Bab 1 - Teman Mama

9.6K 343 18
                                    

Hai gaes! Selamat ketemu Om Rio!😍

Apakah Om Rio bakal jadi om-om favorit kalian ngalahin om-om di ceritaku yang lain? Hehe, mari kita baca😗

Btw, cerita ini pakai PoV 1 ya, dan nggak sebaku biasanya.

***

"Belajar mulu. Kamu nggak bosan?"

Aku mendongak, menatap Mama yang masuk ke kamarku tanpa ketuk pintu.

"Aku 'kan udah pernah bilang, ketuk pintu dulu, Ma," ucapku, kesal. Tapi, kayaknya Mama enggak peduli.

"Mama emang pengin kamu sukses sih, tapi nggak gini juga. Kamu jarang keluar rumah, tahunya cuma belajar."

Aku cuma diam, berlanjut mengerjakan tugas di meja belajar.

"Eh, Sasa. Kalau hari ini berisik sebentar aja. Cuma sebentar kok. Boleh nggak?" tanya Mama.

Aku mendongak lagi, menatap tajam Mama. "Berisik? Emang mau ada apa?"

Aku sensitif sama berisik kalau lagi belajar. Makanya Mama sama Papa enggak pernah bawa banyak tamu di saat aku lagi begini.

"Ini 'kan hari Minggu, Mama mau ada reuni sama temen-temen SMA. Boleh reuninya di sini, ya? Please ... temen-temen Mama belum pernah main ke sini loh."

Mama memohon ke aku pakai muka sok imut. Umur Mama sudah genap empat puluh tahun ini, tapi dia kadang masih kekanakan. Malah kadang aku merasa lebih dewasa dari Mama, padahal umurku baru dua puluh tahun.

"Di tempat lain aja. Reuni kok di rumah," kesalku. Pokoknya jangan ada kebisingan.

"Ih! Kamu nih! Gitu sama Mama, ya! Mama ngambek nih!"

Ih, apa-apaan sih Mama? Waktu aku melirik ke luar kamar, Papa lewat sambil angguk-angguk kayak kasih kode ke aku buat menuruti kemauan Mama.

"Nggak apa-apa lah, Sa. Cuma satu kali, 'kan, Yang?" tanya Papa ke Mama.

"Iya, satu kali aja. Nggak lama kok, temen Mama juga nggak ada yang nginap," kata Mama.

Hm ... aku mengetuk-ngetuk jari ke atas meja sambil menatap orang tuaku. Oke lah, ini hari Minggu, mungkin aku perlu santai sedikit.

"Tapi, janji reuninya nggak kelamaan di sini," kataku.

"Iya! Janji! Makasih, Sayangnya Mama!" seru Mama, kegirangan sampai peluk aku, setelah itu cium pipinya Papa.

Astaga.

Mama sama Papa saling senyum. Mereka pergi ke dapur dan menyiapkan banyak hal dibantu ART. Kadang mereka ikut masak sambil bercanda atau mesra-mesraan, tingkahnya kayak abg. Aku cuma diam memperhatikan.

Aku maklum sih karena Mama sama Papa nikah muda, jadi sekarang mereka umurnya baru genap empat puluh, belum tua 'kan? Makanya masih mesra.

Mereka nikah muda karena Mama hamil duluan. Waktu masih kuliah, mereka pacaran, dan Mama hamil aku di usia 19 tahun, dan melahirkan aku di usia 20 tahun.

Setelah itu, Mama sama Papa bertekad enggak mau punya anak lagi, mereka sudah merasakan susahnya mengasuh anak. Akhirnya, Papa di-vasektomi.

Kata Mama, walaupun Kakek sama Nenekku dari pihak Mama dan Papa orang yang cukup berada, tapi Kakek sama Nenek marah waktu tahu anak mereka hamil duluan saat masih muda. Karena kejadian itu merupakan aib buat mereka yang dari keluarga cukup terpandang.

Kakek sama Nenek memang tetap membiayai kuliah orang tuaku, tapi enggak ikut membiayai aku selaku cucunya dan biaya keperluan yang lain.

Akhirnya Mama sama Papa kuliah sambil kerja. Mereka cerita ke aku betapa susahnya waktu itu, apalagi aku masih bayi. Papa kerja part time, kadang di café atau restoran, posisi apa pun Papa ambil, pernah jadi bagian bersih-bersih dan cuci-cuci. Kalau Mama jualan. Mama pintar bikin aneka kue, jadi kadang jual kue dan buat pesanan juga.

I Want That Hot Man (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang