❗Something Happened

385 51 2
                                    

Akhirnya setelah dirinya termenung cukup lama, kini pemuda berparas tampan dengan tinggi badan 178cm itu lekas pergi menuju sekolahnya.

Haechan mengendarai sepeda motornya dengan begitu cepat, tidak peduli seberapa ramainya jalanan saat itu, yang ia pikirkan hanyalah tentang saudara kembarnya.

Di sepanjang perjalanan, pemuda itu terus merutuki dirinya sendiri, menyayangkan dirinya yang memiliki kepribadian ceroboh dan mudah tersulut emosi.

Perihal Jaemin, Haechan sendiri yakin bahwa saudaranya tersebut pasti akan tetap pergi ke sekolah karena Jaemin tetap akan melaksanakan apa yang diperintahkan entah apapun yang sedang terjadi.

Setelah menempuh waktu kurang lebih 20 menit, akhirnya Haechan pun tiba di sekolahnya. Pemuda itu pun segera melangkah dengan cepat menuju kelasnya, tentu setelah ia memakirkan sepeda motornya di tempat parkir khusus pelajar.

Beruntung sekolah nya itu mengizinkan para siswa-siswi nya untuk membawa kendaraan pribadi ke sekolahan.

Namun saat dirinya sudah tiba di lorong yang hanya tinggal beberapa langkah saja menuju kelasnya, Haechan mendapati banyak murid-murid di depan kelasnya, entah teman sekelasnya hingga murid-murid dari kelas lain.

Hatinya bertanya-tanya sembari terus berjalan, saat itu juga ia mendengar suara seorang pria dewasa yang sedang marah-marah.

Haechan bertanya-tanya, siapa orang dibalik bangkitnya amarah sang guru itu? Terutama sepertinya orang itu merupakan dari kelasnya sendiri, sebagaimana kejadian itu terjadi di sana.

Pemuda Lee itu pun semakin dibuat kebingungan kala semakin ia mendekat, saat itu juga ia mendengar bisikan-bisikan yang sedikitnya ia dengar seperti menyebut namanya.

Hatinya dibuat semakin tidak karuan karena hal itu.

Tetapi daripada  mencari tahu mengapa dirinya dibicarakan oleh murid-murid di sana, ia lebih penasaran untuk mencari tahu hal lain.

"Permisi." ucap Haechan kala ia sudah sangat dekat sehingga ia harus berkata demikian untuk meminta kerumunan itu memberinya sedikit jalan.

Dan jalan pun terbuka, Haechan melihatnya di depan sana, ada seorang guru pria yang sudah sangat ia kenali. Guru tersebut merupakan guru yang paling dekat dengannya.

Siapa lagi jika bukan guru BK? Guru yang paling sering berinteraksi dengan Haechan, tentu karena kenakalannya yang  tiada henti.

"Jangan mentang-mentang kalian orang kaya jadi seenaknya buat bertindak! Apa kalian gak liat perjuangan murid-murid lain yang selalu bersusah payah buat bisa sekolah?"

"Sementara kalian ke sekolah hanya untuk berkelahi seperti itu. Jadi untuk apa kalian ke sekolah? Untuk apa kalian mempelajari materi-materi berat itu?"

Haechan lagi-lagi berhasil dibuat kebingungan karena sepertinya guru tersebut murka karena telah terjadi perkelahian antar murid. Namun siapa selain dirinya? Ia baru tahu ada murid di kelasnya yang seperti itu.

Apakah teman-temannya? Jika memang mereka, Haechan sedikit percaya karena mereka tidak berbeda jauh darinya.

Karena sudah tidak tahan lagi melawan rasa penasarannya, pemuda Lee itu lekas bergerak lebih maju agar bisa melihat siapa murid tersebut.

Tetapi belum sempat melihat korban amukan pak guru, Haechan melihat teman-temannya ada di depan pintu kelas, menatapnya terkejut serta khawatir.

Semuanya lengkap.

Meski tidak berkumpul di titik yang sama, namun mereka berada di tempat yang bukan berada di hadapan guru BK itu.

Sudah cukup, Haechan tidak ingin lagi memikirkannya dan membuatnya semakin bertanya-tanya. Ia pun menoleh untuk memeriksa kebenarannya.

Dan betapa terkejut dirinya kala ia mendapati seseorang yang sangat amat ia benci berada di sana, itu adalah Daniel. Meski kepalanya menunduk, Haechan tahu bahwa orang itu sama sekali tidak memperdulikan guru dihadapannya.

Namun, apa yang ia lihat berikutnya membuatnya jauh lebih terkejut lagi.

Di sana, tepat di sebelah Kang Daniel, berdiri seorang pemuda dengan perawakan yang sangat ia kenali, serta wajah yang sama persis dimiliki oleh dirinya sendiri.

Itu adalah... Jaemin, saudara kembarnya.

Mengapa pemuda itu berada di sana? Apa yang telah dilakukannya sehingga sesuatu yang tidak pernah sekalipun terbayangkan olehnya terjadi seperti ini?

Namun mengingat bahwa orang disampingnya adalah seorang Kang Daniel, berhasil membuat perasaanya berubah secepat kilat.

Haechan yakin bahwa ini bukan perkelahian. Ia yakin bahwa ini adalah ulah orang itu.

Tidak, mereka tidak berkelahi.

Sudah jelas pasti kembarannya itu dibully, bukan?!

Dengan amarah yang langsung tersulut bagaikan kertas yang terkena api, Haechan hendak menghampiri orang itu untuk memberinya pelajaran yang tidak akan pernah diterimanya dari siapapun selain dirinya.

Sayangnya, saat itu salah satu temannya sudah berada disampingnya dan memegang tangannya, menahannya untuk pergi.

Haechan yang merasa telah dihalangi untuk menyelamatkan saudaranya, seketika menoleh dengan mata yang berapi-api. Lagi-lagi, ia tidak peduli siapa orang di depannya.

"Chan, gua mohon lu tenang dulu." ujar Renjun, sahabat terbaik kedua putra dari keluarga Lee.

Mendengar apa yang Renjun katakan berhasil membuatnya kembali mengingat kejadian beberapa saat yang lalu saat ia masih di rumahnya. Haechan merasa bahwa ia harus belajar dari apa yang telah terjadi, yaitu tenang sebelum mengambil keputusan, agar bisa berpikir jernih sebelum bertindak.

"Nana kenapa, Jun? Kenapa dia sama anak anjing itu?"

Meski sempat terkejut melihat sahabatnya bisa menahan amarahnya, Renjun langsung kembali sadar agar situasi tidak semakin buruk. "Tadi dia--"

Namun Renjun memilih untuk menghentikan ucapannya terlebih dahulu kala ia mendengar pak guru memerintahkan kedua muridnya untuk mengikutinya pergi untuk menuju ke ruang konseling.

Sang guru baru tersadar dari amarahnya, mendapati dirinya dikelilingi begitu banyak murid-murid yang sepertinya sangat menantikan apa yang akan terjadi berikutnya. Karena itu pria tersebut memilih untuk melanjutkannya di ruangan tempat langganan murid-murid yang bermasalah.

Dan saat itu juga, ketiganya pergi dari sana dipimpin oleh guru yang sangat ditakuti oleh banyak murid.

Kebetulan ruangan yang mereka tuju berada di sebelah kiri, tempat dimana Haechan tiba.

Tentu saja, saat itu juga Haechan dan Jaemin pun saling bertemu tatap satu sama lain. Meski tidak berlangsung lama karena Jaemin dengan cepat memutus kontak mata itu dan kembali menundukkan kepalanya.

Hati Haechan terenyuh, baru kali ini ia melihat kembarannya menatapnya seperti itu. Sehingga ia pun tidak bisa mengatakan apapun bahkan yang ia lakukan hanya menatap kepergian yang semakin menjauh darinya.

"Chan."

Haechan sedikit tersentak dan lekas menoleh mendapati Sanha yang menatapnya begitu intens. Dari tatapan itu juga, ia tahu bahwa di sana terselip amarah yang tertahankan.

"Gua mau ngomong sama lu."

I.P.U || HyuckNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang