"Aku tidak mempersalahkan hal itu, jika suatu saat Sohyun eonnie ingin memiliki bayi, kami bisa mengadopsi nya."
"Adopsi? kau yakin, sayang?"
Eomma terus saja bertanya dan memastikan, mungkin perasaan seorang ibu yang peka dan lembut, ingin melihat anak perempuan nya tumbuh dengan baik.
Manusia antartika di sebelah ku hanya diam, tapi bibirnya terus tersenyum dengan wajah tersipu.
"Appa angkat tangan, jika kalian serius buktikan dari sekarang, hidup lah dengan baik dan jangan merugikan siapapun. Haerin-a, silahkan bicarakan langsung dengan keluarga Joseph tentang pembatalan perjodohan, Appa lelah ingin istirahat.." Appa melenggang pergi masuk ke dalam rumah, di susul oleh Eomma setelah mengusap bahu ku— sekejap.
Sekarang hanya ada aku dan Sohyunnie di luar, sebenarnya aku masih kesal karena kejadian di kantor, tapi rasa kesal itu sedikit terkikis setelah mendengar kalimat pengakuan yang dia ucapkan di hadapan Appa dan Eomma.
Memang, Yooyeon eonnie sudah mengetahui nya lebih dulu, aku yang bercerita. Tapi untuk keberanian Sohyunnie membuat pengakuan di depan Appa dan Eomma sangat ku hargai, itu tanda nya dia benar-benar mencintai ku dengan serius.
"Kau masih marah?" tanya Sohyunnie, menatap ku dari samping kanan.
"Tidak.." Jawab ku singkat saja, ingin tahu sejauh mana dia akan berusaha memperbaiki semuanya.
"Lalu kenapa masih bersikap dingin? padahal tadi kau bilang ingin mengadopsi bayi, waengg?" Sohyunnie menyenggol bahu ku, jujur aku ingin tertawa melihat aegyo nya yang terlihat cringe.
"Aku mengantuk ingin tidur.." Kilah ku sembari berpura-pura ingin meninggalkan tempat.
"Chagiya? aku akan memecat Hyerin, tolong jangan marah lagi.." Sohyunnie memberikan back hug, menyandarkan dagu nya di pundak ku, agak berat tapi tak apa, hati ku berbunga-bunga mendengar nya memanggil sayang.
"Baguslah.." Ucap ku seadanya, ingin tahu apa lagi yang akan dia ceritakan.
"Aku sekarang paham kenapa kau tidak menyukai Hyerin, ternyata dia adalah orang yang selalu ingin mengalahkan mu, bahkan sejak masih bersekolah... Maafkan aku tidak mendengarkan sejak awal, terimakasih sudah membantu ku meyakinkan Appa dan Eomma." Ucap Sohyunnie lembut, deru nafasnya menggelitik daun telinga.
"Sekarang aku ingin tidur, apa kau akan pulang?" tanya ku pura-pura masih kesal.
Sohyunnie melepaskan pelukan nya, membalikkan tubuh ku sehingga kami berdiri saling berhadapan. "Ayo kita pulang.."
"Kemana?"
"KE RUMAH KITA."
Tiga kata sederhana yang mampu meruntuhkan dinding pertahanan ku, Sohyunnie melibatkan aku di dalam nya.