🌻 Be friends?

1K 121 9
                                    

Haechan sudah menceritakan semuanya kepada teman-temannya tentang permasalahan yang terjadi mulai dari kemarin, yang pasti akan mengganggu hari-hari kedepannya. Pemuda Lee itu bahkan terlihat masih marah ketika menceritakannya, yang membuat teman-temannya yang lain ragu untuk buka suara. Takut salah-salah ucap yang nantinya mereka terkena getahnya.

Tentu saja, setelah memberitahukan semuanya kepada teman-temannya, Haechan berpesan untuk tetap merahasiakan dari saudara kembarnya. Ya... Jaemin tidak tahu apapun tentang Haechan.

Mungkin begitupun sebaliknya.

Haechan pun tak lupa memberitahu satu hal tentang salah seorang teman sekelas mereka. Sanha, pemuda yang dikenal antisosial dan sangat sulit untuk disentuh itu menelpon saudaranya tadi pagi. Salah satu pemuda pun mengeluarkan pendapatnya akan hal itu.

"Ya udah, kita ajak dia temenan aja. Ternyata bisa gaul tuh?"

"Gua 'sih oke-oke aja, tapi anaknya mau gak?" tanya Jeno.

Sejujurnya ia masih ragu teman sekelasnya itu bisa bergaul dengan orang lain. Ia masih bisa berteman dengan Jaemin yang memang dingin dan irit bicara, tapi ternyata ada orang lain diatas Jaemin yang melebihi dinginnya salah satu si kembar. Jeno rasa tidak akan semudah itu untuk mengakrabkan diri dengan pemuda bermarga Yoon itu. Dengan Jaemin saja ia sempat ingin menyerah mengajak berinteraksi.

Haechan hanya diam saja ketika teman-temannya saling menyampaikan pendapat yang sebagian besar dari mereka menyetujui sedangkan yang lain masih ragu, salah satunya Jeno.

Haechan tentu tidak masalah ada penambahan anggota di pertemanannya, ia bahkan merasa bahwa Yoon Sanha ini bisa diandalkan nantinya. Tenang saja, bukan berarti Haechan hanya ingin memanfaatkan pemuda itu kok.

Setelah tak lama berbincang, keputusan akhir yang mereka ambil adalah mengajak Sanha berteman. Mereka bilang tak apa jika pemuda itu tetap enggan untuk berteman dengan mereka, dan kalau Sanha mau, ya itu lebih bagus.

Karena suasana di bangku tersebut sempat hening, suara dentingan alat makan yang sepertinya menandakan bahwa seseorang telah selesai dengan makanannya, berhasil merebut atensi mereka. Mereka pun menoleh bersamaan ke sumber suara tersebut dan mendapati seorang pemuda yang sebelumnya menjadi topik pembicaraan mereka.

Tentu saja semua pemuda itu terkejut, mereka tidak menyangka ternyata orang yang sedang mereka bicarakan sedari tadi berada dibelakang bangku mereka dan duduk tepat dibelakang Haechan sehingga mereka saling membelakangi.

"Anjir... The real definisi gibahin dibelakang orangnya." gumam Yangyang.

Saat itu juga, Sanha yang sudah berdiri pun akhirnya beranjak meninggalkan bangku itu. Tentu saja ia harus melewati Haechan cs untuk mengembalikan tempat makanannya kepada penjaga kantin.

Sanha sudah melantunkan beribu harapan didalam hatinya, berharap teman-teman sekelasnya tidak akan memanggilnya begitu ia melewati mereka. Namun sayangnya, keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya. Ia harus berhenti melangkah kala suara yang ia yakini milik salah satu si kembar memanggil namanya.

"Sanha."

Sanha pun menoleh dengan raut wajah jutek andalannya. Ya... Inilah salah satu alasan orang-orang ragu untuk mendekatinya. Wajah Sanha yang datar itu terkesan galak dan seolah mengatakan dengan raut wajahnya bahwa ia tidak ingin didekati.

"Ya?"

"Lo... Dengerin apa yang kita bicarain tadi?"

"Tentang mau ngajak gua temenan?"

Ups... Ternyata Sanha memang mendengarnya.

"Gua gak tertarik buat gabung sama kalian." lanjut Sanha dengan ketus seraya hendak kembali melanjutkan niatnya untuk pergi, namun sayangnya Haechan kembali memanggilnya.

"Eh, San."

"Apaan?"

"Buset, galak bener." gumam Eric dengan sangat pelan, takut orang itu mendengarnya. Tapi seseorang disebelah Eric masih dapat mendengarnya sehingga ia ikut bersuara,

"Lebih galak dari Renjun." sahut Jeno tak kalah pelan, bisa-bisa ia babak belur jika Renjun mendengar apa yang baru saja ia katakan.

Haechan bangkit dari duduknya, kemudian mengedarkan pandangannya kepada sekitarnya, ia bisa melihat para murid sedang asik menyantap makanannya saat itu sembari berbincang dengan teman mereka yang berada di bangku yang sama.

Haechan rasa tidak ada yang mendengarkan apa yang ia dan teman-temannya bicarakan, bangku yang sebelumnya Sanha duduki dan termasuk bangku yang paling dekat dengan mereka pun sudah kosong sekarang, karena Sanha hanya duduk disana seorang diri saja saat itu.

"Lo denger apa yang kita bicarain sebelum itu?"

Sanha pun terdiam untuk beberapa saat, sehingga para pemuda itu berpikir mungkin pemuda Yoon itu sedang mengingat-ingatnya. Tentu saja mereka berharap Sanha tidak mendengar apapun selain ajakan mereka untuk berteman.

Dan inilah jawaban Sanha, "Gak tuh. Lagipula gua bukannya mau nguping, tapi suara kalian aja yang kegedean. Lain kali kalau mau ngobrolin sesuatu yang penting, bicarain di tempat terpencil."

"Dan ya... Bagus juga gibahin orang bener-bener di belakangnya." lanjutnya sarkas, bahkan pemuda itu sempat tersenyum kecut sebelum akhirnya benar-benar beranjak pergi meninggalkan para pemuda yang saat ini sedang terdiam terpaku.

Tak lama setelah Sanha menjauh dari jangkauan mereka, seseorang pun bersuara. "Baru kali ini gua kena semprot mulut pedesnya Sanha." ujar Haechan yang tentu saja langsung disetujui oleh teman-temannya.

Bagaimanapun, senakal apapun mereka selama ini, mereka tidak pernah sekalipun menyentuh apapun tentang teman sekelas mereka yang dikenal jutek dan bermulut pedas itu. Sanha selalu mengatakan langsung isi pikirannya tanpa bisa menyaring terlebih dulu kata-katanya, sehingga hal itu pun mampu membuat orang yang mendengarnya begitu tertohok.

Sementara itu, kini Sanha sudah akan pergi dari tempat tersebut untuk kembali ke kelasnya, seperti biasanya. Namun sebelum ia benar-benar pergi, pemuda itu menyempatkan untuk menoleh kepada bangku Haechan CS, dimana teman-teman sekelasnya itu sudah mulai kembali bersenda gurau.

Sebuah pertanyaan pun terlintas dipikirannya,

"Kasih tau Jaemin gak, ya?"



🌻

-0921

🌻

I.P.U || HyuckNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang