5.

36 9 0
                                    

Tiba di hari keberangkatan Yooyeon menuju Europe, keluarga nya sudah berada di lounge airport, termasuk gadis mungil berponi tipis. Jadwal penerbangan sekitar setengah jam lagi, waktu tersebut digunakan Yooyeon dan keluarga nya bercengkrama santai sembari menikmati makanan ringan.

Tidak, sepertinya bukan keluarga. Karena keberangkatan nya ke Europe hanya ditemani oleh sang nenek, SeoAh, driver dan salah satu asisten pribadi sang nenek.

Kedua netra binar Yooyeon kerap kali bergulir ke kanan dan ke kiri, ke setiap sudut airport yang masih bisa dijangkau nya. Waktu semakin menipis, namun manusia berwajah dingin yang Yooyeon tunggu belum kunjung tiba. Hatinya merasa hampa, karena setelah ini mungkin ia akan sangat jarang kembali ke Korea Selatan.

"Orangtua mu sudah menunggu disana, hidup lah dengan baik, nenek yakin kau bisa menjalankan anak perusahaan di Berlin." Ujar nenek Yooyeon.

Gadis yang baru saja menyandang gelar sarjana itu hanya mengangguk tanpa semangat, senyum yang biasanya terlukis setiap hari pun kini sirna.

"Setelah lulus sekolah menengah aku akan menyusul eonnie, aku tidak akan sanggup terlalu lama jauh dari eonnie.." Rengek SeoAh, terus bergelayut manja di lengan kakak nya.

"Kau akan tetap di Korea sampai kuliah, kau penerus terakhir di keluarga." Bantah nenek dengan tegas.

Yooyeon menahan amarah dan duka dalam waktu yang lama, ia berdiri dengan tangan mengepal kebawah, berusaha agar emosinya tidak meluap saat itu juga. "Nenek, tolong jaga dan rawat SeoAh dengan baik, jangan perlakukan dia seperti kau memperlakukan aku. SeoAh masih sangat dini dan rentan, berikan kebebasan untuk nya mengekspresikan diri, cukup aku yang selama ini menjadi boneka keluarga demi ambisi kalian.." Ucapnya dengan bibir gemetar kecil.

SeoAh ikut berdiri, menatap kakak nya antara takut dan sedih. "Eonni, gwaenchana?"

Tidak ada raut penyesalan di wajah nenek, yang ada hanyalah ekspresi kecewa. "Nenek lebih tau mana yang terbaik untuk cucu nenek, kau tidak perlu bersikap apapun."

Tak lama dari itu, nenek tampak sigap menerima panggilan telepon dari seseorang. Yooyeon dan SeoAh saling melempar senyum kala nenek nya pergi menjauh di dampingi sang asisten dan driver, meninggalkan kakak beradik dalam perasaan tenang.

"Itu Sohyunnie!!!" Seru SeoAh saat melihat sosok dingin tengah berjalan tergesa seraya mencari arah.

"Kau benar! Yakk!!! Sohyun-a! Aku disini!!!" Yooyeon berteriak cukup kencang hingga memantik perhatian passenger yang sedang menunggu di lounge.

Disaat jarak semakin terkikis, Sohyun berhasil menemukan keberadaan Yooyeon dan SeoAh dan langsung menghampiri dengan wajah berselimut keringat.

"Untung kau belum berangkat, maaf aku terlambat." Ujar Sohyun dengan nafas terengah-engah.

"Tidak apa-apa, aku senang akhirnya kau datang.." Balas Yooyeon, memeluk Sohyun erat-erat, perasaan nya semakin berat untuk pergi lintas negara.

Sohyun melepaskan pelukan Yooyeon secara lembut agar tak menyinggung perasaan nya, meraih tangan kanan Yooyeon dan memberikan sebuah kotak hadiah berwarna merah. "Untuk mu, tolong jaga dengan baik."

"Gomawo, aku akan menjaga nya dengan baik, aku minta maaf tidak menyiapkan barang sebagai kado perpisahan..." Sesal Yooyeon, ekspresi nya muram saat melihat wajah Sohyun, wajah yang selama ini menghiasi hari-hari nya sebentar lagi akan hilang.

"Boleh kah aku meminta tolong?"

"Bo-boleh, apa itu?"

"Tolong kabari aku segera jika kau mendapat kabar atau pesan dari Xinyu, aku ingin meminta maaf padanya atas sikap ku yang dulu, aku ingin persahabatan kita utuh seperti sedia kala.."

ORANGE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang