💫 I.P.U

1.1K 141 7
                                    

"Good morning, dunia tipu-tipu!"

"Pagi, Cil."

"Cal-cil, cal-cil... Gua udah kelas 11!" tegas Haechan saat kakak sulungnya itu memanggilnya 'Cil', yang artinya bocil/bocah kecil. Apa-apaan pikirnya. Ia 'kan sudah besar.

"Kelas 11 doang bangga."

"Bacot lo, beban." balas Haechan dengan sarkas seraya duduk di kursinya untuk sarapan.

"Lo juga sama kali."

"Lo lebih beban! Turun terus tuh rank gua."

Karena merasa tidak akan berhasil menang, Mark yang tidak terima dipanggil demikian oleh adiknya, segera melancarkan aksinya. "Ma..."

"Chan... Udah, ah. Cuma game aja masa pada berantem."

"Udah gede kok tukang ngadu." Mark hanya membalasnya dengan ledekan, yang membuat Haechan langsung mendelik kesal kepada sang kakak.

Tapi, tunggu sebentar. Haechan merasa ada yang kurang. Pandangan pemuda itu bergerak menelusuri meja makan yang ternyata kursi disebelahnya masih kosong.

"Nana-nya aku mana?"

"Najis." gumam Mark dengan sangat pelan, berusaha agar suaranya tak terdengar oleh yang lainnya. Sejujurnya, ia tidak terbiasa dengan sikap manis Haechan kepada adiknya yang lain. Mark pikir, bukankah bersikap manis kepada sesama jenis itu agak aneh? Bahkan jika itu adalah keluarga.

"Nana sakit, jadi dia gak sekolah dulu buat hari ini." Nyonya Lee menunjuk sebuah kertas persegi panjang berukuran sedang didekat Mark. "Itu, suratnya. Jangan lupa kasih ke wali kelas kamu, ya."

"Dia keterusan?" tanya Haechan sembari menyuapkan rotinya, namun terdengar jelas terselip nada khawatir pada pertanyaannya.

Nyonya Lee mengangguk, satu-satunya wanita di keluarga itu juga nampak sangat mengkhawatirkan putranya yang terhitung sebagai anak bungsu itu. "Iya, tadi Mama cek suhu badannya, ternyata panas banget."

Haechan tiba-tiba terdiam, meski mulutnya masih melanjutkan tugasnya mengunyah makanan. Hingga tak lama kemudian, Mama nya beranjak untuk membangunkan suaminya yang masih berkelana di mimpinya. Melihat itu, si sulung berujar,

"Hati-hati, Chan. Jaga kembaran lo, jaga adik gua, itu termasuk lo. Gua denger-denger dari anak disekolah gua, tuh orang pindah ke sekolah lo." Mark terlihat kesal pada dirinya sendiri. "Gua nyesel gak ikut pindah sama kalian. Maafin gua."

"Gak ada gunanya nyesel sekarang, Bang. Btw, kemarin pertama kali gua sama dia ketemu lagi. Dan lo tau apa yang bikin gua emosi?"

"Mana gua tau." jawab Mark dengan datar, ia sedang sibuk dengan sarapannya.

Meski rasanya ingin sekali melemparkan gelas berisi susu hangat miliknya pada sang kakak, Haechan memilih untuk berusaha menahan emosinya dan melanjutkan ucapannya, "Dia ngajak Nana temenan."

Mark yang awalnya tidak tertarik langsung menoleh kepada sang adik dengan raut wajahnya yang begitu terkejut. Ia tidak tau orang itu akan bergerak secepat ini. "Gila kali, ya?! Terus gimana?"

"Gua gak liat ada yang aneh, mereka malah keliatan lagi ketawa bareng waktu itu. Makanya masih gua biarin."

"Lo yakin?"

"Gak juga 'sih, tapi Jaemin sendiri yang bilang. Buat sekarang, rencananya gua mau bicara langsung ke bajingan itu."

Mark langsung tidak nafsu makan mendengar kabar tak terduga ini. "Bisa gila gua." Pemuda itu menghela nafas panjangnya seraya berdiri dan menenteng tasnya. "Gua bakal minta buat pindah kalau ujian gua udah selesai. Gua cabut duluan."

I.P.U || HyuckNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang