⁉️ What's next?

399 41 1
                                    

Dan kini di sini lah mereka berada, di rooftop gedung tempat mereka menimba ilmu.

Sebenarnya sudah beberapa menit berlalu, sayangnya Sanha tidak kunjung mengatakan apapun selain berdiri sembari menatap murid-murid lain yang masih berkeliaran di bawah sana.

Haechan gundah di buatnya, namun entah kenapa ia enggan untuk mengganggu nya. Ia akui, aura kemarahan dari seseorang di sampingnya ini hampir membuatnya ciut.

Akhirnya setelah melewati keheningan yang entah kapan akan berakhir, Sanha pun memanggil teman sekelasnya itu. "Chan."

Haechan yang tersentak kaget karena terlalu tiba-tiba memanggilnya hanya mengatakan, "Hah?"

"Gua kecewa sama lu. Tapi gua sadar diri kalau gua gak berhak buat ngerasa kayak gini."

Haechan kebingungan mendengarnya. Kenapa dia berhasil membuat pemuda anti sosial itu kecewa padanya?

"Kecewa kenapa?"

Mendengar itu, tanpa sadar Sanha mengeratkan kepalan tangannya pada tembok tempat ia berpegangan. "Kenapa lu bilang?"

"Lu lupa apa yang lu bilang ke Jaemin? Tega lu ya. Dia kembaran lu, Chan. Bisa-bisanya lu keluarin omong kosong itu sampe bikin dia kayak gini??"

"Gua gak nyangka, gua kira lu se-protektif itu ke dia karena emang lu sayang dan ngertiin dia. Tapi apa?"

Ah, betapa bodoh dirinya.

Bisa-bisanya ia sempat melupakan kesalahan fatal itu, membiarkan kembarannya terus berpikir sendirian.

Tapi ada kata-kata yang Sanha lontarkan, terus dipikirkannya.

"Maksud lo dia sampe kayak gini itu apa, San?"

Meski rasa amarah masih dirasakannya, mau tidak mau Sanha merasa harus menceritakan apa yang terjadi sebelumnya.

.

.

Saat itu, Jaemin baru saja tiba di sekolahnya. Dengan gontai dan nampak sangat tidak bersemangat, pemuda itu berniat untuk mampir ke perpustakaan terlebih dahulu.

Perpustakaan di sekolahan nya ada dua, satu di dalam gedung dan yang lainnya berada di luar sehingga ia hanya perlu berjalan melewati tempat parkir murid, taman, lalu tiba lah di perpustakaan.

Namun belum juga tiba di tempat tujuan, Sanha yang saat itu sedang duduk di kursi taman dan melihat temannya nampak menyedihkan, lekas menghampiri dengan perasaan sangat khawatir.

"Jaemin! Lo kenapa?" tanya Sanha begitu tiba.

Saat itu Jaemin membalasnya dengan kembali memberikan pertanyaan, dan tanpa menoleh sedikit pun. "Gua kayak zombie 'ya, San?"

"Hah? Kok tiba-tiba?"

Merasa perbincangan mereka akan panjang, keduanya pun memilih untuk duduk di kursi taman.

Jaemin pun mulai menceritakan semua yang terjadi di rumahnya kepada Sanha, termasuk memberitahukan perihal Nenek mereka yang belum juga ada kabar.

Sanha yang mendengarkan cerita itu pun langsung merasakan perasaan yang tidak menentu. Ia marah, namun ia juga sangat bersedih.

"Gua yakin Nenek pasti baik-baik aja." Sanha menyahuti cerita temannya.

Sayangnya ia berbohong. Bohong jika dirinya percaya diri perihal kabar terbaik dari Neneknya itu.

Karena sebelum ia menuju ke sekolahan, Sanha sempat melihat berita tersebut di televisi, dan ia melihat persis bagaimana keadaan bangkai pesawatnya saat itu.

I.P.U || HyuckNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang