Ketiga Lee bersaudara itu memiliki sikap yang cukup jelas perbedaannya. Semua memiliki ciri khas dalam diri mereka masing-masing.
Seperti salah satu si kembar, yaitu Haechan. Pemuda itu sangat aktif dalam segala hal. Dia selalu penuh energi. Meski dikenal akan kenakalan nya, Haechan juga diketahui sangat amat menyayangi keluarganya. Dia bisa melakukan apapun agar keluarganya tersenyum. Tentu saja Haechan juga bisa marah, tapi karena hal-hal tertentu saja.
Terbalik dengan kembar lainnya, Jaemin terlalu berbeda dengan Haechan meski mereka bersaudara. Pemuda ini selalu enggan untuk melakukan sesuatu yang membuatnya harus berada di keramaian. Jaemin hanya akan terlihat di tempat ramai apabila ia memang sudah sangat terpaksa. Sejauh ini, tidak ada yg begitu mengerti dengan apa yang dirasakannya dan apa yang selalu dipikirkannya. Orang-orang pikir, Jaemin itu terlalu sulit ditebak.
Sementara itu untuk putra sulung Lee, Mark ada di antara keduanya. Ia bisa semangat, ceria, aktif, tapi ia juga cukup sering terdiam. Sikap dewasanya yang membantunya menjadi seperti sekarang ini. Sulit untuk dijelaskan, tapi Mark juga kadang selalu tidak terduga. Selain itu, putra sulung tersebut sering dikira tidak mempedulikan orang di sekitarnya karena ia terlihat masa bodoh. Mark pikir, itu hanya karena mereka tidak mengenalnya saja.
Tapi benar, Mark tidak terduga. Ia bisa melakukan suatu tindakan tanpa orang lain kira.
Seperti saat ini, Mark sedang berada di dapur, dengan tangan yang sedang sibuk mengaduk kopi nya. Tapi pandangan yang ia tujukan sama sekali bukan kepada kopi hangat buatannya.
Melalui ekor mata, Mark memperhatikan dua orang yang saat ini sedang duduk di kursi taman tepat diluar dapur. Tak hanya itu, telinganya juga ia pasang untuk dapat mendengar jelas obrolan dua orang disana.
Sayang sekali, hanya sedikit yang bisa ia dengar, seperti,
"Serius?!"
"Terus gimana?"
"Tenang aja, Nek."
Dan juga beberapa kata seperti jaga, hati-hati, dan kabar.
Mark pikir, jaga dari apa? Kabar apa? Apa hal yang buruk sedang terjadi? Tapi kepada siapa?
"Jaemin? Tapi kenapa Nenek sama Sanha... Wait, apa mereka tau sesuatu?" batin Mark yang semakin ingin tahu apa yang sebenarnya mereka katakan. Lagipula, kenapa harus memisahkan diri untuk mengobrol? Bukankah itu akan terlihat semakin mencurigakan.
Sebuah ide pun terlintas di pikirin putra sulung itu, ia perlahan berjalan sembari membawa kopinya mendekat ke arah pintu luar. Semakin dekat jarak ia dengan kedua orang tersebut, telinganya semakin terbuka untuk mendengarnya lebih jelas.
Ketika itu terjadi, Sanha tiba-tiba terdiam. Layaknya alat pendeteksi, pemuda itu sedang mencari tahu dari mana seseorang akan datang. Sang nenek kebingungan karena cucunya itu tiba-tiba terdiam.
"Kenapa?" tanya wanita paruh baya itu, namun tidak mendapat jawaban apapun.
Ah, Sanha pun akhirnya tahu dimana orang tersebut. Ia pun menatap sang nenek dan memulai kembali obrolannya.
"Nenek masih betah tinggal di luar negeri? Padahal di negeri sendiri masih ada tempat yang seru kok."
Wanita itu semakin kebingungan karena Sanha yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraannya. "Ada ap--"
'Duk!'
"Shh... Aww... "
Sang nenek terkejut ketika mendengar suara benturan yang diikuti oleh suara meringis seseorang. Ia pun berbalik dan mendapati cucunya yang lain sedang mengusap-usap tangannya.
"Mark! Kamu gapapa?!"
Segera sang Nenek bangkit dan beranjak untuk menghampiri cucunya yang sepertinya sedang kesakitan. Ketika tiba di hadapannya, ia segera memeriksa tangan cucunya yang memerah.
"Ya ampun... Kamu kenapa 'sih? Ngelamun ya? Makanya perhatiin jalan kamu, jadi kebentur kan."
"Ihh, Nenek. Jangan diomelin dong, tanganku lagi sakit tau. Panas nih." ujar Mark, tak tahu saja bahwa matanya sedang fokus ke arah lain.
"Dasar. Sanha, sini."
Sanha yang menghampiri pun langsung di berikan gelas berisi kopi yang masih sedikit panas milik Mark.
"Tolong pegangin, ya. Nenek mau obatin dulu cucu bandel ini."
"Iya, Nek."
Nenek pun segera menyeret Mark untuk masuk kembali ke dalam, agar bisa sesegera mungkin mengobati cucunya tersebut. Terkejut memang, tetapi ia juga lebih khawatir kepada keadaan Mark.
Sementara itu, selama diseret oleh sang Nenek, mata Mark masih sibuk menatap ke belakang. Seseorang yang menarik perhatiannya. Sanha. Mulai sekarang, Mark akan mengawasi pemuda itu.
Sanha merasakan tatapan itu, ia tahu bahwa saat ini ia akan mulai diawasi.
・:*:・
Haechan baru saja keluar dari kamar kembarannya. Tentu saja masih canggung untuk memulai obrolan mengingat Jaemin yang tersinggung akan ucapannya. Maka dari itu selama didalam kamar, Haechan hanya diam saja selama menyimpan buku catatan milik Jaemin yang sebelumnya ia pinjam. Lagipula kembarannya itu masih terbaring sembari menutup matanya, jadi Haechan tidak mungkin berani mengganggunya.
Setelah itu, Haechan langsung keluar dari kamar tersebut, sama sekali tidak mengatakan apapun. Ia pikir, ia harus memberi waktu antara dirinya dan Jaemin.
Setelah kembali menutup pintu, Haechan tidak sengaja melihat sang Kakak yang baru saja tiba di ujung tangga dengan raut wajah yang nampak sedang memikirkan sesuatu.
"Woy!"
Mark menoleh sembari merengut kesal. "Gak sopan."
"Ya elah, sensitif banget lo. Lagi PMS?" Haechan berjalan mendekati saudaranya dan memperhatikan raut wajah Mark dengan teliti. "Kenapa tuh muka? Mbak Mina selingkuh, ya?"
Mark hampir saja akan melayangkan pukulannya. "Kalau ngomong jangan sembarang. Mau gua sobek tuh mulut?"
"Ihh, ngeri... Psikopet."
Yah, namanya juga Haechan. Tidak mungkin ia lewatkan kesempatan untuk mengusili orang.
"Dah lah."
Mark hampir saja akan meninggalkan adiknya itu karena sudah sangat jengkel, tetapi Haechan menahannya karena harus menanyakan sesuatu.
"Eh, bentar. Serius, emang kenapa 'sih lo?"
Mark menghela nafasnya sebelum mengatakan, "Seberapa deket lo sama Sanha?"
"Enggak sama sekali. Waktu itu pernah mau gua ajak temenan, tapi dia gak mau. Tau-tau udah deket aja sama Nana."
Mark mengerutkan keningnya. Ia pikir Sanha itu memang berteman dekat dengan kedua adiknya. Jika itu memang terjadi, harusnya Mark sudah tahu Sanha sejak lama, karena Haechan selalu memperkenalkan semua teman-temannya.
"Emang kenapa?"
"Gua harus bicarain ini sama lo. Ikut gua ke kamar.".
KAMU SEDANG MEMBACA
I.P.U || HyuckNa
Teen Fiction[Brothership] Saudara kembar itu adalah sebuah cermin. Jika saling berhadapan, mereka akan terlihat seperti sedang melihat pantulan mereka sendiri. Memang benar begitu. Tapi disini, siapapun akan dapat membedakannya dengan mudah. Siapa matahari, dan...