🍫 The Last Chocolate

2K 209 21
                                    

Karena kelalaiannya sendiri karena semalam memilih untuk bermain game dan menolak ajakan saudara kembarnya untuk mengerjakan tugas sekolah, kini Haechan harus pasrah menerima hukuman untuk berdiri dengan sebelah kaki yang terangkat ditengah lapangan, dibawah teriknya matahari.

Ia bersyukur tidak hanya dirinya sendiri yang berada di situasi ini, ternyata teman-temannya juga sama dengannya, bahkan diantara mereka adalah orang yang semalam bermain game bersamanya. Mereka adalah Jeno, Renjun, Yangyang, dan Sunwoo.

Sementara itu, anak-anak dikelas mereka pun nampak puas tertawa diatas penderitaan mereka yang harus bermandikan keringat. Mereka terlihat berkumpul didekat jendela untuk melihat bagaimana kesengsaraan teman sekelas mereka. Sangat berbeda dengan Jaemin yang saat ini sedang duduk di kursinya sembari menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Oke, cukup! Sekarang kalian cepat kembali duduk di kursi kalian masing-masing, saya akan memulai pelajarannya."

Para murid mendesah kecewa, sayang sekali mereka tidak bisa memperhatikan anak-anak itu sampai bel pulang berbunyi. Mereka ingin tahu apa anak-anak tengil itu bisa bertahan.

"Oke, kita mulai--"

"Pa-pak..."

"Ya, Jaemin? Kenapa?" Sang guru terus memperhatikan gelagat muridnya yang nampak tidak baik-baik saja. "Kamu sakit?"

Jaemin menggelengkan kepalanya. "Sa-saya izin mau ke toilet, Pak."

"Oh ya, silakan."

Tidak seperti seorang Jaemin yang selalu berjalan dengan santai serta tampak tenang di manapun dan kapanpun, kini pemuda itu nampaknya seolah sedang dikejar oleh sesuatu yang amat sangat menyeramkan, sehingga ia langsung berlari dengan sangat cepat menuju toilet. Hal itu pun membuat para murid menatapnya dengan heran, terutama Sanha. Pemuda itu yakin jika saudara kembarnya ada disana, dipastikan anak itu akan sangat khawatir. Sangat berbeda dengan salah satu murid dikelas itu yang saat ini sedang tersenyum sangat samar.

Disaat guru dikelasnya sudah memulai pelajaran, Jaemin masih berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya agar tidak tumbang ditengah jalan. Ia terus menyeret tubuhnya hingga akhirnya ia pun dapat masuk kedalam salah satu bilik, kemudian memuntahkan hampir semua dari apa yang sudah ia telan.

Tangannya pun tidak tinggal diam, Jaemin terus memukul-mukul perutnya, berharap semuanya dapat ikut keluar agar ia dapat kembali tenang. Percuma saja, ia merasa sudah mengeluarkan semuanya, namun rasa mual disertai pahit di lidahnya masih terasa. Bahkan ia tidak sadar bahwa ujung matanya mulai mengeluarkan cairan bening.

"Jaem? Lo gapapa?"

Suara familiar itu seolah mengalihkan Jaemin dari rasa sakit yang ia rasakan. Meski sulit, Jaemin tetap membalasnya meski harus terbata-bata.

"Gapapa."

Orang diluar bilik kembali bersuara, "Serius?"

Setelah dirasa cukup meski sebenarnya masih belum puas, Jaemin pun berdiri tegak sembari membersihkan mulutnya menggunakan tisu yang selalu ia bawa. Perlahan pemuda itu pun membuka pintunya, kemudian melewati teman sekelasnya begitu saja dan berjalan menuju wastafel untuk membasuh wajahnya agar lebih segar.

"Muka lo makin pucat." ujar Sanha yang kini sedang memperhatikan wajah temannya melalui cermin yang berada dihadapan mereka.

Namun ia sama sekali tidak mendapatkan balasan, bahkan sampai Jaemin hendak beranjak pergi dari sana, meski harus berhenti karena Jaemin hampir saja tumbang jika Sanha tidak segera menopangnya.

"Gua anter ke UKS."

"Gak perlu."

"Lo perlu, Jaemin."

I.P.U || HyuckNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang