Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ku pikir 10 tahun akan membuahkan hasil yang baik, ternyata aku salah... Penantian ini berakhir sia-sia meskipun aku berusaha untuk menepati janji."
"Nona? mohon maaf, caffe akan segera tutup."
"Ne? mianhaeyeo, aku akan segera pulang."
Jeong Haerin meninggalkan table 14 dengan perasaan ragu, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan caffe, tak ada perubahan apapun, termasuk rasa yang masih tertinggal di dalam nya. Tempat pertama kali berjumpa, ia mendatangi nya kembali setelah 10 tahun berlalu, berharap disana ia akan menemui sosok yang selama ini ia inginkan.
Sebelum itu, ia menemani sang kakak bertemu dengan client, lokasi nya masih di tempat yang sama. Kim Yooyeon sudah pulang lebih dulu karena memiliki jadwal lain di perusahaan induk, sementara Nenek Kim melanjutkan meeting di VIP room.
Sudah larut malam, SeoAh menatap layar ponsel, disana menunjukan pukul 22.16KST. Ia keluar dari TripleS caffe dengan langkah gontai, separuh jiwa dan semangat nya telah hilang.
Dari kejauhan ia melihat sang Nenek sedang berdiri di tepian jalan, menunggu driver memarikirkan kendaraan. Hati kecilnya masih sakit, 10 tahun telah berlalu namun perlakuan sang Nenek masih sama dingin nya, bahkan untuk menawari tumpangan pulang saja tidak pernah, padahal keduanya tengah berada di tempat yang sama.
Beberapa langkah menuju halte, ia bisa melihat Neneknya lebih dekat. Tak bisa dipungkiri, rasa rindu itu pasti ada, bagaimana pun Nenek Kim lah yang selama ini sering SeoAh lihat ketika di rumah.
Kedua bola mata SeoAh melebar tatkala melihat sebuah mobil container bermuatan besar berbelok ke kiri dan ke kanan seperti kehilangan kendali, jantung nya berpacu kencang, ia menoleh ke arah kanan, dilihat nya sang nenek tengah berdiri dengan tatapan kosong.
Tanpa berpikir panjang— SeoAh berlari dengan cepat ke arah kanan, mendorong tubuh Nenek Kim hingga terperosok kedalam rerumputan yang tumbuh di sepanjang trotoar.
Dalam hitungan detik, mobil container bermuatan besar itu menghantam tubuh kurus SeoAh hingga terpental sejauh 3 meter.
Suasana sunyi di area TripleScaffe menjadi ramai riuh seketika, banyak masyarakat sipil berdatangan untuk melihat. Mobil container akhirnya menabrak sebuah pohon besar, tak lama keluar sang driver dalam keadaan lebam dengan wajah pucat dan mata memerah.
Lima menit berselang, datang beberapa anggota kepolisan dan ambulance dari rumah sakit terdekat. Driver mobil ekspedisi antar provinsi itu diamankan, untuk diinvestigasi di kantor polisi. Empat orang tenaga medis segera mengeluarkan tandu serta alat bantu pernafasan sementara, memindahkan tubuh SeoAh kesana. Genangan darah merah pekat tertinggal di jalanan, sebagian masih keluar dari hidung, mulut dan kepala.
Melihat kejadian tak terduga, Nenek Kim terpaku dengan tatapan nanar setelah seorang warga sipil membantu nya berdiri. Tubuh ringkih nya bergetar dan duduk lemas di kursi halte, kedua tangan nya terus menutupi area mulut, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.