Bab 7 - Siapa Wanita Itu?

6K 227 18
                                    

Selamat malam! Happy reading😗

***

Aku deg-degan parah, Mama kelihatannya mau nanya lagi, tapi tiba-tiba Papa merangkul Mama dan bermanja-manja kayak biasa.

"Sayang, ayo tidur, udah malam," ajak Papa.

Tingkah manjanya Papa itu seolah aku lagi enggak ada di sini. Menyebalkan! Beginilah kalau kalian sudah dewasa dan punya orang tua yang masih muda, jaraknya enggak jauh dari kalian, jadi enggak nyaman kadang melihat mereka bermesraan.

"Tapi, Sasa—" Mama kayak belum puas menginterogasi aku.

"Udah, nggak apa-apa. Sasa 'kan udah besar, nggak masalah pulang malam, ini juga belum larut. Dia bilang habis kerja kelompok 'kan? Bukan main yang nggak jelas."

"Iya sih."

Yes, thank you, Papa! Akhirnya aku selamat, Papa berhasil membujuk Mama buat masuk ke kamar. Mereka berjalan bareng sambil mepet-mepet dan mesra-mesraan. Tolonglah, di sini anakmu jomblo! Aku 'kan jadi iri.

"Jangan kasih aku adek!" peringatku sebelum orang tuaku masuk ke kamar.

Mama sama Papa cuma ketawa. Dasar!

Aku tahu mereka mau ngapain, ya aku sudah besar pasti tahu. Makanya aku selalu mengingatkan ke mereka untuk jangan memberi adik untukku, aku sudah besar, sudah kepala dua, tidak cocok punya adik bayi.

Untungnya kamarku jaraknya cukup jauh dari kamar orang tuaku, enggak bersebelahan. Jadi aku enggak perlu dengar suara erotis dari mereka.

"Nasib jomblo," kataku lantas menghela napas.

Aku cuma bisa memeluk guling. Aku juga pengin tidur ditemani sama seseorang, tapi siapa? Om Rio? Kayaknya bisa tidur nyenyak kalau sama Om Rio.

Aku refleks jadi senyum-senyum sendiri ingat kejadian tadi, aku sentuh bibirku sendiri yang tadi dicium sama Om Rio.

"Om Rio lagi ngapain, ya?"

Aku buka hp dan coba mengirim chat ke Om Rio. Cuma basa-basi, bilang terima kasih karena sudah membantu mengurus motorku, memasakkan makan malam, dan mengantarku pulang.

Beberapa menit aku menunggu balasan, tapi enggak masuk. Mungkin Om Rio sibuk sama pekerjaannya.

Aku mendengkus kesal lantas melempar hp ke atas kasur. Daripada bosan, mending mengerjakan tugas. Aku duduk di depan meja belajar dan mulai membuka laptop.

Semester depan aku magang, dan aku masih bingung mau magang di mana? Aku kuliah di program studi ilmu hukum. Ada beberapa tawaran dari kenalan Papa yang pengacara, menawarkan aku magang di firma hukum mereka.

Ngomong-ngomong soal pengacara ... Om Rio 'kan juga pengacara! Aku tiba-tiba excited memikirkan soal ini.

"Apa aku boleh minta magang di tempat Om Rio?" gumamku.

Mungkin aku harus ngomong dulu sama Om Rio. Pasti menyenangkan bisa setiap hari melihat Om Rio, meskipun itu di tempat kerja.

***

Aku belum ketemu lagi sama Om Rio, sudah berhari-hari berlalu sejak insiden ciuman pertamaku sama Om Rio. Motorku sudah benar, sudah aku ambil di bengkel.

Sampai akhirnya sudah masuk hari Sabtu, libur, aku bosan di rumah. Mama lagi keluar dari tadi pagi, mengurus toko kuenya.

Kalau Papa, pergi ke luar juga, katanya sih ada urusan sama rekan kerjanya. Papaku bekerja di perusahaan, dan sering sibuk meskipun hari libur. Aku enggak tahu secara spesifik soal kesibukannya, tapi enggak penasaran juga soal kerjaan Papa.

I Want That Hot Man (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang