"Kenapa kau mengabaikan ku seperti ini? sudah hampir 6 jam kau diam, biasanya kau selalu banyak bicara, lalu memasak, menyiapkan makan malam untuk— kita.."
"Kita?"
Park Sohyun menelan ludah susah payah saat gadis kecil di depan akhirnya membuka suara setelah sekian lama, dengan tatapan dingin acuh tak acuh gadis itu masih enggan pindah dari balkon luar.
"Apa yang terjadi padamu, Haerin-ssi?" tanya Sohyun, nada bicara nya melemah.
"Gwaenchanayeo.." Jawab SeoAh singkat, tanpa menoleh sedikit pun.
Tak puas dengan jawaban sang lawan bicara, Sohyun mendekat sedikit demi sedikit, hingga berdiri tepat di belakang SeoAh, mengikis jarak diantara keduanya. "Kau cemburu?"
Getaran kecil bak aliran listrik menjalar disekujur tubuh SeoAh saat wanita di belakang nya memberikan back hug, menyimpan dagunya di antara bahu dan leher. "A...ann...ieyeoo.."
"Kalau kau tidak cemburu, lalu kenapa bersikap aneh seperti ini?" tanya Sohyun, hampir berbisik di dekat telinga SeoAh.
SeoAh menarik nafas dalam-dalam, menghembuskan nya perlahan untuk mengumpulkan keberanian. Setelah cukup tenang, ia melepaskan pelukan Sohyun, membalikan badan lalu menatap wanita berwajah dingin itu dengan raut datar.
"Baiklah, tidak apa-apa jika aku tidak berhak mencintai mu. Selama ini aku belajar banyak hal agar bisa menjadi seseorang yang lebih baik, aku belajar lebih giat di sekolah karena ingin membuat mu bangga, aku belajar memasak berbekal tutorial dari Youtube padahal sebelumnya memasuki dapur pun aku tidak pernah, aku belajar mencuci dan menyetrika dan aku pun— belajar mengendalikan emosi agar menjadi gadis manis dan tidak menjengkelkan tapi ternyata semua itu sia-sia. Terimakasih atas penolakan mu, setidaknya hal itu membuatku sedikit tahu diri. Maaf atas sikap rumit ku selama ini, kalau kau ingin aku menjauh... Ne, aku akan melakukan nya, jangan khawatir.." Ucap nya, di iringi deru nafas berat.
"Aku tidak tahu harus berkata apa, yang pasti untuk sekarang aku hanya ingin mengingatkan padamu... Jangan mengambil keputusan secara terburu-buru, kau masih sangat muda dan mudah goyah apalagi berubah. Maaf, ini terasa tidak masuk akal bagi ku." Balas Sohyun pelan, berusaha terlihat tenang padahal jiwa nya cukup terguncang, kapal kayu yang selama ini ia coba pertahankan di tengah lautan mulai goyah tertiup angin dari selatan.
SeoAh mengangguk beberapa kali, berusaha menahan diri agar airmata nya tak jatuh lagi. "Tidak apa-apa, mungkin suatu saat nanti kau akan mengerti."
Tap... Tap... Tap...
Suara derap langkah kaki semakin mendekat, melewati anak tangga hingga sampai pada lantai atas, tempat kamar Sohyun berada.
"Annyeonghaseyeo! Sohyun-ssi? Haerin-ssi?"
SeoAh dan Sohyun sama-sama menoleh ke arah tangga, dilihatnya Yooyeon tengah berdiri menenteng tas branded dan berbagai macam buah tangan, mengenakan short dress yang dilapisi cardigan rajut. Yooyeon tersenyum cerah, berlari kecil menghampiri, lalu memeluk SeoAh dan Sohyun bergantian.
"Eonnie? kapan kau tiba di Korea? kenapa tidak memberitahu ku?" tanya SeoAh tak menyangka akan kedatangan Yooyeon.
"Ini adalah surprise! Aku menepati janji ku bukan? kau terlihat berbeda, lebih cantik dan manis." Sahut Yooyeon ceria.
"Terimakasih atas ucapan selamat ulang tahun nya siang tadi, meskipun terlambat aku sangat bahagia ternyata eonnie masih mengingat nya." Ucap SeoAh lebih tenang.
"Tunggu! Yooyeon-ssi? kau tahu darimana kalau SeoAh ada di tempat ku?" tanya Sohyun heran.
"Aku sudah bertemu dengan nenek Kim, semuanya sudah jelas... Aku tidak menyangka dengan apa yang telah terjadi, aku sempat kecewa kenapa SeoAh dan kau menyembunyikan hal besar seperti ini, tapi aku jauh lebih kecewa pada nenek." Jawab Yooyeon mulai lesu, mendaratkan tubuh nya di atas sofa tua. "Aku melayangkan protes dan mengancam nya agar menuruti keinginan ku, jika tidak maka aku tidak ingin meneruskan perusahaan keluarga.."
