Bab 3 - Ajakan ke Rumah

7.4K 319 37
                                    

Sasa & Om Rio balik lagi! Buat menemani malming kalian yang gabut wkwk🤣

Selamat membaca!💋

***

Pagi ini di hari Senin, aku bangun kesiangan, gara-gara kurang tidur. Soalnya setelah teman-teman Mama pergi—termasuk Om Rio—aku masih kepikiran soal Om Rio. Malamnya, aku malu buat mengaku, tapi merasa terangsang dan berujung menyentuh diri sendiri, tapi enggak sampai keluar.

“Pasti begadang lagi buat belajar,” ucap Mama waktu aku duduk di kursi meja makan.

“Jangan terlalu keras ke diri sendiri ya, Sayang. Belajar secukupnya aja. Kamu udah bikin Papa dan Mama bangga sejak jaman sekolah kok,” kata Papa.

Aku cuma merespon pakai anggukan kepala, setelah itu makan sedikit biar enggak kelamaan.

Di semester empat ini, aku makin banyak kegiatan di kampus. Entah organisasi atau lomba, aku maksimakan sebelum masuk semester akhir.

Setelah sarapan, aku pamit berangkat ke kampus. Biasa aku berangkat sendiri bawa motor sejak kuliah.

“Sasa! Woi!” panggil suara cempreng itu, Cassie, bestie lucknutku yang meracuni aku dengan film b*kep.

“Nggak usah teriak!” sahutku.

Aku baru sampai di parkiran dan melepas helm, langsung dapat teriakan dari Cassie. Malu, soalnya beberapa mahasiswa jadi menatap aku.

“Gue ada video baru loh,” bisik Cassie tiba-tiba. Dia menyengir mesum. “Lo mau nggak?”

Aku tahu video apa yang dia maksud. Itu tentu saja video plus-plus. Cassie memang kayak bandar, koleksinya banyak. Gila ‘kan? Aku yakin keluarganya enggak tahu soal itu.

“Nggak! Gara-gara lo … gue jadi—”

Aku diam. Enggak mungkin aku mau menceritakan soal Om Rio, nanti bisa ribet urusannya, si Cassie gampang heboh dan kepo pula.

Pokoknya gara-gara dia, aku jadi enggak bisa mandang Om Rio dengan normal! Coba aja aku enggak diracunkan film anu-anu tiga bulan yang lalu, pasti aku masih bisa mikir normal, enggak kotor.

“Jadi apa? Kenapa?” tanya Cassie.

“Nggak apa-apa, batal,” ucapku.

Cassie nanya memulu sepanjang jalan sampai ke ruang kuliah. Dia memang cerewet banget, tapi anehnya aku kok betah berteman sama dia, ya?

Hari ini, aku terbilang sibuk. Di malam hari, aku baru selesai sama kegiatan di kampus. Setelah mengikuti kelas sampai sore, berlanjut aku ada kegiatan di UKM Penelitian, dan dilanjut lagi kumpul sama adik tingkat dan kakak tingkat yang ikut lomba esai bareng sama aku—bertiga.

Aku capek banget. Jadi aku menyetir motor pelan-pelan aja malam ini buat pulang ke rumah.

Eh, di jalan, tiba-tiba aku dengar suara ban motor meletus dan motorku oleng. Panik, aku buru-buru menepi dan berhentikan laju motor.

Aku jongkok, menatap ban motorku yang bocor. Sialan! Kenapa harus bocor sekarang di saat malam-malam begini?! Di saat aku lagi capek dan penginnya cepat-cepat pulang, terus rebahan?!

Kesal, aku sampai menendang ban motorku. Lagian siapa sih yang menaruh paku di jalanan? Atau ada pakunya seseorang yang enggak sengaja jatuh?

“Sialan!” seruku.

Jangan bilang Mama. Aku enggak pernah mengumpat. Di mata Mama sama Papa, aku anak polos yang baik, tahunya cuma belajar. Tapi, sebenarnya kalau lagi kesal, aku juga bisa ngomong kotor. Ketularan temanku juga sih.

I Want That Hot Man (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang