Aku menangis haru didekapan wanita itu. Dia mendekapku sangat erat, meskipun kami baru bertemu, tapi rasanya aku sudah mengenalnya cukup lama. Entah bangaimana aku menjelaskan perasaan ini, tapi pelukannya membuatku merasa sangat nyaman.
"Ma, kau memeluk pacarku seperti itu di depanku. Apakah ini tidak keterlaluan?"
"Diam Kau." ujarnya sambil masih mendekapku.
Aku mengusap air mata yang mengalir di kedua pipiku, sembari perlahan melepas dekapan wanita tersebut. Mata kami masih merah, meskipun sekarang aku berusaha untuk menutupinya.
"Jadi.. Apakah sekarang kau tinggal disini?"
"Ya, Aku memintanya tinggal bersamaku."
"Aku tidak bertanya padamu, biarkan dia yang menjawab, dia tidak bisu."
"Oih Ma, sama saja. Mulutku adalah mulutnya, dan mulutnya adalah milikku"
"Kau! bisakah kau serius sekali ini saja Naret?!"bentaknya dan seketika membuat lelaki di depanku terdiam.
"Saya memutuskan untuk tinggal disini semenjak Phi Naret memintanya. Tapi terkadang saya akan kembali kerumah sesekali Tante."
"Oh.. Baguslah. Aku tidak keberatan dengan siapapun Putraku nantinya. Tapi Ayahku..., kakek Naret adalah orang yang kaku, itu yang membuatku Khawatir. Lagipula, Naret tumbuh dengan baik sendiri, jika dia bisa menemukan orang yang bisa menjaganya dengan baik, aku akan sangat berterima kasih. Sejauh ini kamu satu-satunya orang yang dia bawa kerumah ini, dan di perkenalkan padaku juga."
"Benarkah?"
"Ya. Dunianya hanya tentang pekerjaan. Tidak banyak temannya yang ku kenal, dan dia juga tidak pernah menganggap serius untuk dekat dan menjalin hubungan dengan orang lain."
"Tapi Tante, saya dan Phi Naret adalah.."
"Laki-laki?. Aku tidak keberatan tentang itu. Zaman sudah modern sekarang, apa yang bisa kita perdebatkan tentang ini?. Lagipula seperti yang sudah ku katakan, Naret tidak pernah tertarik dengan hidup orang lain, atau membiarkan orang lain masuk ke kehidupannya. Tidak peduli orang itu pria atau wanita, selama dia nyaman satu-sama lain, itu lebih baik dari pada melihatnya menjadi tua sendirian."
"Ma...bisakah kau membahasku dengan baik? setidaknya didepannya katakan sesuatu yang baik saja, atau dia akan pergi dariku jika Mama bicara begitu."
"Jika kalian sudah tinggal bersama, artinya dia sudah tahu sisimu yang menyebalkan itu. benar kan....?"
"Namanya Tin Ma"
"Ya, Tin. Benar kan Tin?"
"Ya?"
"Kau akan mengalami banyak kesulitan dengan tempramen dan sikapnya. Tapi ku harap kau bisa tahan dengan itu."
"Tidak sama sekali Tante.. Phi Naret merawatku dengan sangat baik sejauh ini."
"Ohh, benarkah? Dia bahkan tidak bisa merawat dirinya sendiri. Apa aku bisa percaya ketika kau bilang dia merawatmu?"
"Maa...."
"Sedikit...?"
"Aih TIN!" Bentaknya dan seketika membuat kami tertawa bersamaan.
Suasana yang tadinya kufikir akan sangat kaku dan tegang, nyatanya berjalan dengan sangat hangat dan harmois. Mama P'Naret juga sangat baik dan menyenangkan. Meskipun baru pertama kali bertemu, tapi rasanya kami sudah sangat dekat satu sama lain. Bahkan, Dia tidak menganggapku orang lain.
"Apa kalian sudah sarapan?" celetuknya lagi yang membuatku segera menggelengkan kepala.
"Belum?. Oh... jika Mama tidak kemari kalian akan terlambat bahkan hanya untuk sarapan. Tunggu sebentar, aku akan membuatkan sarapan untukmu." ujarnya lagi sembari beranjak dari tempat duduknya. Aku melempar pandangan pada P'Naret yang duduk di depanku, kemudian secara bersamaan kami pun tersenyum bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STEP BROTHER, MY LOVER 🔞
FanfictionKrittin Kitjaruwannakul (TIN) seorang mahasiswa Seni berusia 20 tahun yang tidak pernah merasakan serta mendapat peran serta figur seorang ayah selama hidupnya. sejak ia lahir kedunia, Ia hanya hidup berdua dengan sang ibu yang bahkan saat ini suda...