Hai haii, sorry lama ya. Lagi ngebut di fizzo dulu wkwk. Ini udah balik wattpad kok. Happy reading!😍✨
Warning! Mengandung konten dewasa.
***
Enggak butuh waktu lama, Om Rio langsung bawa mobilnya mengebut. Enggak kerasa, tiba-tiba udah sampai di garasi rumahnya.
Belum sempat keluar dari mobil, masih di dalam mobil yang sudah terparkir di garasi rumahnya, Om Rio langsung menarikku mendekat, mengangkat tubuhku, dan mendudukkanku di atas pangkuannya.
Om Rio kembali menyambar bibirku, menciumku dengan lebih ganas dari sebelumnya. Mulut dan lidahnya yang beradu denganku membuatku kembali panas dingin. Wah, gila, dia memang sudah pro.
Tanganku terangkat, meremas rambut Om Rio sebagai pelampiasan sambil membuka akses mulutku agar bisa semakin bertarung dengan Om Rio. Aku terengah, sampai kesulitan mengimbangi ciuman Om Rio.
Dan, enggak lama, aku juga mulai gelisah, karena terasa sesuatu yang mengeras sedang menempel di bokongku. Tanpa perlu diberitahu pun aku sudah tahu itu apa, tentu saja burung tempur Om Rio.
"Om ..." panggilku, suaraku memalukan, jadi kayak mendesah.
Aku sendiri jadi geli mendengar suaraku dan lenguhanku sejak tadi. Tapi suara-suara itu enggak bisa ditahan, refleks keluar sendiri dari mulutku, mungkin itu yang namanya respon tubuh?
Om Rio menyibak rambutku, mengecupi leherku.
"Om, aku keringatan," beri tahuku sambil menahan wajah Om Rio. Jangan di situ, please, betulan berkeringat.
"Wangi."
Om Rio tampak tak menggubris, dia malah melanjutkan aksinya. Kalau soal wangi sih wangi, karena aku pakai parfum di bagian itu.
Suara-suara yang memalukan keluar lagi dari mulutku, apalagi Om Rio sudah menyingkirkan jaketku entah ke mana, dan sekarang tersisa sport braku. Tangan Om Rio jadi bebas meraba-raba perut dan pinggangku.
Kalau saja enggak terdengar suara dering dari hpku, mungkin aku bisa melanjutkan ke tahap yang lebih di sini, di dalam mobil. Tapi, tiba-tiba saja berbunyi dan memekakkan telinga, aku dan Om Rio sontak terkejut. Kegiatan Om Rio pun terhenti.
Aku niatnya mau mengabaikan bunyi hp yang mengganggu itu, tapi khawatirnya telepon dari Mama. Jadi, aku cek hp, karena Om Rio juga berhenti. Eh, ternyata ada telepon masuk dari Cassie.
Oh, iya, aku hampir lupa. Sahabatku pasti lagi mencariku di sana.
"Sasa! Lo di mana?!"
Ugh, suara Cassie yang cempereng itu bikin telingaku sakit. Sejenak aku jauhkan hp dari telinga, soalnya Cassie teriak-teriak.
"Gue pulang duluan, sorry."
"Anjirlah! Nggak bilang-bilang! Gue cariin dari tadi!"
"Sorry banget!"
Yang penting aku sudah menjelaskan, urusan selesai. Aku matikan hp dan kembali menghadap Om Rio, masih di atas pangkuannya.
Om Rio menatapku lekat dan tajam, tatapannya itu bikin aku panas dingin, apalagi tangan Om Rio masih hinggap di pinggangku dan belum berhenti mengelus di sana.
"Itu siapa?" tanya Om Rio. Suaranya? Jangan ditanya, sudah kebayang seperti apa.
"Temenku yang ngajak aku olahraga."
Aku mengalungkan tangan ke leher Om Rio, balas menatap Om Rio sambil menggigit bibirku yang masih basah gara-gara ulah Om Rio beberapa saat yang lalu.
Setelah itu, tiba-tiba saja Om Rio bawa aku keluar dari mobil, Om Rio menggendongku dan masuk ke dalam rumah. Aku pikir mau dibawa ke kamar, tapi ternyata enggak. Baru sampai di dekat pintu rumah, Om Rio menurunkanku, mendorongku ke tembok dan kembali melahap bibirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want That Hot Man (On Going)
Romance"Kiss me, Om." Gara-gara sosok pria matang bernama Rio, Alyssa yang biasanya tak tertarik kepada pria, kini menjadi agresif, dan seolah sel-sel mesumnya baru aktif. Rio, sosok teman sekelas Mama Alyssa saat masa SMA. Berawal dari reuni yang Mama A...