Bab 2 - Om Hot

8.1K 344 38
                                    

Sasa & Rio update lagi! Selamat membaca. Don't forget to vote & comment😍✨

***

Kok bisa cowok perfect kayak begitu dijuluki bujang lapuk?

Maksudnya, apa Om Rio belum nikah? Enggak mungkin dia enggak laku lah. Aku yakin, satu kali dia menunjuk cewek, pasti cewek itu langsung bertekuk lutut di hadapannya.

Aku menelan ludah lagi. Tatapan mataku refleks turun, tertuju ke gundukan di balik celana Om Rio. Gila, i-itu … gede, woi!

Burungnya kelihatan menonjol dari balik celana yang dia pakai, dan kelihatan panjang juga. Itu … berapa senti, ya?

“Halo, Alyssa?”

“I-iya?” sahutku, gugup.

Aku mendongak, kaget. Sejak kapan Om Rio berdiri di depanku?! Mampus! Kayaknya aku ketahuan baru saja mengamati burung dia. Barusan dia memanggil aku dan sekarang menatap aku sambil tersenyum geli.

Oh, apa maksud dari senyumnya itu?

“Ini si Alyssa ‘kan?” tanya Om Rio ke Mamaku.

Aku menunduk, pipiku terasa panas. Dasar mata enggak sopan! Harusnya aku bisa kondisikan tatapanku. Mentang-mentang lihat om-om hot, langsung menatap ke arah burungnya. Ini pasti gara-gara racun film biru dari bestieku!

“Iya. Ini anak gue yang cantik dan berprestasi.”

Mama tiba-tiba merangkul aku dan membanggakan aku ke teman-temannya. Aku masih menunduk, malu banget setelah kepergok mengamati seseorang. Ya, aku yakin Om Rio sadar tadi diperhatikan terang-terangan sama aku.

“Alyssa udah besar sekarang. Mungkin kamu nggak ingat kalau dulu Om datang waktu kamu masih bayi,” kata Om Rio.

“O-oh, iya.”

Aku menatap ke arah lain, rasanya gugup.

“Kamu nggak mau jabat tangan sama Om? Dari tadi tangan Om dianggurin.”

Aku baru menyadari kalau Om Rio mengulurkan tangannya ke aku. Cepat-cepat aku menerima uluran tangan Om Rio.

Pikiranku langsung traveling, otak mesumku aktif. Aku menatap jari-jari tangan Om Rio yang besar dan kelihatan kekar, kalau masuk ke dalam goaku pasti enak, kayak yang di film biru. Tapi, waktu nyadar apa yang baru saja aku pikirkan, aku buru-buru mau melepas jabat tangan, tapi Om Rio malah mengeratkan jabat tangannya denganku.

Kaget, aku mendongak dan menatap Om Rio. Aku tertegun waktu lihat sorot matanya yang beda, enggak kayak tadi. Dan, bisa aku rasakan dia meremas tanganku cukup kuat selama beberapa detik sebelum melepaskan jabat tangan kita.

Apa maksudnya itu?

Aku enggak mungkin bertanya. Jadi, aku diam saja, menjauh dari Om Rio dan mengikuti Mama, berlanjut duduk di sebelah Mama.

Aku mencomot sepotong kue dan enggak berhenti menatap Om Rio sambil mengunyah.

“Sa? Kamu nggak masuk ke kamar?” tanya Mama.

“Hah?”

Aku langsung mengerjap kaget dan menatap Mama. Benar juga, kenapa aku masih di sini?

“Aku rasa nggak sopan, Ma. Aku mau di sini aja sampai tamu Mama pulang semua.”

Alasan! Itu cuma alasanku biar bisa berlama-lama di sini memandangi Om Rio.

Mama tersenyum senang. “Nah, gitu dong. Bagus, jangan di kamar mulu.”

Aku tersenyum kaku. Maaf, Mama, aku bohong.

Jujur saja, aku enggak tahu kenapa begini. Memang karena menikmati pemandangan sih. Soalnya dari tadi aku enggak bisa lepas natap Om Rio. Cara dia ngomong, ekspresi wajahnya, cara dia mengambil makanan, mengunyah makanan, sampai waktu menelan.

I Want That Hot Man (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang