Chapter 2. Sosok yang sama dengannya

87 45 7
                                    

"Dejavu paling berat adalah,menemukan sosok yang memiliki kesamaan pada orang yang berbeda" -Ara Sheana Maharani-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dejavu paling berat adalah,menemukan sosok yang memiliki kesamaan pada orang yang berbeda"
-Ara Sheana Maharani-

Pagi ini Ara berangkat menggunakan motornya sebelum  pergi ia lebih dulu mengantarkan keponakannya ke sekolah yang tak jauh dari sekolahnya. kelasnya masih memakai sesi karena kondisi pandemi belum normal syarat wajib sekolah tatap muka dengan memakai masker dan tetap menjaga jarak meski dengan teman sebangku sekalipun.

Sesampai di sekolahnya ia sedikit terlambat mengikuti pelajaran, pelajaran telah di mulai beberapa menit yang lalu. Ara memarkirkan motornya di parkiran setelah itu ia langsung berlari menuju kelasnya. sesampainya di depan kelas semua mata tertuju pada Ara. “Maaf bu Ara telat masih boleh masuk kah bu?” Tanya Ara sebelum memasuki kelas.

“Masuk aja nak,” jawab ibu Tini selaku guru geografi yang tengah menjelaskan pelajaran.

“Terimakasih bu,” Ara tersenyum seraya berjalan ke bangkunya. tepat sebelum Ara sampai dibangkunya ia melihat sejenak Wahyu sudah berada di belakang kursinya,Ara tidak memperdulikan itu ia memilih duduk dari pada harus berurusan lagi dengan cowok itu. “Kenapa telat Ara?” Tanya ibu Tini.

“Tadi saya mengantar ponakan dulu bu,”  jawab Ara.

“Yaudah kali ini ibu beri keringanan ke kamu karena kamu anak yang rajin dan tekun belajar jadi ibu terima keterlambatan kamu kali ini saja besok jangan di ulangi ya,” Tutur ibu Tini.

“Iya bu,” balas Ara. ibu Tini  mengangguk sembari tersenyum. Ibu Tini kembali menjelaskan.

Beberapa menit kemudian Ara fokus memperhatikan, fokusnya terganggu kala ia merasakan ada jari telunjuk seseorang yang menyentuh pundaknya dari belakang. ia menoleh kebelakang tampak orang itu seolah-olah sedang memperhatikan ibu Tini seperti orang yang sedang serius memperhatikan.

Awalnya Ara tidak menghiraukan tapi lagi dan lagi tangan itu terus menganggunya membuat dirinya risih jika ia tidak angkat bicara. Ara semakin kesal kepada cowok dibelakangnya ia kembali menoleh ke belakang. “Apa sih lo, dari tadi gue udah diem ya,” ucap Ara sedikit ketus dengan suara pelan.

Sejenak pandangan mereka bertemu. tersadar, Ara dengan cepat menghadap ke depan kembali memperhatikan ibu Tini yang sedang menjelaskan.

“Emang gue apain lo?,” balas Wahyu yang berpura-pura tidak melakukan apapun padahal Ara tau gelagatnya yang sedang berpura-pura.

“Jangan pura-pura gue gak suka diganggu,” ucap Ara yang terus menatap ke depan mencondongkan badannya ke belakang agar Wahyu bisa mendengar perkataannya.

OUR STORY IN THE WHITE GRAY [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang