buat?"
Sanha lekas menggelengkan kepalanya. "Lanjutin bacanya."
"Lu gak baca?" tanya Jaemin saat ia tidak melihat ada satupun buku disekitar Sanha.
"Ini baru mau ambil."
"Kenapa gak tadi bareng?"
"Keasikan ngoceh, hehe. Ya udah, tunggu ya."
Melihat Jaemin mengangguk kemudian kembali melanjutkan kegiatannya membaca, Sanha pun akhirnya pergi dari sana untuk mencari buku dengan asal agar ia bisa segera kembali ke tempat duduknya.
.
"Aduh, Chan, maaf ya. Gua gak kasih tau dulu kalau gua bakal ajak orang lain kesini. Dia sepupu gua, baru balik dari luar negeri setelah belajar disana bertahun-tahun bareng kakek kita. Makanya sekarang dia disini gak punya temen, jadi gua ajak aja kesini." jelas Junhyuk panjang lebar, ia berusaha keras agar Haechan bisa membiarkan hal ini.
"Gak bilang ke yang lainnya juga?" tanya Haechan sembari memperhatikan sepupu temannya dengan sangat teliti.
Junhyuk pun menjawab, "Bilang kok, tapi pas udah dateng kesini."
Saat Haechan hendak kembali berujar, tiba-tiba saja sepupu Junhyuk bersuara dengan lantang, "Yaudah sih, gini doang dibawa serius. Emang kenapa? Ini base camp dirahasiakan dari negara sampe datang satu orang aja ribet banget."
Junhyuk sampai terkejut bukan main, sifat sepupunya ini memang tidak berubah sejak dahulu sebelum mereka berpisah. Ia pun langsung menyenggol pemuda disebelahnya, meminta agar pemuda itu diam saja sementara ia akan menjelaskan.
Tapi lagi-lagi si sepupu kembali bersuara, "Kenapa sih? Lu takut sama dia? Emang dia siapa? Ketua geng lu ini? Dia aja takut sama si Nana ceweknya itu."
Jeno sedari tadi hanya diam, berpikir untuk membiarkan pihak yang terkait untuk menyelesaikan masalah ini. Namun ternyata ia sudah tidak tahan untuk berujar, "Lu bisa diem dulu gak sih? Lu anak baru, gak tau apa-apa sama sekali. Dan inget, Nana itu bukan cewek, dia kembaran Haechan."
"What? Nana? Cowok? Kasian kembaran lu kalau dia sampai tinggal di Amrik, abis kena bully."
Haechan hampir sudah sampai batasnya, matanya mulai memerah, rahang yang mengeras, dan tangan yang mengepal erat seolah siap menghancurkan sesuatu dengan tinjunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I.P.U || HyuckNa
Teen Fiction[Brothership] Saudara kembar itu adalah sebuah cermin. Jika saling berhadapan, mereka akan terlihat seperti sedang melihat pantulan mereka sendiri. Memang benar begitu. Tapi disini, siapapun akan dapat membedakannya dengan mudah. Siapa matahari, dan...