Bab 5 - Touch His Body

11.1K 309 27
                                    

Hai bestiee, Om Rio & Sasa balik lagi! Happy reading😍✨

***

“Om jago banget ciumannya. Pasti udah sering,” kataku.

Dan memikirkan Om Rio sudah mencium banyak cewek enggak tahu kenapa bikin aku sebal. Tapi, memang aku siapanya dia? Enggak bisa juga dibilang cemburu, ‘kan baru kenal. Aku pun cuma tertarik sama dia secara fisik kok, bukan lagi jatuh cinta.

Om Rio enggak jawab, dia malah ketawa sambil mengusap bibirku pakai ibu jarinya. Aku jadi berdebar-debar lagi.

Aku masih pengin ciuman lagi sama Om Rio, tapi enggak sekarang. Aku mau melakukan yang lain. Sesuatu yang bikin aku salah fokus sejak pertemuan pertama kita di reuni yang Mama adakan.

Mataku tertumbuk ke badan Om Rio yang tercetak dari balik kemejanya. Satu kancing bagian paling atas sudah terbuka, aku penasaran.

“Daripada ciuman lagi, aku pengin pegang badan Om. Boleh aku buka? Aku mau lihat,” kataku sambil menunjuk kancing kemeja Om Rio.

Aku tahu ini terlalu nekat, percayalah, baru kali ini aku berani banget menghadapi cowok. Dan, enggak tahu kenapa keberanian itu muncul waktu ada Om Rio. Mungkin dia terlalu hot sampai bikin aku enggak tahan?

Aku juga gampang penasaran orangnya. Aku belum pernah pegang badan cowok yang bagus kayak Om Rio.

Om Rio diam aja, tapi dia belum mengubah posisinya dan tatapan matanya masih sama ke aku. Bisa aku simpulkan kalau dia kasih aku izin. Sudah dari kemarin aku penasaran sama apa yang tersembunyi di balik kain yang menutupi badan Om Rio.

Aku neguk ludah, habis itu aku agak gemetar buka kancing kemeja Om Rio satu per satu. Waktu badannya mulai kelihatan, aku neguk ludah susah payah. Damn! He’s definitely a sexy man!

Makin enggak sabar, aku lepas kemaja Om Rio dari badannya dan lempar sembarangan ke lantai.

Mataku menyusuri badan Om Rio dari dada sampai ke perut. Tanganku terangkat, mulai menyentuh dan menekan dadanya. Keras. Tanganku turun ke perutnya yang kotak-kotak. Gila, ini sesuai ekspektasiku. Kayak cowok seksi di film biru yang pernah aku tonton.

Tubuh Om Rio kerasa hangat, ototnya berkedut di bawah sentuhan tanganku. Kayaknya kalau disuruh menyentuh berjam-jam, aku juga mau.

Aku lagi-lagi heran sama diriku yang seberani ini, mungkin urat maluku sudah putus, atau aku kerasukan setan mesum. Mungkin juga karena Om Rio menanggapi godaanku dengan santai.

Aku masih mengelus dan menekan-nekan badan Om Rio yang keras, berotot tapi enggak berlebihan, benar-benar pas. Tanganku beralih mengelus lengan atasnya yang berotot. Aku menatap Om Rio, napasnya kedengaran memberat.

“Nakal,” kata Om Rio tanpa melepaskan tatapannya dari aku.

Aku terkekeh. “Badan Om bagus banget. Hot, seksi, bener-bener bikin aku tertarik.”

Aku melirik Om Rio yang kelihatannya menikmati apa yang aku lakukan. Om Rio menggeram, dia juga kayak lagi nahan sesuatu.

Tapi, untungnya sisa kewarasanku masih ada walaupun sedikit, aku menjauhkan tangan dari badan Om Rio.

Tatapanku turun ke gundukan celana Om Rio yang ternyata sudah membesar. Wah, aku berhasil menggoda dia. Gila!

Aku mrnatap mata Om Rio dan memikirkan sesuatu yang lain.

“Apa Om waktu reuni di rumahku sengaja gulung lengan kemeja dan buka kancing biar aku lihat ya?”

Enggak aku sangka, Om Rio mengangguk! Jadi, dia betulan sengaja?! Wah!

I Want That Hot Man (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang