49 hari sudah Yooyeon dan Sohyun bergantian datang dan berjaga ke rumah sakit, menemani dan merawat SeoAh yang masih tak sadarkan diri usai mendapat vonis koma. Nenek Kim selalu menyempatkan datang di akhir pekan, membawakan barang-barang yang selama ini SeoAh inginkan namun belum sempat tercapai, seperti sebuah buku diary berwarna merah muda, barang yang sangat ia inginkan sejak dulu.
Akhir pekan di awal musim dingin, Nenek Kim belum datang, hanya ada Yooyeon dan Sohyun yang berjaga di dalam ruangan VVIP-01, duduk bersebelahan di sofa yang sama, menghadap SeoAh yang masih enggan membuka mata.
Sohyun sudah tidak ingat akan hari, tanggal, bahkan waktu. Kejutan ulang tahun yang diberikan Yooyeon terasa hampa, Sohyun hanya meniup lilin lalu melangitkan harapan untuk kesembuhan SeoAh. Tak ada perayaan apapun lagi, yang ia inginkan hanyalah senyum ceria gadis di depan nya.
"Yooyeon-ssi?" bisik Sohyun, masih duduk sembari berpangku tangan pada dagu.
"Ne??" sahut Yooyeon tak terlalu keras karena takut mengganggu adiknya.
"Ada yang ingin ku tanyakan, sebenarnya sudah sejak lama aku ingin menanyakan hal ini. Hanya saja, aku selalu merasa tidak berhak karena masuk ranah privasi.." Ucap Sohyun pelan.
"Aigo Sohyun-a, tidak perlu merasa segan, hanya kau dan Xinyu yang mengetahui kehidupan ku seperti apa. Tanyakan saja, silahkan.." Balas Yooyeon ramah, setelah peristiwa naas yang menimpa SeoAh— keduanya sepakat untuk berdamai.
Sohyun menatap SeoAh sejenak, lalu menatap Yooyeon semakin dalam. "Kau dan Haerin bukan saudara kandung kan? maaf, tapi kenapa kalian sangat akur satu sama lain, maksud ku... Perlakuan mu kepada Haerin sangat istimewa, padahal tak jarang ada yang seperti itu terhadap saudara tiri."
Kim Yooyeon tergagap sebelum menjawab, ada ketakutan besar yang tersembunyi dibalik senyum nya. "Ummm, pertanyaan mu sedikit aneh. Tapi, tidak apa-apa aku akan menjawab nya, aku bingung harus bercerita mulai dari mana."
"Ceritakanlah sejujurnya, aku akan mendengarkan. Aku hanya ingin tahu, karena selama ini tidak mempunyai seorang saudara, aku kagum melihat kedekatan kalian." Ucap Sohyun, diakhiri senyuman tipis yang menawan.
"Baiklah aku akan bercerita, tapi... Berjanjilah pada ku untuk tidak menceritakan nya pada orang lain? aku menjaga nya dalam kurun waktu yang lama, termasuk dari Eomma dan Nenek." Balas Yooyeon sedikit murung, mendapat anggukan kepala sebagai tanda sepakat. "Jadi.... Dulu, saat baru saja memasuki sekolah menengah atas di usia 16 tahun, aku mengalami kejadian mengerikan.."
Sohyun terkejut saat melihat Yooyeon tiba-tiba menangis, dengan sigap ia memberikan selembar tisu, duduk lebih dekat sembari mengusap punggung tangan nya. "Kejadian mengerikan? ummm, tidak usah dilanjutkan jika itu membuat mu sakit.."
Yooyeon menggeleng cepat, mencoba menahan tangis, mengikat kembali memori kelam yang menimpa nya bertahun-tahun yang lalu. "Tidak Sohyun-a, bagaimana pun aku harus menceritakan masalah ini pada satu orang, karena selama ini aku memendamnya sendirian dan itu membuat hidup ku tertekan."